Bogor (Antaranews Megapolitan) - Varietas Padi IPB 3S yang dikembangkan oleh pemulia tanaman dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Hajrial Aswidinoor beserta tim dimana varietas ini telah diperkenalkan Presiden Joko Widodo pada bulan Oktober 2015 mendapat respon positif dari petani.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam pengembangan produksi varietas Padi IPB 3S, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memberikan hibah “Inovasi Perguruan Tinggi di Industri” kepada IPB.
Sebagai upaya lanjutan dari produksi benih berlabel kuning (biang benih) yang ditangkarkan untuk kembali menjadi benih komersial tersertifikasi, IPB mengembangkan produksi benih sebar (label biru) di sembilan lokasi yaitu Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan total luasan tempat penangkaran sebanyak 144 hektar.
Dalam rangka monitoring hibah tersebut, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan Kewirausahaan IPB, Prof. Dr. Erika B. Laconi, MS, Kasi Industri Pangan Ditjen Penguatan Inovasi Industri Kemristekdikti, Anteng Setia Ningsih, STP, MA, Tim Start Up Industri Benih Padi IPB 3S, Dr. Ir. Abdul Qadir, Dr. Ir. Asep Setiawan dan Candra Budiman, SP, M.Si beserta perwakilan dari PT. BLST melakukan visitasi ke dua lokasi penangkaran padi IPB 3S di Desa Mayang dan Desa Jenggawah, Jember (4/11).
“Pengembangan produksi benih padi di kedua lokasi tersebut cukup bagus. Dengan tingkat kelembaban cukup tinggi dan komposisi pupuk urea dikurangi, ditargetkan dapat menghasilkan kurang lebih 11 ton per hektar. Produktivitas ini lebih tinggi dibandingkan varietas yang sudah ada selama ini. Selain itu, varietas IPB 3S membutuhkan pupuk nitrogen yang lebih sedikit dibandingkan varietas lainnya. Kebutuhan nitrogen yang lebih sedikit menjadikan padi IPB3S lebih tahan terhadap penyakit tanaman,” ujar Prof. Erika.
Produksi benih dilakukan bekerjasama dengan mitra bisnis di Jember dan dikawal oleh Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) Satgas V Jember. Selain itu IPB mengembangkan dan menerapkan inovasi sistem produksi benih padi berbasis teknologi yang disebut Teknologi Budidaya IPB Prima. Teknologi Budidaya IPB Prima dikembangkan oleh Dr. Ir. Sugiyanta, MSi dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) Fakultas Pertanian IPB.
“Selain itu IPB juga memberikan pendampingan kepada petani oleh para tenaga ahli secara intensif di bawah koordinasi Tim Seed Center-Dept AGH Fakultas Pertanian IPB,” tambahnya.
Selain monitoring, IPB juga menggelar Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Seed Center di Politeknik Negeri Jember, (5/11).
Kegiatan ini sebagai bentuk pelaksanaan tugas dari Kemristekdikti untuk pengembangan Seed Center di Perguruan Tinggi untuk Kemandirian Benih Nasional.
Acara dibuka oleh Direktur Politeknik Negeri Jember dan dihadiri oleh Kasi Industri Pangan Ditjen Penguatan Inovasi Industri Kemristekdikti, Dinas Pertanian Jember, BPSP Satgas V Jember, Sivitas Akademika Program Studi Teknik Produksi Benih, para penangkar dan produsen benih, serta mitra bisnis di Jember. Ditjen Penguatan Inovasi Industri Kemristekdikti memberikan pengarahan tentang program inovasi perguruan tinggi dan Tim Seed Center IPB menyampaikan konsep pengembangan Seed Center di perguruan tinggi.
“Program Pengembangan Industri Benih Padi IPB 3S di Sentra Produksi Padi yang telah berjalan sejak tahun 2016 (Start Up Industri Benih) ini telah mengimplementasikan inovasi produk, inovasi teknologi, dan inovasi sistem dan diharapkan memberikan kontribusi yang penting terhadap ketersediaan benih bermutu nasional,” imbuh Prof. Erika.(Novi/Zul)
Padi IPB 3S berpotensi menghasilkan 11 ton per hektar di Jember
Rabu, 7 November 2018 9:51 WIB
Dengan tingkat kelembaban cukup tinggi dan komposisi pupuk urea dikurangi, ditargetkan dapat menghasilkan kurang lebih 11 ton per hektar.