Jakarta (ANTARA) - Indonesia tidak hanya mengenal satu momentum tahun baru, tetapi berbagai perayaan yang mencerminkan kekayaan budaya dan agama di negeri ini.
Setiap perayaan membawa tradisinya masing-masing, mulai dari keriuhan pesta hingga keheningan doa.
Tahun Baru Masehi, setiap di penghujung malam 31 Desember hingga melewati tengah malam menandakan telah tiba 1 Januari, menjadi momentum di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tahun Baru Masehi bukan sekadar selebrasi, tetapi juga waktu untuk merefleksikan pencapaian dan menyusun resolusi baru. Meski dirayakan dengan cara yang berbeda-beda, semangatnya tetap sama, yaitu menyambut awal yang baru dengan harapan dan optimisme.
Tahun Baru Imlek, dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia, merupakan momentum yang sarat akan tradisi dan doa untuk keberuntungan. Di Indonesia, Imlek identik dengan tradisi seperti berbagi angpao, menikmati hidangan khas seperti kue keranjang dan yu sheng, hingga menyaksikan atraksi barongsai yang meriah.
Nyepi, berdasarkan kalender Saka yang dirayakan oleh umat Hindu, khususnya di Bali, adalah momentum unik yang sarat akan spiritualitas. Nyepi diisi dengan keheningan total, menghentikan segala aktivitas sebagai wujud refleksi dan pembersihan diri. Tradisi ini menjadi daya tarik unik yang menjadikan Bali istimewa.
Tahun Baru Islam atau 1 Muharram Tahun Hijriyah, adalah momentum bersejarah yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 1 Muharram mengingatkan umat pada hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, sebuah peristiwa penting dalam perjalanan Islam. Di Indonesia, perayaan Tahun Baru Islam biasanya ditandai dengan berbagai kegiatan religius seperti doa bersama, pengajian, pawai obor, hingga tasyakuran. Tahun Baru Islam menjadi momen refleksi bagi umat Muslim untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan meningkatkan amal kebaikan. Dengan semangat hijrah, umat diajak untuk terus melangkah ke arah yang lebih baik dalam setiap aspek kehidupan.
Satu Suro, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam, merupakan awal tahun dalam penanggalan Jawa. Lebih dari sekadar pergantian waktu, Satu Suro dianggap sebagai momen sakral yang penuh dengan makna spiritual dan introspeksi. Perayaan Satu Suro identik dengan ritual adat seperti tirakatan, meditasi, atau ngalap berkah. Satu Suro mengajarkan pentingnya harmoni, introspeksi, dan menjaga hubungan dengan leluhur, alam, dan Sang Pencipta, menjadikannya momen penuh nilai dalam kebudayaan Jawa.