Depok (Antaranews Megapolitan) - Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakat dan Budaya (PPKB) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Ali Akbar menyatakan ada tiga teori umum masuknya Islam ke Nusantara yang selama ini menjadi acuan para peneliti.
"Pertama Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh pedagang Gujarat, India Selatan. Yang menjadi dasar pandangan ini adalah adanya kesamaan nisan di daerah Cambay dan Nusantara, seperti Samudera Pasai, semenanjung Melayu, Kedah dan Perlak," kata Ali dalam acara seminar yang bertajuk 'Dari Mana Masuknya Islam ke Nusantara?" di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIBUI) Depok, Rabu.
Kedua lanjut dia Arab, pandangan ini bersumber pada berita yang ditulis oleh pelaut-pelaut China, serta ketiga orang-Orang Persia, alasannya, sebagaimana yang disampaikan Husen Djayadiningrat adanya kesamaan ritual di Persia dan Nusantara, seperti perayaan Asyura dan kesamaan bahasa misalnya kata Gandum, Nakhoda dan Anggur dan lainnya.
"Jaringan perdagangan dan pelayaran di masa lalu diyakini menjadi salah satu faktor adanya hubungan keagamaan dalam hal ini adalah transmisi agama Islam dari Asia Barat dan Asia Selatan menuju kawasan Nusantara-Indonesia," jelasnya.
Para pelaut dan pedagang Muslim diyakini turut serta dalam proses penyebaran Islam di Nusantara, di samping kedatangan para mubalig dari wilayah Asia Barat dan Asia Selatan yang ikut serta dalam pelayaran tersebut.
Selain itu tidak dapat dimungkiri juga adanya ulama asal Nusantara yang setelah menuntut ilmu di Mekkah atau Madina (Hejaz), Arabia, ikut serta meramaikan proses Islamisasi tersebut.
Teori lain katanya yang mendasari penelitiannya pada tarikh masuknya Islam ke Nusantara, dapat dibagi dalam dua kategori. Kategori pertama menyebutkan bahwa penyebaran agama Islam ke Indonesia telah terjadi pada abad ke-7 M, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750) ke luar wilayah Jazirah Arab yang sekarang disebut Timur-Tengah.
Kategori teori kedua mengatakan bahwa penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 masehi. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.
Hampir semua peneliti tentang Indonesia sepakat bahwa salah satu agen Islamisasi di Nusantara adalah kaum pedagang, baik yang berasal dari Arab, Persia, India maupun Cina. J.C. Van Leur (1955) menyebutkan, proses islamisasi terjadi karena faktor politik, sedangkan menurut B. Schrieke (1957) karena faktor persaingan dagang antara penguasa Islam dan orang-orang Portugis.
Sementara itu, Brian Harrison (1954) menekankan pada faktor perkawinan antara keluarga kerajaan lokal dan para pedagang Islam dari Arab, Persia atau India. Sarjana lainnya berpendapat bahwa Islamisasi di kepulauan Indonesia dibawa langsung dari tanah Arab adalah Pijnappel (1972).
Siapakah yang membawanya, para pedagang, para ulama atau ulama Nusantara yang pernah belajar di Timur Tengah.
Pandangan berbeda disampaikan A.H. John (1961) yang mengatakan, bahwa faktor sufisme atau ajaran tassawuf ikut mempercepat proses islamisasi di Nusantara. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pertama masuknya Islam di Nusantara dibawa pedagang dari Gujarat, kedua Islam dibawa dan diperkenalkan ulama dari Timur Tengah.
Pandangan tersebut di atas menimbulkan pertanyaan. Perubahan atau pergantian sistem kepercayaan (agama) yang satu ke sistem kepercayaan lain tidaklah sederhana. Masyarakat tidak akan begitu mudah mengganti sistem kepercayaan lama ke sistem kepercayaan yang baru.
"Oleh karena itu, para ulama yang menyebarkan Islam di Nusantara tentu tokoh mumpuni yang berpengaruh," ujarnya.***4***
Tiga teori masuknya Islam ke Nusantara
Rabu, 21 November 2018 19:38 WIB
Para ulama yang menyebarkan Islam di Nusantara tentu tokoh mumpuni yang berpengaruh.