Depok (ANTARA) - Departemen Geosains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) menciptakan sebuah inovasi yang diberi nama Sistem Informasi Curah Hujan Lokal (Si-Cuhal).
"Platform Si-Cuhal ditujukan untuk mengakomodasi para petani, Dinas Pertanian, masyarakat umum, dan koperasi petani yang bertindak sebagai pemasok produk-produk pertanian," kata penggagas Si-Cuhal Dr Eng Supriyanto, M.Sc., di kampus UI Depok, Selasa.
Si-Cuhal merupakan platform yang menyediakan data curah hujan, suhu, dan kelembapan udara di suatu wilayah yang dikumpulkan dalam cloud server. Data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik curah hujan harian, bulanan, dan curah hujan tahunan.
Supriyanto mengatakan Informasi yang terdapat dalam Si-Cuhal sangat penting dalam membantu petani untuk menentukan musim tanam yang tepat berdasarkan pola perubahan cuaca lokal yang akhir-akhir ini semakin tidak menentu.
Baca juga: UI sosialisasikan inventarisasi potensi bencana alam tanah longsor di Gunungkidul
Dengan demikian, produksi petani, khususnya padi, diharapkan dapat terus dipertahankan.
Seluruh grafik curah hujan yang dicatat Si-Cuhal dapat diakses kapan saja oleh para petani di suatu wilayah melalui gadget.
Melalui inovasi ini, petani dapat mencatat, mendokumentasikan, serta menganalisis intensitas curah hujan. Selain itu, Si-Cuhal juga menyediakan informasi terkait kegiatan usaha di sektor pertanian.
Inovasi ini dibangun berlandaskan teknik Pertanian Presisi, yakni konsep pengelolaan pertanian yang didasarkan pada pengamatan, pengukuran, dan respons terhadap variabilitas antar dan intra-lahan pada tanaman. Dalam teknik Pertanian Presisi, cuaca menjadi faktor penting untuk mengoptimalkan hasil pertanian.
Baca juga: FMIPA UI pasang alat pantau banjir di tujuh sungai di Sumedang
Menurut Supriyanto, sudah saatnya petani Indonesia naik kelas dari petani tradisional menjadi petani modern dengan menerapkan Pertanian Presisi.
Stasiun pemantauan cuaca Si-Cuhal mulai dikembangkan pada 2019 dan telah melalui serangkaian uji laboratorium. Bahkan, teknologi stasiun pemantauan cuaca Si-Cuhal sudah diaplikasikan untuk keperluan mitigasi bencana banjir di wilayah Depok, Karawang, Sumedang, dan Garut.
Si-Cuhal pada awalnya terdiri atas 10 hingga 20 stasiun pemantau cuaca pada suatu kabupaten atau kota. Si-Cuhal mampu mencatat intensitas curah hujan harian, suhu, dan kelembapan udara secara otomatis setiap 10 menit dan mengirimkannya ke cloud server untuk disimpan.
Saat ini, Si-Cuhal siap diimplementasikan di lahan pertanian di seluruh Indonesia selama tersedia infrastruktur komunikasi Global System for Mobile Communication (GSM) di wilayah tersebut.
Indramayu akan menjadi lokasi pertama pengimplementasian teknologi ini. Pada akhir Februari 2024, Supriyanto dan tim akan bertolak ke Desa Mulyasari, Kecamatan Bangodua, Indramayu, untuk melakukan instalasi pemasangan Si-Cuhal.
Baca juga: Dosen FMIPA UI sarankan masyarakat tanam pohon hias atasi cuaca ekstrem
Untuk persiapan instalasi, tim terus berkoordinasi dengan anggota dari Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (PPTPI).
Setelah data terkumpul dari alat yang sudah dipasang, tim akan melaksanakan sosialisasi kepada para petani Indramayu yang tergabung dalam PPTPI.
Ke depan, Si-Cuhal tidak hanya akan mengelola hasil pengukuran curah hujan. Platform ini telah dikembangkan agar petani dapat mengunggah jenis hama yang menyerang lahan pertaniannya.
Petani lain dapat memberi saran dan masukan terkait cara mengatasi serangan hama tersebut berdasarkan pengalamannya. "Petani dapat saling berbagi pengalaman dalam memilih jenis pupuk dan kadar yang tepat sesuai karakteristik lahan pertanian yang beragam," ujarnya.