Jakarta (ANTARA) - ASEAN Para Games (APG) 2020, hajatan olahraga terbesar di kawasan Asia Tenggara yang merupakan kelanjutan event ASEAN Games 2019 Filipina, pelaksanaannya diputuskan untuk ditunda dari semula dijadwalkan pada 18-24 Januari menjadi 20-28 Maret 2020.
Keputusan penundaan tersebut dilakukan Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games Filipina (Philapgoc) dikarenakan beberapa hal yang diantaranya adalah kurang siapnya anggaran pelaksanaan. Berkaca dari kritikan di ASEAN Games 2019 sebelumnya, Filipina enggan mengulangi kesalahannya dan berupaya untuk bekerja lebih baik.
Usai menerima pernyataan resmi dari Philapgoc, Ketua Umum Komite Paralimpik Nasional (NPC) Indonesia Senny Marbun bersama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI melalui Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto berharap penundaan penyelenggaraan APG 2020 akan cukup memberi waktu yang cukup bagi tuan rumah Filipina untuk mempersiapkan lebih baik.
Akibat ditunda dua bulan, pemusatan pelatihan nasional (pelatnas) Kontingen Indonesia akhirnya dipastikan diperpanjang. Di satu sisi, perpanjangan pelatnas memberikan keuntungan untuk menambah masa latihan agar bisa mempertahankan predikat juara umum ASEAN Para Games yang diraih pada 2017 di Malaysia.
Mayoritas cabang olahraga kini melakukan penyesuaian jadwal latihan dan mengubah program latihannya untuk menjaga kondisi stamina dan teknik atlet akibat penundaan ini.
Pada cabang para atletik misalnya, menyebut penundaan tersebut sebetulnya tidak menjadi kendala bagi para atlet. Namun, para pelatih tetap menyiasati situasi tersebut dengan memperpanjang program latihan.
Pelatih timnas para atletik Slamet Widodo mengutarakan, fokus yang dilakukan sekarang ialah menjaga peak performance agar saat bertanding di Filipina bisa dalam kondisi terbaik.
Sedangkan timnas para boling langsung menggeser ke program khusus berupa pelatihan teknik bermain.
Pelatih timnas para boling Waluyo menjamin, para atlet akan tetap siap bertanding sesuai jadwal baru yang sudah diputuskan dan perpanjangan pelatnas juga tidak mempengaruhi target yang sudah ditentukan pemerintah.
Penundaan yang berlanjut ke perpanjangan pelatnas juga berdampak pada aspek pembiayaan dan operasional. Menyikapi hal ini, induk cabang olahraga melakukan pengajuan anggaran tambahan guna membiayai pelatnas yang bertambah lama.
Waluyo menuturkan pihaknya sudah mendapat arahan dari NPC Indonesia untuk menyusun sebuah proposal yang berisi rincian tambahan anggaran program latihan kepada pemerintah dalam hal ini Kemenpora.
Proposal berupa Rancangan Anggaran Biaya (RAB) itu, katanya melanjutkan, memasukkan rincian anggaran pelatnas untuk bulan Januari sampai Maret 2020.
Begitu pula dengan cabang paraatletik, yang menjadi salah satu sektor yang membawa amanah terbesar dengan ditargetkan sebanyak 31 medali emas, turut mengajukan proposal tambahan pendanaan pelatnas.
Demi membiayai pelatnas bagi 55 atlet yang akan diikutkan pada 116 nomor perlombaan, timnas para atletik juga sudah menyusun RAB untuk tiga bulan ke depan.
Juara Umum
Atas dinamika tersebut, NPC Indonesia berkomitmen untuk tetap menjaga semangat atletnya hingga tiba saatnya bertanding di APG 2020 di Filipina.
NPC Indonesia pun menegaskan bahwa tidak ada masalah dari penundaan APG 2020, bahkan program-program pelatihan masih berjalan sesuai rencana.
Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun menuturkan bahwa pihaknya mendapat perhatian luar biasa dari pemerintah terkait pengunduran jadwal APG Filipina. Meski APG molor, namun biaya pelatnas dipastikan tetap mengalir.
"Bagi NPC yang terpenting ialah hasil akhir dan pelatnas bisa menjaga semangat para atlet," kata Senny menegaskan.
Oleh karena itu, sebanyak 300 atlet NPC Indonesia yang telah siap diberangkatkan ke Filipina, tidak diperbolehkan pulang kampung selama liburan Natal dan Tahun Baru 2020. Mereka tetap melakukan TC yang dipusatkan di Solo, Jawa Tengah.
Selain bersiap untuk APG Filipina, perpanjangan pelatnas tersebut juga bisa membantu persiapan event Paralimpik 2020 pada Agustus hingga awal September.
Jalan panjang pelatnas APG, hingga persiapan menuju Paralimpik di Tokyo, sejatinya sudah berlangsung selama tujuh bulan atau sejak bulan Mei lalu. Periode waktu tersebut tidak bisa dibilang singkat, ditambah keseriusan tim menjalani latihan di Solo.
Selama menjalani pelatnas, semua atlet menjalan semua program yang telah ditetapkan oleh tim pelatih berikut dengan agenda uji coba baik yang dilakukan di dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan catatan Ketua Kontingen Indonesia Andi Herman, para atlet di beberapa cabang olahraga mengalami peningkatan prestasi usai mengikuti uji tanding yang beragam.
Baca juga: Indonesia targetkan juara umum di ajang ASEAN Para Games 2020
Selain itu, performa atlet juga begitu tinggi saat menjalani uji tanding (try out) sehingga ia optimistis performa lebih baik juga akan muncul saat APG 2020 di helat tiga bulan lagi.
APG 2020 sendiri akan dilangsungkan di tiga lokasi yaitu di Manila, Clark City dan Subic.
"Untuk meraih juara umum, Kontingen Indonesia minimal harus mengamankan 100 medali emas. Angka tersebut sudah dikaji melalui perhitungan kuat dan rinci," kata Andi Herman.
Apabial terdapat margin eror, kata Herman melanjutkan, dimungkinkan hanya dengan persentase rendah yaitu 15 persen dan justru ia berharap perolehan medali secara keseluruhan bisa melebihi target di atas.
Sebanyak 16 cabang olahraga akan diikuti Kontingen Indonesia yang diantaranya adalah para panahan, atletik, bulu tangkis, boccia, sepak bola, boling, balap sepeda, renang, Judo, tenis meja, bola voli duduk dan para triathlon
Adapun kompetisi kontingen terdiri dari 300 atlet dan didampingi pelatih, ofisial, hingga tim medis medis dengan jumlah total menjadi 550 orang.
Dengan jumlah pasukan sebesar itu, Andi optimistis Indonesia bisa mengamankan gelar juara umum di APG 2020.
Semangat atlet APG 2020 pantang kendur meskipun jadwal diundur
Sabtu, 28 Desember 2019 5:03 WIB
APG 2020 sendiri akan dilangsungkan di tiga lokasi yaitu di Manila, Clark City dan Subic.