Perajin kain tenun tradisional di pemukiman masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak,Provinsi Bantu kembali bangkit setelah permintaan konsumen meningkat selepas pandemi COVID-19.
"Kami sekarang melayani permintaan konsumen kain tenun Badui hingga 30 potong dari sebelumnya hanya 10 potong per pekan," kata Jali (65) seorang pedagang kerajinan masyarakat Badui saat ditemui di Kampung Kaduketug Atas Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Senin.
Permintaan konsumen dari sepekan itu dapat menghasilkan omzet penjualan sekitar Rp5 juta dibandingkan sebelumnya Rp1 juta/pekan.
Meningkatnya permintaan kain tenun Badui itu dipastikan mendorong usaha kerajinan masyarakat Badui kembali bangkit.
Sebagian besar konsumen yang membeli kain tenun Badui itu adalah konsumen dari pasar daring melalui marketplace populer seperti Shopee, Lazada, Akulaku, juga media sosial Facebook, Instagram, hingga Youtube.
Selain itu juga ada konsumen yang langsung mendatangi ke perajin di pemukiman Badui.
Membaiknya permintaan kain tenun Badui, karena pemerintah sudah membebaskan kegiatan ekonomi usai pandemi COVID-19.
"Perajin tenun Badui di sini kembali normal seperti sebelum COVID-19 dan permintaan dari berbagai daerah relatif meningkat," katanya menjelaskan.
Begitu juga pedagang kerajinan Badui lainnya, Kubil (45) mengaku dirinya yang berjualan aneka kerajinan di tempat tinggalnya di pemukiman Badui cukup ramai, terlebih Sabtu dan Minggu.
Mereka wisatawan ke pemukiman Badui dari berbagai daerah di wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat untuk mengisi liburan pada akhir pekan, apalagi saat ini memasuki musim buah durian.
"Kami saat ini permintaan konsumen relatif meningkat hingga 25 potong dibandingkan ketika COVID-19 hanya satu potong per pekan," katanya.
Menurut dia, harga kain tenun Badui dijual berkisar antara Rp350 ribu hingga Rp1,2 juta/potong dan tergantung kualitasnya.