DPRD Kabupaten Bogor, Jawa Barat siap membuat kebijakan untuk membantu para tenaga kesehatan (nakes) yang berjuang menangani pasien COVID-19.

"Tenaga kesehatan aset berharga kita di tengah pandemi saat ini. Kami di DPRD ingin memberi dukungan kepada mereka baik secara moril maupun kebijakan strategis yang mereka butuhkan," kata Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto di Cibinong, Bogor, Rabu.

Langkah awal, ia lakukan bersama Wakil Ketua I DPRD, Kabupaten Bogor, Agus Salim dengan mengunjungi dua Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menjadi rujukan pasien COVID-19, yakni RSUD Cibinong dan Ciawi.

Baca juga: DPRD Bogor dorong Pemkab perketat moratorium pemberian izin minimarket

Rudy menerima banyak pemaparan dan masukan dari pimpinan kedua RSUD tersebut mengenai penanganan efektif para pasien COVID-19.

"Pandemi yang memasuki tahun kedua ini bisa diibaratkan seperti 'perang' abad modern. Meski tidak ada letusan peluru dan tetesan darah, namun jumlah korban meninggal semakin hari semakin bertambah," kata Rudy.

Ia berharap, ke depan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dapat mengambil langkah antisipasi yang lebih cepat dan terukur dalam penanganan pandemi COVID-19.

Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Bogor Agus Salim menambahkan, DPRD bersama Pemerintah Kabupaten Bogor terus berupaya agar penanganan COVID-19 bisa berjalan maksimal. Dari sisi anggaran misalnya, porsi belanja APBD 2021 ditekankan untuk penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi.

Baca juga: Ketua DPRD Bogor ingin populerkan Aksara Sunda pada momentum HJB ke-539

"Termasuk di dalamnya untuk insentif bagi tenaga kesehatan. Kami meminta, agar anggaran tersebut segera dicairkan sebagai bentuk apresiasi pemerintah untuk tenaga kesehatan," katanya.

Sementara itu, Wakil Direktur RSUD Cibinong, dr Fusia Medyawati mengungkapkan, untuk mengurai antrean pasien yang memerlukan instalasi gawat darurat, pihaknya dibantu pihak kepolisian telah mendirikan tenda darurat.

"Tenda itu awalnya hanya untuk ruang antrian pasien yang akan masuk ruang IGD. Tapi karena pasien terus berdatangan akhirnya kita jadikan ruang IGD," ujarnya.

Masalah krusial lainnya, menipisnya ketersedian oksigen dan obat-obatan. Jumlah tenaga kesehatan juga mulai tidak sebanding dengan jumlah pasien yang memerlukan perawatan. Minggu lalu, pihak RSUD menyebarkan flyer di medsos untuk rekrutmen 10 tenaga dokter dan 37 perawat.

Baca juga: DPRD Bogor minta bupati evaluasi Perda yang bermasalah

"Biasanya kalau kami buka rekrutmen di medsos berduyun-duyun yang daftar. Tapi, sampai hari ini hanya 7 orang perawat yang mendaftar, itupun 3 orang di antaranya mengundurkan diri dan 4 orang sedang orientasi," katanya.

Sementara untuk tenaga dokter, dari kebutuhan 10 orang, yang mendaftar hanya tiga orang, kemudian satu orang mengundurkan diri, dan satu orang lainnya tidak memenuhi standar.

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021