Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya akan memprioritaskan penanganan sampah di provinsi itu dari hasil pungutan wisman sebesar Rp150 ribu per orang yang berlaku mulai 14 Februari 2024.
"Kita tuntaskan semua persoalan sampah yang ada di Bali," ujar Sang Made di sela pemantauan ke TPS 026 Banjar Tunjung Sari, Denpasar, Bali, Rabu.
Terkait kabupaten/kota di Bali yang akan menjadi prioritas, Sang Made menyebut semuanya akan menjadi prioritas.
"Astungkara (atas izin Tuhan) wisatawan begitu antusias, bahkan sebelum ke Bali sudah memenuhi kewajibannya. Tadi, dilaporkan sudah lebih dari 12 ribu wisatawan asing yang membayar pungutan. Luar biasa antusiasnya," ujarnya.
Baca juga: Ubah sampah menjadi berkah Desa Punggul Bali jadi contoh bagi daerah lain di Indonesia
Dalam kesempatan pemantauan bersama jajaran Forkopimda Provinsi Bali itu, ia kembali menegaskan bahwa pungutan wisman akan dimanfaatkan untuk perlindungan budaya dan alam Bali.
"Wisatawan antusias dengan pungutan ini, tidak keberatan dengan pungutan ini dan bahkan, merasa senang," ucapnya.
Menurut Sang Made, kekuatan pariwisata Bali ada pada budaya dan masyarakatnya. "Ini harus kita jaga, dari dana (pungutan wisman) ini kita ambil," ucapnya.
Mengenai pembayaran pungutan wisman, Sang Made mengemukakan ada tiga cara, yakni membayar melalui aplikasi sebelum masuk ke Bali, di bandara, dan terakhir bisa di hotel atau destinasi wisata.
Baca juga: Pertamina manfaatkan PLTS olah sampah jadi barang bernilai ekonomi di Kedonganan Bali
"Kalau di bandara, wisatawan asing akan merasa tidak nyaman, sudah ngantre VOA, antre Imigrasi, kemudian Bea Cukai, dan bayar pungutan, itu bisa berapa jam setelah perjalanan jauh, jet lag lagi," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun di sela pemantauan implementasi pungutan wisatawan asing di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengatakan telah disiagakan petugas yang memindai berkeliling di sekitar area kedatangan internasional.
Untuk tahap awal, pihaknya menyiapkan tujuh alat mobile barcode scanner atau alat pemindai berbentuk seperti ponsel, yang memindai bukti pembayaran pungutan berbasis kode batang atau barcode.
Baca juga: Sampah plastik yang di kumpulkan nelayan dari mangrove Bali bisa capai tiga ton per minggu
Petugas bersiaga memindai setiap wisatawan asing yang keluar melalui area publik terminal kedatangan internasional Bandara Ngurah Rai.
Ia menambahkan apabila wisatawan asing yang sudah membayar pungutan dan tidak sempat memindai di area kedatangan internasional bandara, maka mereka dapat memindai di perhotelan, agen perjalanan wisata dan daya tarik wisata.
"Kami tidak ingin membuat tambahan antrean sehingga kami gunakan pemindaian yang lebih elegan untuk tahap awal dengan mobile dulu," ucapnya.
Tjok Bagus bersama tim telah menyambut wisatawan mancanegara yang datang ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Rabu, pada pukul 00.00 Wita.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Kita tuntaskan semua persoalan sampah yang ada di Bali," ujar Sang Made di sela pemantauan ke TPS 026 Banjar Tunjung Sari, Denpasar, Bali, Rabu.
Terkait kabupaten/kota di Bali yang akan menjadi prioritas, Sang Made menyebut semuanya akan menjadi prioritas.
"Astungkara (atas izin Tuhan) wisatawan begitu antusias, bahkan sebelum ke Bali sudah memenuhi kewajibannya. Tadi, dilaporkan sudah lebih dari 12 ribu wisatawan asing yang membayar pungutan. Luar biasa antusiasnya," ujarnya.
Baca juga: Ubah sampah menjadi berkah Desa Punggul Bali jadi contoh bagi daerah lain di Indonesia
Dalam kesempatan pemantauan bersama jajaran Forkopimda Provinsi Bali itu, ia kembali menegaskan bahwa pungutan wisman akan dimanfaatkan untuk perlindungan budaya dan alam Bali.
"Wisatawan antusias dengan pungutan ini, tidak keberatan dengan pungutan ini dan bahkan, merasa senang," ucapnya.
Menurut Sang Made, kekuatan pariwisata Bali ada pada budaya dan masyarakatnya. "Ini harus kita jaga, dari dana (pungutan wisman) ini kita ambil," ucapnya.
Mengenai pembayaran pungutan wisman, Sang Made mengemukakan ada tiga cara, yakni membayar melalui aplikasi sebelum masuk ke Bali, di bandara, dan terakhir bisa di hotel atau destinasi wisata.
Baca juga: Pertamina manfaatkan PLTS olah sampah jadi barang bernilai ekonomi di Kedonganan Bali
"Kalau di bandara, wisatawan asing akan merasa tidak nyaman, sudah ngantre VOA, antre Imigrasi, kemudian Bea Cukai, dan bayar pungutan, itu bisa berapa jam setelah perjalanan jauh, jet lag lagi," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun di sela pemantauan implementasi pungutan wisatawan asing di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengatakan telah disiagakan petugas yang memindai berkeliling di sekitar area kedatangan internasional.
Untuk tahap awal, pihaknya menyiapkan tujuh alat mobile barcode scanner atau alat pemindai berbentuk seperti ponsel, yang memindai bukti pembayaran pungutan berbasis kode batang atau barcode.
Baca juga: Sampah plastik yang di kumpulkan nelayan dari mangrove Bali bisa capai tiga ton per minggu
Petugas bersiaga memindai setiap wisatawan asing yang keluar melalui area publik terminal kedatangan internasional Bandara Ngurah Rai.
Ia menambahkan apabila wisatawan asing yang sudah membayar pungutan dan tidak sempat memindai di area kedatangan internasional bandara, maka mereka dapat memindai di perhotelan, agen perjalanan wisata dan daya tarik wisata.
"Kami tidak ingin membuat tambahan antrean sehingga kami gunakan pemindaian yang lebih elegan untuk tahap awal dengan mobile dulu," ucapnya.
Tjok Bagus bersama tim telah menyambut wisatawan mancanegara yang datang ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Rabu, pada pukul 00.00 Wita.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024