Kota Bogor (ANTARA) - Cendekiawan Muslim pengajar di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Hidayah Kota Bogor, Jawa Barat, Dr Solahudin menyampaikan soal ketakwaan dalam bulan Ramadhan, dibutuhkan kapanpun dan dimanapun bagi umat Muslim.
Solahudin saat menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Lapangan Masjid Al-Khoslan, Kota Bogor, Rabu, menyatakan di bulan Ramadhan semua umat Islam diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh agar bertakwa.
Rujukannya adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) pada surah Al Baqarah 183,"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
“Maka dari itu, marilah kita membumikan dimensi muttaqin dalam tujuan takwa selama shaum (puasa) Ramadhan. Karena ketakwaan ini dibutuhkan kapanpun dan dimanapun,” ujarnya.
Ia merujuk pada ulama Tholaq bin Habib Rahimahullah dalam buku Jamiul Ulum wal Hikam (halaman 211) yang membahas soal takwa.
“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah SWT, di atas cahaya dari Allah dengan harapan untuk mendapatkan pahala dari Allah dan engkau menjauhi maksiat atas cahaya dari Allah karena takut akan azab Allah,” jelasnya.
Solahudin pun mengajak umat Islam melanjutkan nilai-nilai ketakwaan usai Ramadhan, seperti puasa, ibadah di malam hari, menjaga perkataan dan perbuatan, hingga dalam hal memberi dan menerima.
Pada bagian akhir, ia merinci lima poin bentuk ketakwaan yang ada di bulan Ramadhan dan harus terus dipertahankan. Pertama yakni shalat lima waktu secara berjamaah selama Ramadhan hendaknya dilanjutkan setelah Ramadhan.
Kedua, lanjut Solahudin, gemar infak dan sedekah. “Maka lanjutkan infak sedekah anda sebagai bentuk menjaga ketakwaan. Sebab di antara sifat orang bertakwa adalah dia yang gemar bersedekah,” ucapnya.
Ketiga, kata dia, melanjutkan puasa wajib dengan puasa sunnah, yang merupakan amalan takwa yang dapat mempercepat seseorang masuk ke dalam surga.
Keempat, Solahudin mengajak para jamaah menjaga lisan dan anggota badan dari maksiat kepada Allah SWT. Sebab di bulan Ramadhan, banyak kaum muslimin yang sangat menjaga lisan dan anggota badan yang lain dari kemaksiatan.
Sedangkan kelima, Ramadhan telah mengajarkan untuk berlaku adil, di mana kewajiban Ramadhan berlaku untuk semua orang, baik orang kaya atau miskin, lelaki atau perempuan, pejabat negara atau rakyat biasa. Ini menunjukkan syariat yang adil.
“Maka dari itu setelah Ramadhan pun kita harus berlaku adil, terutama adilnya seorang ayah dan ibu terhadap anak-anaknya. Jangan sampai kita memfasilitasi satu anak dan mengabaikan anak yang lain,” kata Solahudin.