Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar, menegaskan tidak masuk logika dengan adanya kampanye sebuah perusahaan yang memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon sekali pakai dan menyebutkan bahwa produknya itu lebih higienis dan lebih aman virus.
“Nggak masuk logika saya kenapa itu terjadi,” ucapnya di Webinar Media, Kamis (11/6).
Kata Novrizal, manusia bergerak dalam tataran logika lingkungannya. Dia mengutarakan bahwa tiga hal yang bisa dilakukan untuk pengurangan sampah yaitu pembatasan, daur ulang, dan guna ulang.
“Nah, yang ketiga yaitu guna ulang, itu secara logika lingkungan kita adalah menunda selama dan semaksimal mungkin sehingga kita tidak menggunakan resources baru. Dengan demikian, sampah itu tidak akan menjadi sampah dalam waktu yang cepat. Dia tidak akan menjadi persoalan apalagi itu plastik. Sekarang kalau logikanya higienis, saya juga nggak mengerti. Bagaimana itu logikanya,” ucapnya.
Baca juga: Pengamat Puji Peran Kemasan Galon Air Minum Untuk Kesehatan dan Lingkungan
Misalnya saat membeli galon guna ulang, sesampaikan di rumah pasti akan dicuci bersih dengan sabun sebelum digunakan untuk mengisi ulang kembali airnya. Atau bisa juga dikembalikan ke pengelola saat membeli air yang baru untuk dijadikan guna ulang lagi.
“Dalam hal ini si pengelola pasti akan memperhatikan standar higienisnya. Tetapi sekarang misalnya kalau galon sekali pakai itu kan langsung dibuang, secara lingkungan pasti menambah persoalan. Dan secara higienis juga jangan-jangan kalau tadinya tidak dicuci kuman bahkan bisa nempel di situ, ini berpotensi beresiko malah buat petugas sampah yang mengambil galon tersebut,” tuturnya.
Jadi menurut Novrizal tidak masuk kampanye dengan mengklaim bahwa produk AMDK galon sekali pakai itu higienis dan aman virus.
“Dilogika saya bagaimana itu ceritanya, apalagi didorong dengan mengatakan sangat tepat untuk merespon Covid,” ujarnya.
Baca juga: S (He)-Can, kemasan aktif ramah lingkungan ciptaan mahasiswa IPB
Dia mengutarakan kampanye itu sama dengan pihak-pihak yang memunculkan beberapa kali bahwa single-use plastic bags itu lebih higienis daripada multi-use bags.
“Saya bingung sendiri juga bagaimana bisa menyatakan hal itu higienis. Kalau tas yang berulang kali pakai pasti akan dicuci kembali. Itu sama juga dengan masker kain dan baju nggak mungkin kita gunakan lagi tanpa kita cuci bersih,” tukasnya.
Tapi kalau single-use, sampai di rumah pasti dibuang dan itu malah berpotensi beresiko buat petugas kebersihan.
Penelitian LIPI juga menunjukkan bahwa 60% masyarakat yang mengunakan belanja online yang packaging-nya adalah plastik sekali pakai walaupun berlapis-lapis, mereka juga tidak percaya bahwa plastik itu tidak menjadi sumber penularan.
Baca juga: Kemasan bersertifikat FSC penting untuk kelestarian alam
Swietenia Puspa Lestari, Pendiri Divers Clean Action (DCA) di acara yang sama juga meminta masyarakat untuk melakukan tuntutan melalui pemerintah daerahnya terhadap perusahaan yang tidak menunjukkan inovasi yang baik dari segi lingkungan.
Karyanto Wibowo, Sustainability Director DANONE-AQUA, menyampaikan agar masyarakat bisa bijak dalam memanage suatu produk yang digunakan.
“Kalau kita membeli produk yang reltif lebih ramah lingkungan paling tidak kita bisa membantu untuk mengurangi dampak produk itu setelah kita pakai. Konsumen bisa semakin jeli memilih produk apa yang relatif lebih ramah lingkungan. Ini memang butuh edukasi yang terus menerus,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
“Nggak masuk logika saya kenapa itu terjadi,” ucapnya di Webinar Media, Kamis (11/6).
Kata Novrizal, manusia bergerak dalam tataran logika lingkungannya. Dia mengutarakan bahwa tiga hal yang bisa dilakukan untuk pengurangan sampah yaitu pembatasan, daur ulang, dan guna ulang.
“Nah, yang ketiga yaitu guna ulang, itu secara logika lingkungan kita adalah menunda selama dan semaksimal mungkin sehingga kita tidak menggunakan resources baru. Dengan demikian, sampah itu tidak akan menjadi sampah dalam waktu yang cepat. Dia tidak akan menjadi persoalan apalagi itu plastik. Sekarang kalau logikanya higienis, saya juga nggak mengerti. Bagaimana itu logikanya,” ucapnya.
Baca juga: Pengamat Puji Peran Kemasan Galon Air Minum Untuk Kesehatan dan Lingkungan
Misalnya saat membeli galon guna ulang, sesampaikan di rumah pasti akan dicuci bersih dengan sabun sebelum digunakan untuk mengisi ulang kembali airnya. Atau bisa juga dikembalikan ke pengelola saat membeli air yang baru untuk dijadikan guna ulang lagi.
“Dalam hal ini si pengelola pasti akan memperhatikan standar higienisnya. Tetapi sekarang misalnya kalau galon sekali pakai itu kan langsung dibuang, secara lingkungan pasti menambah persoalan. Dan secara higienis juga jangan-jangan kalau tadinya tidak dicuci kuman bahkan bisa nempel di situ, ini berpotensi beresiko malah buat petugas sampah yang mengambil galon tersebut,” tuturnya.
Jadi menurut Novrizal tidak masuk kampanye dengan mengklaim bahwa produk AMDK galon sekali pakai itu higienis dan aman virus.
“Dilogika saya bagaimana itu ceritanya, apalagi didorong dengan mengatakan sangat tepat untuk merespon Covid,” ujarnya.
Baca juga: S (He)-Can, kemasan aktif ramah lingkungan ciptaan mahasiswa IPB
Dia mengutarakan kampanye itu sama dengan pihak-pihak yang memunculkan beberapa kali bahwa single-use plastic bags itu lebih higienis daripada multi-use bags.
“Saya bingung sendiri juga bagaimana bisa menyatakan hal itu higienis. Kalau tas yang berulang kali pakai pasti akan dicuci kembali. Itu sama juga dengan masker kain dan baju nggak mungkin kita gunakan lagi tanpa kita cuci bersih,” tukasnya.
Tapi kalau single-use, sampai di rumah pasti dibuang dan itu malah berpotensi beresiko buat petugas kebersihan.
Penelitian LIPI juga menunjukkan bahwa 60% masyarakat yang mengunakan belanja online yang packaging-nya adalah plastik sekali pakai walaupun berlapis-lapis, mereka juga tidak percaya bahwa plastik itu tidak menjadi sumber penularan.
Baca juga: Kemasan bersertifikat FSC penting untuk kelestarian alam
Swietenia Puspa Lestari, Pendiri Divers Clean Action (DCA) di acara yang sama juga meminta masyarakat untuk melakukan tuntutan melalui pemerintah daerahnya terhadap perusahaan yang tidak menunjukkan inovasi yang baik dari segi lingkungan.
Karyanto Wibowo, Sustainability Director DANONE-AQUA, menyampaikan agar masyarakat bisa bijak dalam memanage suatu produk yang digunakan.
“Kalau kita membeli produk yang reltif lebih ramah lingkungan paling tidak kita bisa membantu untuk mengurangi dampak produk itu setelah kita pakai. Konsumen bisa semakin jeli memilih produk apa yang relatif lebih ramah lingkungan. Ini memang butuh edukasi yang terus menerus,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020