Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB Prof Arief Darjanto memaparkan industri perunggasan memiliki pasar yang menarik dan atraktif karena potensi konsumsi protein dan nilai transaksi pasar yang besar, baik era sebelum, pada saat, dan pascapandemi COVID-19 atau era kenormalan baru ini.

"Baru ada 60 persen kebutuhan daging ayam yang dapat disediakan dalam negeri, sisanya masih ada dari Brazil, AS dan Eropa," ujar Prof Arief saat tanya jawab dalam konferensi pers orasi ilmiah melalui aplikasi zoom, Kamis.

Prof Arif menerangkan kenyataan menunjukkan bahwa daya saing sektor perunggasan masih menghadapi berbagai tantangan pada setiap tahapan rantai nilai.

Baca juga: Akademisi IPB: Tiga kementerian perlu dilibatkan dalam industri unggas

Mencermati tren transformasi yang terjadi, kata dia, perlu dilakukan upaya sistematis untuk meningkatkan daya saing sekaligus mempromosikan ketangguhan dan ketahanan (resiliensi) industri perunggasan di Indonesia.

Berdasarkan data BPS, kontribusi subsektor peternakan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2020 mencapai 1,69 persen. Dari jumlah tersebut, 62 persen di antaranya berasal dari industri perunggasan dan hasil turunannya.

Nilai omset industri perunggasan sekitar Rp700 triliun per tahun. Kontribusi lain adalah penyerapan tenaga kerja oleh industri perunggasan yang diperkirakan sekitar 10 juta pekerja.

Baca juga: Mahasiswa IPB manfaatkan jeruk nipis sebagai pengganti antibiotik unggas

Menurutnya, subsektor peternakan mempunyai peran sangat penting dalam perekonomian Indonesia baik dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyedia kebutuhan protein hewani, penyerapan tenaga kerja dan dalam penyediaan bahan baku industri.

Industri ini menggunakan jagung antara 35-50 persen sebagai bahan inti pakan unggas, ditambah dengan bungkil kacang kedelai antara 20-25 persen, dedak antara 10-15 persen dan komponen bahan lainnya.

Ke depan, kata Komisaris BLST IPB itu, perunggasan juga memiliki peranan penting dalam pengolahan makanan, menambah nilai dan menciptakan lapangan kerja.

Baca juga: Mahasiswa asing belajar beternak di IPB

Industri perunggasan merupakan penyedia kebutuhan protein utama dengan porsi sekitar 70 persen yang dapat diproduksi menjadi protein dari kandang ke meja makan atau 'from farm to table' dengan proses tercepat dibandingkan dengan jenis daging lainnya.

"Sehingga daging ayam sebagai raja daging atau “king of meat” karena pada masa krisis pandemi, harga daging ayam tetap lebih murah dibandingkan dengan protein daging lainnya yang sangat penting pada saat ketidakpastian ekonomi beberapa tahun terakhir ini," jelasnya.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022