Makassar (ANTARA) - Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dan Stanford University AS berkolaborasi dalam penelitian riset terkait dengan upaya penanganan stunting, khususnya di Makassar, Sulawesi Selatan.
Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis Unhas Adi Maulana di Makassar, Selasa, mengatakan komitmen kedua universitas dalam memberikan dampak nyata terkhusus dalam sektor kesehatan.
"Kita mulai kerja sama ini dari persoalan kesehatan. Kami melakukan penelitian tentang stunting yang ada di Kota Makassar untuk melihat apa yang perlu kita intervensi berdasarkan data-data ilmiah yang ada," ujarnya pada acara peresmian Gedung Stanford-Unhas Alliance for Planetary Health Research in Asia Pacific.
Baca juga: Telkomsel bekali mahasiswa Unhas
Baca juga: Seribu drone penyebar benih karya Unhas siap dibeli Kementan
Ia menjelaskan kedua pihak telah melakukan riset dan dan hasilnya tentu akan dilihat ke depan. Beberapa kebijakan atau rekomendasi yang dihasilkan kemudian akan diserahkan ke Wali Kota Makassar atau Dinas Kesehatan setempat.
Menurut dia, penanganan stunting tidak bisa selesai dalam waktu satu tahun namun memerlukan waktu yang lebih lama, sebab hal ini berhubungan mulai dari ibu hamil termasuk memperhatikan kondisi lingkungan dan sebagainya.
"Jadi memang kita harus mulai dari sekarang, supaya paling tidak lima tahun, 10 tahun kita bisa menurunkan angka stunting dan untuk menyambut generasi emas nanti, tahun 2045," ujarnya.
Ketua Tim Peneliti Unhas Ansari Adi mengatakan sekitar 3,5 tahun yang lalu telah melakukan pengembangan riset pada ibu hamil dan bayinya dengan pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas.
Baca juga: Unhas luncurkan mobil listrik Engi-Move ciptakan kampus yang bebas emisi
Penelitian ini, kata dia, untuk melihat berbagai faktor risiko stunting pada anak dengan mengikuti anak tersebut sejak masih dalam kandungan sampai dengan berusia dua tahun.
Ia menjelaskan tidak banyak peneliti di bidang kesehatan yang menggunakan desain kohort (jenis studi observasional longitudinal yang mengikuti sekelompok individu).
Selain karena membutuhkan pengamatan yang cukup lama juga membutuhkan logistik yang tidak sedikit.
"Kami kemudian mulai mendiskusikan ide ini ke teman dari Stanford terutama Dr Joelle Ivy-Rosser dan Dr John Openshaw yang kebetulan memiliki research interest yang sama. Kami selanjutnya berusaha mencari funding untuk mendanai kelanjutan riset yang kami lakukan," ujarnya.
Apalagi, katanya, sekarang sudah ada gedung Stanford-Unhas yang bisa dioptimalkan penggunaannya dengan mendatangkan peneliti dari Stanford University.
Kepala Dinkes Makassar Nursaidah Sirajuddin mengatakan siap berkolaborasi dengan kedua universitas. Apalagi persoalan penanganan stunting memang telah menjadi perhatian utama Pemkot Makassar.
