Jakarta (ANTARA) - Banjir membuat lingkungan kotor dan harus secepatnya dibersihkan saat telah surut, bersih dari lumpur, sampah, atau kotoran lain.
Untuk membersihkan berbagai kotoran usai banjir atau bahkan melintasi banjir, perlu memperhatikan alas kaki yang aman bagi kulit.
Selain pemakaian alas kaki, penting pula bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan kulit saat bencana banjir sering terjadi.
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) dr. Arini Astasari Widodo, Sp.KK mengatakan masyarakat perlu memperhatikan jenis alas kaki yang aman dipakai ketika sedang banyak bencana banjir terjadi.
“Menggunakan alas kaki tertutup saat membersihkan lingkungan pasca banjir sangat disarankan untuk melindungi kaki dari kontaminasi dan cedera,” kata dr. Arini saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Arini menganjurkan masyarakat memilih sepatu boots berbahan karet atau plastik yang tahan air dan mudah dibersihkan. Tujuannya yakni agar berbagai partikel asing tidak mudah masuk ke dalam pori kulit atau melukai kulit.
Alas kaki yang dikenakan diharapkan dapat menutupi seluruh kaki, bukan sandal terbuka yang dapat membuat air banjir mudah mengenai kulit.
Perlu diperhatikan bahwa sol alas kaki yang digunakan terbuat daru bahan anti-selip agar tidak mudah tergelincir. Setelah digunakan, cuci dan keringkan sepatu dengan benar untuk mencegah jamur dan bau.
Masyarakat juga perlu menggunakan kaos kaki berbahan katun atau quick-dry untuk menjaga kaki tetap kering.
Selain pemakaian alas kaki, penting pula bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan kulit saat bencana banjir sering terjadi.
Langkah pertama, masyarakat harus segera cuci kulit dengan sabun antiseptik setelah kontak dengan air banjir.
Keringkan kulit dengan baik terutama di sela-sela jari kaki untuk mencegah infeksi jamur. Gunakan juga pelembap untuk mencegah kulit kering dan iritasi akibat paparan air kotor.
Jika ada luka kecil, Arini menyarankan untuk segera bersihkan dengan antiseptik dan tutup dengan plester untuk menghindari infeksi. Hindari menggaruk area yang gatal, karena dapat memperburuk iritasi dan menyebabkan infeksi sekunder.
Ia menekankan air banjir sering kali sudah terkontaminasi oleh bakteri, virus, jamur, serta zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi kulit. Selain itu, benda tajam seperti pecahan kaca atau logam tersembunyi di dalam air banjir dapat melukai kaki dan meningkatkan risiko infeksi sekunder.
Terdapat pula beberapa jenis penyakit kulit yang sering muncul akibat kontak dengan air banjir antara lain dermatitis iritan yang menyebabkan peradangan kulit akibat paparan air kotor dan zat kimia dan infeksi jamur (tinea pedis atau kutu air) yang sering terjadi pada kaki yang lembap dalam waktu lama.
Penyakit lain yakni impetigo dan selulitis yang terjadi akibat adanya infeksi bakteri, sehingga luka kecil di kulit dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri, leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dari air kencing tikus akibat masuk melalui luka kecil di kulit dan menyebabkan infeksi sistemik hingga skabies dan kutu air, yang risikonya meningkat akibat lingkungan yang lembap dan sanitasi yang buruk.
Bagi yang suka berenang di air banjir, risikonya lebih besar karena kulit terpapar kontaminan dalam waktu lama, meningkatkan kemungkinan infeksi kulit dan penyakit sistemik.
Arini turut mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan alas kaki tertutup saat berjalan di air banjir atau saat membersihkan rumah.
Hindari bermain atau berenang di air banjir, karena menurutnya risiko tidak hanya pada kulit, tetapi juga bisa menyebabkan penyakit lain seperti leptospirosis dan diare.
Jaga kebersihan tubuh dengan mandi setelah kontak dengan air banjir. Jika mengalami ruam, gatal, atau luka yang sulit sembuh, segera periksa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dermatologi
Ahli dermatologi dr. R. Aj. Putri Ambarani P., Sp. D.V.E mengingatkan warga segera membersihkan kaki dan bagian tubuh lainnya yang terkena air banjir untuk mencegah terkena penyakit kulit seperti dermatitis kontak (eksim).
Apabila kaki terendam, terpaksa berjalan di genangan air, jangan terlalu lama kalau bisa, segera dikeringkan dan dibersihkan sehingga tidak menyebabkan kerusakan kulit yang akhirnya menimbulkan penyakit kulit.
Putri menyarankan warga mengenakan alas kaki yang tertutup, berbahan karet dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan air banjir tanpa pelindung.
Dokter spesialis dermatologi venereologi estetika di RS Pondok Indah itu juga mengatakan warga sebaiknya sebisa mungkin menjaga kebersihan tubuh, kendati mungkin ini sulit dilakukan.
Upaya ini termasuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah menyentuh barang.
Adapun penyakit kulit yang dapat muncul saat banjir, salah satunya dermatitis kontak atau radang kulit, terutama dermatitis kontak iritan. Penyakit ini ditandai dengan gejala seperti kulit terasa gatal, ruam kemerahan dan nyeri.
Putri menuturkan, pada prinsipnya air merupakan bahan iritan. Apalagi air banjir yang banyak mengandung bahan iritatif seperti detergen, pestisida, zat kimia lain sehingga dapat menyebabkan kulit jadi meradang, bercak merah disertai rasa terbakar, gatal dan panas.
"Berat-ringannya dermatitis ini bergantung pada lamanya terendam dalam air. Jadi makin lama terendam makin rusak kulit tersebut, makin berat kondisi dermatitisnya," tutur dia.
Karena itu, demi mencegah terkena penyakit ini, Putri mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan diri dan sebisa mungkin mengenakan alas kaki dengan penutup saat berkontak dengan air banjir.
Lalu, apabila sudah terjadi kondisi dermatitis, maka usahakan tidak menggaruk kulit yang gatal, mengompres area yang terkena dengan kompres dingin dan hindari zat pemicu iritasi seperti air banjir.
Selain itu, pantau kondisi dengan saksama dan perhatikan ada atau tidaknya perburukan gejala seperti ruam meluas dan semakin nyeri. Bila itu terjadi, maka segeralah berobat ke sarana kesehatan.
Baca juga: Dokter gizi anjurkan pola makan sehat saat hadapi musim hujan
