Bogor (ANTARA) - Prosesi penyatuan air dan tanah di Kawasan Titik Nol Kilometer Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, menjadi tanda dimulainya pembangunan ibu kota negara yang baru.
Air dan tanah tersebut sengaja diambil dari 34 provinsi oleh masing-masing gubernur, yang disatukan ke dalam sebuah gentong pada pertengahan Maret 2022.
Presiden Joko Widodo yang memimpin prosesi unik itu menganggap penyatuan air dan tanah merupakan simbol dari kebhinekaan dan persatuan yang kuat dari seluruh provinsi di Tanah Air dalam rangka mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur itu memang sudah diumumkan jauh-jauh hari oleh Presiden, sejak 26 Agustus 2019. Kemudian, pada tanggal 18 Januari 2022 dilakukan pengesahan Undang Undang Nomor 3 tentang Ibu Kota Negara.
Pemindahan ibu kota negara dilakukan sebagai salah satu strategi untuk merealisasikan Visi Indonesia 2045, di antaranya mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dan merata.
Selain itu, mendorong transformasi pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi bangsa, serta mendorong percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata.
Sejak Undang-Undang Ibu Kota Negara Nusantara diundangkan, pembangunan sejumlah infrastruktur di IKN langsung dijalankan.
Pemerintah, melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mulai membangun sejumlah infrastruktur dasar IKN Tahap I tahun 2022-2024 yang menyerap anggaran tidak kurang Rp43,73 triliun.
Nantinya, sebesar 65 persen atau 4.322 hektare dari total areal Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN Nusantara yang luasnya 6.671 hektare, ditetapkan menjadi area hijau makro.
Ada delapan prinsip pembangunan jangka panjang IKN yang harus dipatuhi. Delapan prinsip tersebut akan menjadi pedoman dan strategi pembangunan serta pengelolaan jangka panjang IKN.
Kedelapan prinsip itu adalah mendesain dengan memperhatikan alam, Bhinneka Tunggal Ika, terhubung-aktif dan mudah diakses, emisi karbon rendah, sirkuler dan tangguh, aman-nyaman-terjangkau, efektif dan efisien melalui teknologi, serta menciptakan peluang ekonomi.
Pembangunan IKN Nusantara menerapkan konsep smart city forest atau kota di dalam kawasan hutan. Sekitar 65 persen wilayahnya menjadi kawasan hijau dan menggunakan konstruksi yang ramah lingkungan untuk setiap bangunan.
Produk hijau
Penerapan konsep kota di dalam kawasan hutan ini rupanya bukan sebuah peristiwa kiamat bagi industri semen. Sejalan dengan program pemerintah, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, memasuki babak baru untuk terus maju, mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Adanya kekhawatiran mengenai pemanasan global membuat perusahaan yang dipimpin Christian Kartawijaya itu turut berkontribusi melindungi planet bumi, salah satunya dengan pengembangan bahan bangunan yang andal dan berkelanjutan dalam membangun peradaban manusia.
Indocement berada di garis depan dalam menjalankan industri CO2 netral melalui produk-produk semen ramah lingkungan. Hal itu sesuai dengan komitmen berkelanjutan HeidelbergCement Group, dan selaras dengan misi Indocement, yaitu selalu memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan tata kelola.
Dengan mengusung konsep "material to build our future" atau bahan untuk membangun masa depan, produsen Semen Tiga Roda itu kini menyediakan beragam bahan bangunan yang ramah lingkungan untuk masa depan umat manusia.
Konsep ini menjadi acuan bagi Indocement agar berperan aktif dalam membantu mitranya untuk mewujudkan pembangunan hijau, salah satunya dengan penyediaan bahan bangunan ramah lingkungan. Karena bahan bangunan tersebut diproduksi dengan efisiensi tinggi, rendah emisi CO2, serta meminimalisasi dampak lingkungan.
Produk green cement atau semen hijau yang disediakan yaitu portland komposit semen, hidrolis semen, dan slag semen. Produk semen tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang kuat dan tahan lama.
Prodok-produk semen hijau dari Indocement itu tercatat telah digunakan dalam pembangunan beberapa proyek strategis nasional, yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang dan PLTU Tanjung Jati, Jawa Tengah, serta pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.
Selain menghasilkan produk ramah lingkungan, Indocement juga terus meningkatkan investasi terkait pemanfaatan bahan bakar alternatif dan bahan baku alternatif. Penggunaan bahan bakar alternatif ini ditargetkan mencapai 25 persen untuk menggantikan batu bara hingga tahun 2025.
Konstruksi berkelanjutan
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memprakarsai deklarasi sinergi untuk konstruksi berkelanjutan di Titik Nol IKN pada peringatan Hari Bangun Indonesia (HBI), 11 November 2022.
Deklarasi tersebut menjadi titik awal komunikasi dan sinergi rutin antarpemangku kepentingan yang berkaitan dengan konstruksi untuk keberlanjutan di masa mendatang.
Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya sebelum melakukan deklarasi, memaparkan berbagai peluang kerja sama antara Indocement dengan pemerintah.
Ia meyakini, Indocement mampu memasok kebutuhan semen untuk membangun IKN. Karena, industri semen ini berkomitmen menghasilkan produk ramah lingkungan yang rendah emisi CO2.
Chirstian menerangkan bahwa Indocement memiliki target penurunan emisi menjadi 575 kilogram CO2/t cement equivalent pada tahun 2025, dan 490 kilogram CO2/t cement equivalent pada tahun 2030.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Yudha Mediawan menyambut baik tawaran kerja sama itu.
Menurutnya, konstruksi berkelanjutan sudah diatur dalam Peraturan Menteri PUPR nomor 9 tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi Berkelanjutan.
Yuda menganggap, Peraturan Menteri ini dapat menjadi landasan untuk membangun kolaborasi dalam hal konstruksi berkelanjutan. Ia berharap cita-cita bersama untuk memiliki bangunan, infrastruktur dan kota berkelanjutan di masa mendatang dapat terwujud.