Profesor Hermanu Triwidodo dari IPB University mengusulkan solusi pembangunan pertanian melalui riset aksi holosentrik yang dinilai sangat mendorong lahirnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan petani.

Hermanu Triwidodo menyampaikan hal itu dalam orasi ilmiah berjudul "Riset Aksi Holosentrik untuk Mengatasi Ledakan Hama" pada penetapan guru besar IPB University di Graha Widya Wisuda, kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Menurut dia, riset aksi holosentrik yang mendorong kerja sama antara pemerintah, peneliti, dan petani itu dalam kerangka kerja kolaboratif yang berorientasi pada pemecahan berbagai masalah pertanian di lapangan.

Baca juga: IPB: Mikroalga miliki nilai ekonomi tinggi dan prospek berkelanjutan

Kepala Tani Center IPB University juga menyampaikan harapannya agar IPB bisa menjadi institusi pendidikan yang mendorong riset aksi holosentrik ini sebagai solusi dalam memecahkan kebuntuan sektoralisme pada program pembangunan pertanian di Indonesia, yang selama ini dinilai masih menggunakan pendekatan teknosentrik.

Riset aksi holosentrik ini, kata dia, bisa menjadi inovasi pendekatan dalam mengatasi kasus-kasus ledakan hama yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia. "Riset aksi holosentrik bisa menjadi prototipe riset untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia,” kata Hermanu.

Sebagai peneliti yang bergelut secara langsung di lapangan bersama petani selama lebih dari tiga dekade, Hermanu melihat pendekatan teknosentrik masih menjadi pendekatan utama dalam melihat permasalahan pertanian.

Baca juga: IPB University bangun kerja sama dengan Leibniz-IZW Jerman di bidang konservasi

Dia menjelaskan teknosentrik merupakan pendekatan yang digunakan dan menjadi dasar dari revolusi hijau. "Implementasi pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan paket teknologi yang dikembangkan oleh pusat kepakaran dengan cara pikir linier," katanya.

Doktor entomologi lulusan University of Wisconsin, Amerika Serikat ini, menyebutkan, pada pendekatan ini petani hanya ditempatkan sebagai pengguna dari teknologi yang diproduksi oleh pusat kepakaran (center of excellence).

Dalam hal ini, permasalahan di lapangan didokumentasikan, dibawa, dan diteliti, hingga mendapatkan kesimpulan, dan teknologi yang siap untuk diterapkan oleh para petani. "Pada pendekatan ini penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimiawi sintetik menjadi satu hal penting," katanya.

Baca juga: Rektor Arif Satria luncurkan program Sociopreneur of IPB University 2022

Dia menegaskan pendekatan ini secara nyata memiliki kelemahan dan memunculkan situasi gagal dengan terjadinya ledakan hama wereng coklat dan penggerek batang putih.

Dalam penerapan riset aksi holosentrik, kata dia, peneliti tidak lagi mengambil jarak dengan petani, tapi bersama-sama petani melakukan kajian. "Di sinilah membuka ruang dan kesempatan kepada semua pihak untuk berkontribusi dalam upaya penyelesaian masalah secara konstruktif," katanya.

Pewarta: Riza Harahap

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022