Bogor (Antara Megapolitan) - Arnetty resmi menjabat sebagai Kepala Stasiun Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Bogor, Provinsi Jawa Barat menggantikan Ni Made Sri Widari.
Serah terima jabatan dan pisah sambut keduanya berlangsung di Kota Bogor, Kamis, dihadiri antara lain Direktur SDM dan Umum LPP RRI Nuhanuddin, dan Parni Hadi yang juga Direktur Utama RRI periode 2005-2010, Kepala RRI Bandung, Jember, dan Cirebon, serta para pejabat RRI Pusat.
Sri Widari yang menjabat sebagai Kepala RRI Stasiun Bogor yang membawahi Kota dan Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa Barat selama sekitar dua setengah tahun selanjutnya mendapat tugas baru sebagai Kepala Stasiun RRI Jember, Jawa Timur.
Sedangkan pejabat baru penggantinya, Arnetty sebelumnya sebagai Kepala Bagian Organisasi dan SDM pada Direktorat SDM dan Umum RRI Pusat di Jakarta.
Pejabat lama Sri Widari, yang akrab disapa Bu Made itu menjelaskan, selama sekitar dua setengah tahun bertugas di RRI Bogor sejak 24 Februari 2014, sudah cukup banyak kegiatan dan program yang dilaksanakan dan melibatkan masyarakat, namun masih banyak pula yang masih harus disempurnakan dan dilanjutkan oleh pejabat baru.
Dia mengakui jangkauan tugas RRI di Kabupaten dan Kota Bogor yang cukup luas, RRI Bogor masih sangat kekurangan personel jika mengacu pada kebutuhan yang ideal.
Menjawab pertanyaan Antara secara terpisah Made menjelaskan, saat ini jumlah SDM yang ada di RRI Bogor sekitar 88 orang, dan dari jumlah itu hanya sekitar sembilan orang yang bergerak di bidang pemberitaan/reporter lapangan.
"Ini masih sangat kurang, setidaknya kita butuh sekitar 100 orang. Karena kurang, maka selama ini kita banyak memberdayakan masyarakat untuk membantu sebagai reporter, antara lain dari tenaga Pramuka," ujarnya.
Dia mengharapkan sejumlah program yang sudah dijalankan sebelumnya bisa ditindaklanjuti, antara lain berupa "Radio Pasar" yang sedang digalakkan oleh RRI Bogor.
Sementara Kepala RRI Bogor yang baru, Arnetty mengajak jajarannya fokus bekerja untuk melaksanakan program-program penyiaran dan lainnya yang sudah dilakukan selama ini agar ke depan bisa lebih baik lagi.
Ia juga mengajak kepada jajarannya untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan bidang tugas masing-masing, sebagai tanggung jawab baik kepada atasan langsung maupun kepada negara dan rakyat Indonesia.
Direktur SDM dan Umum LPP RRI Nuhanuddin pada kesempatan itu menguraikan secara singkat sejarah berdirinya, perjuangan, dan keberadaan RRI mulai dari era Presiden Seokarno, Soeharto, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati, SBY, hingga Presiden Jokowi saat ini.
Sejarah itu, menurut dia, sangat penting untuk diketahui oleh keluarga besar RRI sebagai pedoman agar bisa menjalankan tugaa ke depan secara lebih baik.
Ia mengajak kepada keluara besar RRI untuk terus menjaga independensinya serta mewujudkan visi dan misi RRI yang baru, yakni "Terpercaya dan Mendunia".
Turut memberikan sambutan serta motivasi selama sekitar 30 menit yakni Parni Hadi, yang juga wartawan senior, pengamat media, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi LKBN ANTARA periode 1998-2000, dan Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) periode 2005-2010.
Arnetty Jabat Kepala RRI Bogor
Kamis, 25 Agustus 2016 15:59 WIB
Setidaknya kita butuh sekitar 100 orang. Karena kurang, maka selama ini kita banyak memberdayakan masyarakat untuk membantu sebagai reporter, antara lain dari tenaga Pramuka.