Kota Bogor (ANTARA) - Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University bersama Kelompok Masyarakat Desa Temburun, Kecamatan Siantan Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, menebar kembali (restocking) kepiting bakau (scylla serrata) di kawasan Pantai Senggalong.
"Kami melepas kembali kepiting bakau setelah beberapa saat dipelihara dalam wadah khusus di area Pantai Senggalong. Lokasi tersebut memiliki kawasan mangrove yang sudah membaik, yang sebelumnya sempat terkikis oleh laut," kata Peneliti PKSPL Dr Irzal Effendi sebagaimana keterangan dari IPB University di Kota Bogor, Kamis.
Penebaran kembali kepiting bakau yang dilakukan akhir November tersebut merupakan bagian dari program penelitian dan pengabdian masyarakat PKSPL IPB University dalam mendukung konservasi sumber daya pesisir berbasis komunitas secara berkelanjutan.
Fokus utamanya, kajian pemeliharaan dan pemulihan populasi kepiting bakau yang bernilai ekonomi tinggi dan berperan ekologis vital di hutan mangrove.
PKSPL IPB University yang diwakili oleh Dr Irzal Effendi dan Muhammad Qustam Sahibuddin, MSi menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah penting untuk memastikan keberlanjutan program restorasi.
Irzal mengatakan keberhasilan program ini sangat bergantung pada komitmen kelompok masyarakat dan masyarakat Desa Temburun dalam mengelola dan mengawasi habitatnya.
"Kepiting bakau yang dilepas kami beri tanda (tagging) untuk memonitor arah dan jangkauan jelajahnya, sekaligus mengkaji pertumbuhan dan reproduksi spesies ini," katanya.
Baca juga: 10 kilogram bibit kepiting dilepasliarkan di kawasan Mangrove Park Lampulo
Monitoring keberadaan kepiting bakau yang ditebar—termasuk cangkang pascamolting—dilakukan bersama masyarakat melalui Pokmas, dengan skema insentif.
Perwakilan Pokmas Desa Temburun Hasmadi menyampaikan terima kasih dan komitmennya.
"Kami menyambut baik bantuan dan pendampingan dari IPB University. Kegiatan ini memberikan kami pengetahuan baru tentang cara budi daya dan konservasi yang benar. Kami berkomitmen menjaga wilayah ini, karena kepiting bakau adalah masa depan mata pencaharian kami," katanya.
Diharapkan, dalam jangka waktu 6-12 bulan ke depan, populasi kepiting bakau di Pantai Senggalong akan meningkat hingga berdampak positif pada peningkatan hasil tangkapan nelayan lokal, baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk penyediaan benih secara berkelanjutan.
Di wilayah tersebut, budi daya kepiting bakau selama ini masih mengandalkan benih hasil tangkapan dari alam (fisheries-based aquaculture).
"Melalui pendekatan ilmiah dari IPB University dan kearifan lokal Pokmas, kami bisa memastikan ekosistem Kepulauan Anambas tetap lestari dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat," kata Dr Irzal.
Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan pada Desember 2023 pernah menerbitkan booklet berjudul Profil Pasar Kepiting.
Pada booklet tersebut disebutkan bahwa Indonesia memproduksi kepiting bakau pada tahun 2021 sebanyak 18.232 ton atau 14 persen dari total produksi dunia. Sementara pada 2022 sebanyak 14.214 ton dengan nilai Rp986 miliar.
Baca juga: PT Timah tebar benih 3.800 kepiting di Pulau Kundur
Baca juga: Kepiting bakau salah satu komoditas kelautan unggulan Mimika
Baca juga: Bangka Tengah manfaatkan potensi kawasan pesisir jadi sentra budi daya kepiting bakau
