Situbondo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo, Jawa Timur, terus melakukan upaya menekan angka prevalensi stunting, salah satunya melalui Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), seiring naiknya angka prevalensi stunting dari 4,1 persen pada 2023 menjadi 10,6 persen pada 2024.
"Program Genting ini adalah gerakan berbasis gotong royong yang mengumpulkan orang tua asuh dengan keluarga berisiko stunting," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Situbondo Wawan Setiawan di Situbondo, Rabu.
Untuk menekan angka stunting, lanjutnya, selain bantuan nutrisi juga perlu intervensi non-nutrisi seperti jambanisasi, rumah layak huni, serta akses air bersih.
Baca juga: Maros klaim penurunan stunting 12 persen
Baca juga: Relawan Kesehatan minta KPK usut korupsi PMT
Program Genting ini, kata dia, menyasar kelompok rentan yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, baduta (0–23 bulan), dan balita (24–59 bulan).
Ia mengatakan mereka akan mendapatkan dukungan baik nutrisi maupun non-nutrisi sesuai hasil verifikasi data Keluarga Risiko Stunting (KRS) yang dilakukan desa atau kelurahan.
Sekda Wawan menyampaikan standar nasional mengatur bahwa bantuan nutrisi setidaknya senilai Rp15.000 per hari, namun Pemkab Situbondo menetapkan kebijakan fleksibel dengan besaran bantuan nutrisi Rp10.000 per hari agar masyarakat luas dapat berpartisipasi tanpa memberatkan.
"Terpenting adalah ada keberlanjutan bantuan, baik tiga bulan, enam bulan, bahkan hingga dua tahun," ujarnya.
Baca juga: SKK Migas dan KEI bantu penanganan kasus stunting di Kepulauan Sumenep
Wawan menambahkan Bupati Situbondo telah menerbitkan Surat Keputusan TPG serta Surat Edaran (SE) Nomor 100.3.4.2/51 431 001/2025, yang mewajibkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), direktur perusahaan daerah (perusda), kepala desa/lurah, hingga pimpinan organisasi non-pemerintah, untuk berkolaborasi aktif dalam Program Genting.
