Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus, turun 4,5 dolar AS atau 0,25 persen, menjadi ditutup pada 1.770,6 dolar AS per ounce.
Emas berjangka juga merosot 6,9 dolar AS atau 0,39 persen menjadi 1.775,10 dolar AS per ounce pada perdagangan Rabu (24/6/2020), setelah melonjak 15,60 dolar AS atau 0,88 persen menjadi 1.782,00 dolar AS pada Selasa (23/6/2020).
Sebelumnya, emas berjangka juga menguat 13,40 dolar AS atau 0,76 persen menjadi 1.766,40 dolar AS pada Senin (22/6/2020) dan melonjak 21,9 dolar AS atau 1,27 persen menjadi 1.753,00 dolar AS akhir pekan lalu.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,29 persen menjadi 97,4380, membuat logam mulia menjadi lebih mahal bagi para pemegang mata uang lainnya.
Penurunan emas sedikit tertahan karena laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (25/6/2020) menyatakan klaim pengangguran awal sebesar 1,48 juta, lebih buruk dari yang diperkirakan.
Baca juga: Rupiah menguat namun berpotensi masih tertekan naiknya kasus COVID-19
Baca juga: Rupiah menguat seiring dengan naiknya harga aset berisiko
Para analis pasar mengaitkan angka itu dengan kenaikan kasus baru COVID-19, karena data menunjukkan gelombang pertama belum berakhir.
Kasus COVID-19 di banyak negara bagian AS termasuk California, Florida, dan Texas telah meningkat dalam beberapa hari terakhir.
"Jatuhnya harga emas masih dilihat oleh investor sebagai peluang pembelian," kata Commerzbank dalam sebuah catatan, menambahkan, "karena itu kami menganggap kelemahan terbaru dalam harga emas sebagai sementara dan membayangkan tertinggi baru dalam waktu dekat."
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 22,5 sen atau 1,27 persen, menjadi ditutup pada 17,895 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 1,9 dolar AS atau 0,24 persen, menjadi ditutup pada 802,7 dolar AS per ounce.