Depok (Antara Megapolitan) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan revolusi mental harus sesuai dengan adat dan budaya suatu daerah tertentu.
"Jadi revolusi mental harus memperhatikan kearifan lokal yang berlaku dimasyarakat," kata Puan Maharani dalam acara seminar yang bertajuk "Revolusi Mental Sebagai Intervensi Sosial" di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok, Jumat.
Tampil sebagai pembicara dalam acara seminar tersebut adalah Guru Besar Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Bupati Wakatobi Hugua, dan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo.
Ia mengatakan revolusi mental maka kembali kekearifan lokal sehingga ada perubahan signifikan dan kembali untuk kebaikan masyarakat.
Puan juga mengatakan penerapan revolusi mental tak ada batas waktunya dan akan terus dilakukan dengan mengikuti perubahan zaman serta tetap harus mengakomodasi kepentingan publik.
Hal-hal kecil yang perlu dilakukan dalam revolusi mental misalnya adalah budaya antri yang harus diterapkan, kebersihan toilet yang tetap terjaga, menyebrang di zebra cross dan juga tidak membuang sampah sembarangan.
"Revolusi mental bukanlah hanya satu dua hari tetapi jangka panjang dan terus menerus untuk kebaikan masyarakat," katanya.
Untuk itu ia berharap Perguruan Tinggi seperti Universitas Indonesia dapat menjadi agen revolusi mental. "Sumbangan UI dalam gerakan revolusi mental kami tunggu," ujarnya.
Dikatakannya dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN ini pasar bukan milik Indonesia saja melainkan juga milik bangsa-bangsa di Asia Tenggara, sehingga kita memerlukan SDM yang unggul untuk menghadapi era globalisasi tersebut.
"Jangan hanya pemerintah saja tetapi juga elemen masyarakat harus bergotong royong agar bisa menghadapi persaiangan," katanya.
Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengatakan revolusi mental merupakan bagaimana cara merubah pola pikir masyarakat agar menjadi lebih baik, sehingga bisa bertransformasi menjadi Indonesia baru.
Revolusi mental, katanya, merupakan konsep pembangunan dan menjadi gaya hidup baru. Pada 2015 gerakan revolusi mental mulai disosialisasikan, sedangkan pada 2016 mengumpulkan praktisi terbaik sehingga nantinya pada 2019 diharapkan revolusi mental menjadi gaya hidup baru.
Sementara itu Wakil Rektor I UI, Bambang Wibawarta dalam sambutannya mengatakan pelaku revolusi mental adalah kita semua. "Kita-kita inilah yang harus menjadi pelaku revolusi mental," tegasnya.
Puan: Revolusi Mental Harus Sesuai Adat-budaya
Jumat, 19 Februari 2016 21:07 WIB
Jadi revolusi mental harus memperhatikan kearifan lokal yang berlaku dimasyarakat.