Jakarta (ANTARA) - Channel Partner Manager Nakivo, Tri Wulandari, menegaskan pentingnya perusahaan memiliki perlindungan data yang memadai menyusul makin masifnya ancaman serangan siber di Indonesia.
"Perusahaan harus menyadari bahwa data harus diproteksi. Jika tidak, risikonya akan lebih besar, mulai dari kehilangan data, kelumpuhan operasional, hingga terhentinya bisnis,” kata Tri dalam konferensi pers kolaborasi Nakivo dan PT Mega Buana Teknologi (MBT) di Jakarta, Selasa.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat sebanyak 3,64 miliar serangan siber terjadi di Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Baca juga: SMK Wikrama Bogor bangun sistem pertahanan siber Indonesia
Baca juga: Bali manfaatkan teknologi siber deportasi warganegara AS
Lonjakan kasus tersebut menjadi pengingat serius akan meningkatnya ancaman terhadap dunia usaha yang dituntut tidak hanya mengandalkan sistem keamanan digital, tetapi juga menyiapkan strategi pemulihan data yang komprehensif.
President Director PT Mega Buana Teknologi Yuwono Pranata menambahkan, serangan siber yang terus meningkat menjadikan backup dan replication setara dengan “asuransi” bagi perusahaan.
"Selama belum terjadi insiden, perusahaan sering abai. Namun saat serangan datang, barulah terasa pentingnya perlindungan data," katanya.
Ia menilai industri perbankan dan sektor pemerintahan relatif lebih siap menghadapi ancaman siber, sementara perusahaan menengah serta daerah masih cenderung mengesampingkan keamanan data.
Baca juga: Serangan siber lumpuhkan Bandara Brussels
"Beberapa perusahaan di Indonesia jika belum kena serangan, mereka belum aware atau memprioritaskan perlindungan data," kata dia.
Melalui kemitraan dengan MBT, Nakivo menghadirkan solusi backup dan disaster recovery untuk mendorong adopsi perlindungan data di berbagai sektor industri.
Kolaborasi tersebut diharapkan dapat membantu pelaku usaha meningkatkan kesadaran sekaligus menekan potensi kerugian akibat insiden siber.
“Kami ingin menekankan bahwa biaya perlindungan data jauh lebih kecil dibandingkan kerugian miliaran rupiah akibat kehilangan data,” kata Tri mengingatkan.
