Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan kaum ibu memiliki peran besar untuk menekan dan mencegah stunting karena cukup dominan di dalam keluarga.
"Hal ini terbukti berdasarkan penelitian Litbang BKKBN dimana peran ibu-ibu dalam keluarga sangat besar sekali," kata dia saat diskusi daring dengan tema "cegah stunting untuk generasi berkualitas" yang dipantau di Jakarta, Senin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan BKKBN tersebut diketahui bahwa sekitar 50 persen lebih pasangan suami istri mengambil keputusan secara bersama selama pandemi COVID-19.
Baca juga: Kampanye gerakan kembali ke meja makan untuk keluarga
Khusus kaum ibu, diketahui lebih dominan dalam mengambil keputusan sebesar 20 persen lebih. Angka itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki yang hanya dua persen saja.
Dominasi kaum ibu tersebut terlihat di berbagai hal di antaranya dalam menentukan belanja, kebutuhan rumah tangga, untuk ibadah, mengimbau anak-anak agar menjaga kesehatan hingga menentukan kebutuhan selama pandemi COVID-19
"Jadi laki-laki dominan angkanya tidak lebih dari dua persen sedangkan istri dominan bisa lebih dari 20 persen," katanya.
Baca juga: BKKBN rangkul akademisi rumuskan IPK
Masih menurut survei BKKBN, dominasi laki-laki terletak pada ranah berpikir positif misalnya memberikan nasehat dan sebagainya. Meskipun dominasi, angka itu pun tidak terlalu tinggi yakni 5,2 persen sedangkan perempuan 5,1 persen.
Melihat dari hasil survei tersebut diketahui bahwa peran kaum perempuan cukup sentral sehingga dinilai bisa berperan besar dalam menekan stunting di Tanah Air yang dimulai dari lingkungan keluarga.
"Perempuan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan program-program," kata Hasto.
Baca juga: BKKBN Terus Berkomitmen Menggalakkan Program Keluarga Berencana
Hasto mengatakan saat ini sekitar dua juta pasangan subur menikah setiap tahunnya. Sebanyak 1,6 juta dari jumlah itu melahirkan di tahun pertama pernikahan.
Dari 1,6 juta yang melahirkan tersebut sekitar 400 ribu anak di antaranya stunting. Oleh sebab itu, peran organisasi perempuan besar sekali dalam membekali para remaja pra nikah agar tidak melahirkan anak stunting.
Hasil survei status gizi balita Indonesia pada 2019 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 27,67. Artinya, angka tersebut telah melewati batas ambang yang ditentukan badan kesehatan dunia atau WHO yakni 20 persen.,
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Hal ini terbukti berdasarkan penelitian Litbang BKKBN dimana peran ibu-ibu dalam keluarga sangat besar sekali," kata dia saat diskusi daring dengan tema "cegah stunting untuk generasi berkualitas" yang dipantau di Jakarta, Senin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan BKKBN tersebut diketahui bahwa sekitar 50 persen lebih pasangan suami istri mengambil keputusan secara bersama selama pandemi COVID-19.
Baca juga: Kampanye gerakan kembali ke meja makan untuk keluarga
Khusus kaum ibu, diketahui lebih dominan dalam mengambil keputusan sebesar 20 persen lebih. Angka itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki yang hanya dua persen saja.
Dominasi kaum ibu tersebut terlihat di berbagai hal di antaranya dalam menentukan belanja, kebutuhan rumah tangga, untuk ibadah, mengimbau anak-anak agar menjaga kesehatan hingga menentukan kebutuhan selama pandemi COVID-19
"Jadi laki-laki dominan angkanya tidak lebih dari dua persen sedangkan istri dominan bisa lebih dari 20 persen," katanya.
Baca juga: BKKBN rangkul akademisi rumuskan IPK
Masih menurut survei BKKBN, dominasi laki-laki terletak pada ranah berpikir positif misalnya memberikan nasehat dan sebagainya. Meskipun dominasi, angka itu pun tidak terlalu tinggi yakni 5,2 persen sedangkan perempuan 5,1 persen.
Melihat dari hasil survei tersebut diketahui bahwa peran kaum perempuan cukup sentral sehingga dinilai bisa berperan besar dalam menekan stunting di Tanah Air yang dimulai dari lingkungan keluarga.
"Perempuan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan program-program," kata Hasto.
Baca juga: BKKBN Terus Berkomitmen Menggalakkan Program Keluarga Berencana
Hasto mengatakan saat ini sekitar dua juta pasangan subur menikah setiap tahunnya. Sebanyak 1,6 juta dari jumlah itu melahirkan di tahun pertama pernikahan.
Dari 1,6 juta yang melahirkan tersebut sekitar 400 ribu anak di antaranya stunting. Oleh sebab itu, peran organisasi perempuan besar sekali dalam membekali para remaja pra nikah agar tidak melahirkan anak stunting.
Hasil survei status gizi balita Indonesia pada 2019 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 27,67. Artinya, angka tersebut telah melewati batas ambang yang ditentukan badan kesehatan dunia atau WHO yakni 20 persen.,
Editor : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020