Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Satria mengatakan tengah mengupayakan untuk meningkatkan pendanaan riset agar dapat mencapai Rp1 triliun untuk mendukung ekosistem inovasi nasional.
Dalam Penganugerahan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju Award 2025 di Jakarta, Kamis, Kepala BRIN Arif mengatakan Indonesia saat ini berada di peringkat ke-55 dalam Global Innovation Index pada 2025 dan masih berada di bawah sejumlah negara Asia Tenggara.
"Di BRIN, kita lagi mengupayakan dana riset naik 4 kali lipat. Dari Rp200 miliar, kita naikkan menjadi Rp1 triliun," kata Kepala BRIN.
Baca juga: BRIN suplai citra satelit untuk dasar percepatan penanganan banjir Sumatera
Baca juga: BRIN dorong Kebun Raya Eka Karya Bali menjadi "living lab" unggulan
Jika peningkatan anggaran penelitian disetujui, akan terjadi kenaikan sekitar 4-5 kali lipat untuk implementasi tahun 2026. Peningkatan pendanaan itu diperlukan untuk mendukung ekosistem inovasi nasional.
Dia mengaku sudah berbicara dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Kepala dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) untuk meningkatkan inovasi secara nasional.
"Saya yakin ini tahun depan Insya Allah akan bisa naik peringkat kita, dan 2028-2029 insya Allah kita akan bisa sampai di peringkat ke 45 atau 46," tuturnya.
Baca juga: Arif Satria: IPB miliki proyek strategis 2026-2029
Sebelumnya, Kepala BRIN mengatakan terdapat tiga sumber pendanaan yang akan digunakan BRIN untuk pendanaan riset dan penelitian. Tidak hanya dari APBN, tapi juga berasa dari sumber alternatif, termasuk dari dunia usaha, seperti Danantara dan pendanaan dari lembaga internasional.
Sebelumnya, pagu anggaran APBN untuk BRIN pada 2026 mendapatkan alokasi sebesar Rp6,144 triliun. Jumlah itu mengalami kenaikan Rp300 miliar dari alokasi sebelumnya.
