Jakarta (ANTARA) - Jakarta sebagai kawasan padat penduduk sekaligus padat perumahan menjadikan daerah itu rawan kebakaran.
Sepanjang tahun ini, hingga 23 Desember 2024, telah terjadi 1.888 kebakaran di Jakarta, aartinya tiap hari lima kebakaran.
Secara statistik, data peristiwa kebakaran pada tahun ini di Jakarta, menurun 12,8 persen dibandingkan tahun 2023.
Arus pendek (korsleting) listrik menjadi penyebab dari 1.148 kebakaran, selebihnya lantaran kebocoran selang tabung gas, pembakaran sampah, bahkan 98 kebakaran disebabkan puntung rokok yang masih membara.
Dari penyebab kebakaran tersebut, menandakan tata perumahan yang tidak beraturan, instalasi listrik yang sudah tua dan semrawut serta keteledoran warga menjadikan kebakaran terjadi hampir setiap waktu.
Korban kebakaran pun berjatuhan. Salah satunya adalah kebakaran akibat kebocoran gas di pemukiman di Jalan Kalianyar IV RT/RW 11/02 Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat, pada Oktober lalu yang menewaskan lima orang warga serta meludeskan puluhan rumah, menyebabkan 75 keluarga dengan 300 jiwa kehilangan rumah serta harta benda lainnya.
Kebakaran besar juga terjadi di pemukiman warga di tiga RW di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada 13 Agustus 2024, menyebabkan 683 bangunan ludes dan sedikitnya 3.332 jiwa dari 1.172 keluarga diungsikan. Tujuh orang pun terluka akibat kebakaran tersebut.
Kebakaran maut pun terjadi pada toko bingkai di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, pada 18 April 2024, menyebabkan tujuh orang tewas, termasuk seorang balita dan seorang anak berusia delapan tahun. Lima korban lainnya terluka bakar. Kebakaran pada Kamis malam itu, baru bisa dipadamkan pada Jumat pagi keesokan harinya.
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta melakukan sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya adalah penyediaan 900 unit alat pemadam kebakaran ringan (APAR) bagi 450 RT di wilayah Jakarta Barat.
Sejumlah sosialisasi dari Dinas Gulkarmat terkait penanggulangan bencana kebakaran juga terus dilakukan, termasuk di sekolah-sekolah.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga menyarankan lima langkah solusi yang dapat memutus rantai kebakaran beruntun, terutama di pemukiman padat di Jakarta.
Pertama, memeriksa regulasi, apakah pemukiman yang rawan kebakaran berlokasi sesuai dengan peruntukan hunian dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR); kedua, memberikan solusi atau langkah antisipasi bagi pemukiman yang layak huni, dengan perbaikan lingkungan atau penataan atau peremajaan atau revitalisasi permukiman padat menjadi kawasan hunian vertikal (rumah rusun); ketiga, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat permukiman rawan kebakaran; keempat, negosiasi kepada masyarakat terkait ganti untung serta proses pembangunan ulang kawasan; kelima, implementasi pembangunan rumah susun di lokasi kebakaran, misalnya ada bangunan di empat RT yang ludes terbakar, maka pembangunan hunian vertical dilakukan secara bertahap dari satu RT ke RT lainnya. Selama pembangunan berlangsung, secara bergantian juga setiap RT diungsikan ke rumah susun terdekat.
Baca juga: 24 unit damkar dikerahkan padamkan kebakaran rumah padat penduduk di Tebet
Baca juga: Kebakaran Manggarai diduga akibat beban listrik yang tak sesuai