Bogor (Antaranews Megapolitan) - Institut Pertanian Bogor (IPB) membahas untuk persiapkan lulusan agro industri yang adaptif terhadap perubahan yang begitu cepat melalui acara IPB Talk on Agroindustri 4.0 :  Tantangan dan Peluang bagi Sumberdaya Manusia Agroindustri.

Acara ini digelar atas kerja sama Direktorat Riset dan Inovasi IPB; IPB Science Technopark; Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (TIN - Fateta) IPB; serta Asosiasi Agroindustri Indonesia. Acara digelar di Ruang Mahoni Kampus IPB Taman Kencana, Bogor (15/1).

Wakil Rektor bidang Riset dan Kerjasama IPB, Prof. Dr. Anas M Fauzi menyampaikan acara ini erat kaitannya dengan bagaimana IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang kompeten dapat adaptif terhadap kemajuan teknologi yang begitu cepat.

''Bagaimana materi ajar yang bisa mengikuti perkembangan teknologi digital. Melalui kerja sama dengan Asosiasi Agroindustri  dapat menjadi ajang  berdiskusi, sharing, berkumpul, menghasilkan pemikiran yang bisa disampaikan pada pemangku kepentingan dan pengambil keputusan. Intinya bagaimana industri  ini sangat dipengaruhi oleh pengembangan digital,'' ujarnya.

Dikatakannya, kemajuan itu sudah terbukti bagaimana saat ini kita tidak perlu lagi harus datang ke restoran, tidak perlu lagi ada armada distribusi pertanian sendiri dengan adanya Go Box. Agrologistik tidak harus membangun supermarket yang besar. ''Cyber digital, agrologistik, sudah ada dimana-mana,'' imbuhnya.

Dalam forum ini ia mengingatkan bahwa bagaimanapun agroindustri bagian dari industri, sehingga intinya sangat dipengaruhi perkembangan digital. Dengan agroindustri 4.0 harus ada terobosan semua siklus berputar menjadi sangat pendek.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri dan Kekayaan Intelektual, Kementerian Perindustrian RI, Sony Sulaksono, menyampaikan revolusi ke-3 adalah elektronik. Namun, saat ini sudah masuk revolusi 4, sudah i atau internet.

''Petani zaman now akan berbicara kapan akan dapat keuntungan dan berapa persen, tidak bicara lagi akan tanam apa. Petani sudah dikendalikan oleh smartphone, akan banyak pengurangan jumlah tenaga kerja, tapi juga akan timbul kesempatan-kesempatan baru yang dimungkinkan karena adanya revolusi 4.0,'' paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, perubahan mendasar mengubah paradigma produksi massal menjadi simple atau fleksible production. ''Polanya ini smiling curve, R and D yang  memiliki wilayah terbesar. Seperti IPB sudah tepat memiliki Scince Technopark, sudah pas,'' katanya.(dh).

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018