Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Pengembangan Vaksin COVID-19 Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menyatakan kemungkinan vaksin Merah Putih diberikan lebih dari satu kali ke satu individu.
"Ada kemungkinan pemberian vaksin ini bisa lebih dari sekali untuk setiap individu. Jadi kalau penduduk kita itu sekitar 270 juta orang pada hari ini misalkan, maka vaksin yang harus diberikan berarti minimal 540 juta vaksin," kata Bambang dalam konferensi pers dari Istana Bogor, Rabu.
Bambang menyampaikan hal itu seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo bersama dengan anggota Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin COVID-19 lainnya, termasuk Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Badan POM Penny K. Lukito, Ali Ghufron Mukti selaku Ketua Konsorsium Riset Inovasi COVID-19 dan Amin Soebandrio selaku Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Baca juga: Menristek: Vaksin Merah Putih masih dalam tahap kloning protein
"Otomatis ini membutuhkan kapasitas produksi yang besar dan karena itulah kami mengajak Bio Farma untuk melakukan ekspansi dan perusahaan-perusahaan swasta lain untuk ikut mendukung," tambah Bambang.
Presiden Jokowi dalam pertemuan itu juga meminta agar tim bekerja dengan cepat, tetapi tetap mengikuti segala prosedur.
"Karena vaksin itu tentunya harus aman ya, tidak ada efek samping yang membahayakan dan satu lagi tentunya vaksin itu diharapkan akan manjur atau berkhasiat untuk memperkuat daya tahan tubuh kita menghadapi virus COVID 19 yang kita tidak tahu akan berapa lama berada di dunia ini," kata Bambang.
Baca juga: Presiden: Indonesia kembangkan 'full' sendiri vaksin Merah Putih
Menurut Bambang, Presiden Jokowi menaruh harapan besar bagi pengembangan vaksin Merah Putih tersebut, karena selain untuk mempercepat agar masyarakat dapat segera menerima vaksin tersebut, pengembangan vaksin COVID-19 di dalam negeri juga menunjukkan kemampuan dan kemandirian bangsa Indonesia untuk mengembangkan vaksin sendiri.
"Yang paling penting adalah vaksin kita kembangkan dalam rangka memperkuat daya tahan tubuh manusia dalam menghadapi COVID-19," tuturnya.
Bambang menyatakan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah memulai upaya pengembangan vaksin Merah Putih dengan menggunakan isolat virus yang beredar di Indonesia yang saat ini secara keseluruhan telah berproses mencapai 50 persen dengan target uji kepada hewan pada akhir tahun ini.
Selanjutnya, sekitar awal 2021 tim menargetkan agar bibit vaksin tersebut sudah dapat diserahkan kepada Bio Farma untuk dilakukan formulasi dan produksi dalam rangka uji klinis dari tahap satu hingga tiga.
Baca juga: Sinovac: 90 persen pegawai serta keluarga telah mendapat vaksin COVID-19
Tim pengembangan vaksin Merah Putih nantinya juga akan mengajak beberapa perusahaan farmasi swasta untuk ikut memproduksi vaksin COVID-19. Pemerintah memerlukan vaksin COVID-19 dalam jumlah besar untuk seluruh masyarakat, sehingga membutuhkan kapasitas produksi yang besar pula, yang dapat dipenuhi oleh kerja sama pemerintah dengan perusahaan-perusahaan farmasi swasta.
Di saat yang sama Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman juga mengembangkan vaksin Merah Putih sebagai vaksin COVID-19 buatan dalam negeri yang berbeda dengan vaksin COVID-19 dari Sinovac.
Vaksin Merah Putih dikembangkan dengan metode rekombinan, artinya tidak seluruh virus digunakan tapi hanya bagian-bagian tertentu dari virus yang dianggap penting kemudian diperbanyak dan dijadikan antigen.
Vaksin Merah Putih kemungkinan diberikan lebih dari satu kali
Rabu, 9 September 2020 14:07 WIB
Ada kemungkinan pemberian vaksin ini bisa lebih dari sekali untuk setiap individu. Jadi kalau penduduk kita itu sekitar 270 juta orang pada hari ini misalkan, maka vaksin yang harus diberikan berarti minimal 540 juta vaksin.