Guru Besar Tetap Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Tris Eryando menyatakan perlu mengoptimalkan data untuk analisis spasial dalam mengatasi kesehatan masyarakat.
"Masalah kesehatan masyarakat merupakan isu yang kompleks dan tidak dapat dilihat dari satu perspektif saja," kata Prof Drs. Tris Eryando di Depok, Senin.
Menurut dia, konsep kebiasaan pencarian kesehatan menunjukkan bahwa faktor individu dan lingkungan sosial sama-sama memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, analisis isu kesehatan memerlukan data yang beragam dari berbagai sumber, baik survei nasional maupun sensus penduduk.
Baca juga: Guru besar UI sebut perlu keterlibatan disiplin ilmu lain tangani gizi
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Prof Tris menekankan untuk memperluas kapasitas penelitian guna memahami kompleksitas dunia nyata.
Data kesehatan masyarakat sering kali mencakup berbagai variabel yang dikumpulkan dari sistem pelayanan yang memiliki tingkatan berbeda, mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit rujukan akhir.
Ia menambahkan data masyarakat yang diperoleh dari kader posyandu, posbindu, hingga mekanisme pencatatan di sekolah dan remaja, turut memperkaya variabilitas informasi yang ada.
"Variasi dalam metode pengumpulan, satuan wilayah, dan waktu pengumpulan data menambah tantangan dalam pengelolaan data tersebut," katanya.
Baca juga: Dosen UI beri edukasi pentingnya udara yang sehat di lingkungan sekolah
Data kesehatan dapat diperoleh dari data rutin maupun survei. Namun, pengelolaan data yang tersebar dari berbagai sumber sering kali menghadapi kesulitan, terutama karena kurangnya variabel kunci untuk menggabungkan data.
Analisis statistik yang dilakukan dengan data sekunder juga terbatas oleh ketidaktersediaan variabel pengikat. Masalah kualitas data, termasuk ketidakakuratan atau “data kotor,” dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang salah, terutama di era Big Data.
Analisis spasial juga memberikan panduan dalam menangani masalah representativitas dan ketidaklengkapan data, sehingga keputusan yang diambil lebih tepat dan didasarkan pada informasi yang valid serta relevan.
Baca juga: Dua mahasiswa UI berhasil raih penghargaan konferensi internasional di Korsel
Kualitas data yang baik sangat diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional.
Meskipun kualitas data yang tersedia masih menjadi tantangan, pentingnya peningkatan kualitas data ini akan memaksa institusi yang mengelola data untuk memperbaiki proses pengumpulannya di masa mendatang.
Dengan terus berkembangnya kualitas data dan teknologi, Prof Tris optimistis pemanfaatan data spasial akan semakin penting dalam pengambilan keputusan strategis di bidang kesehatan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Masalah kesehatan masyarakat merupakan isu yang kompleks dan tidak dapat dilihat dari satu perspektif saja," kata Prof Drs. Tris Eryando di Depok, Senin.
Menurut dia, konsep kebiasaan pencarian kesehatan menunjukkan bahwa faktor individu dan lingkungan sosial sama-sama memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, analisis isu kesehatan memerlukan data yang beragam dari berbagai sumber, baik survei nasional maupun sensus penduduk.
Baca juga: Guru besar UI sebut perlu keterlibatan disiplin ilmu lain tangani gizi
Dalam mengatasi tantangan tersebut, Prof Tris menekankan untuk memperluas kapasitas penelitian guna memahami kompleksitas dunia nyata.
Data kesehatan masyarakat sering kali mencakup berbagai variabel yang dikumpulkan dari sistem pelayanan yang memiliki tingkatan berbeda, mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit rujukan akhir.
Ia menambahkan data masyarakat yang diperoleh dari kader posyandu, posbindu, hingga mekanisme pencatatan di sekolah dan remaja, turut memperkaya variabilitas informasi yang ada.
"Variasi dalam metode pengumpulan, satuan wilayah, dan waktu pengumpulan data menambah tantangan dalam pengelolaan data tersebut," katanya.
Baca juga: Dosen UI beri edukasi pentingnya udara yang sehat di lingkungan sekolah
Data kesehatan dapat diperoleh dari data rutin maupun survei. Namun, pengelolaan data yang tersebar dari berbagai sumber sering kali menghadapi kesulitan, terutama karena kurangnya variabel kunci untuk menggabungkan data.
Analisis statistik yang dilakukan dengan data sekunder juga terbatas oleh ketidaktersediaan variabel pengikat. Masalah kualitas data, termasuk ketidakakuratan atau “data kotor,” dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang salah, terutama di era Big Data.
Analisis spasial juga memberikan panduan dalam menangani masalah representativitas dan ketidaklengkapan data, sehingga keputusan yang diambil lebih tepat dan didasarkan pada informasi yang valid serta relevan.
Baca juga: Dua mahasiswa UI berhasil raih penghargaan konferensi internasional di Korsel
Kualitas data yang baik sangat diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional.
Meskipun kualitas data yang tersedia masih menjadi tantangan, pentingnya peningkatan kualitas data ini akan memaksa institusi yang mengelola data untuk memperbaiki proses pengumpulannya di masa mendatang.
Dengan terus berkembangnya kualitas data dan teknologi, Prof Tris optimistis pemanfaatan data spasial akan semakin penting dalam pengambilan keputusan strategis di bidang kesehatan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024