Bandung (ANTARA) - Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) menyatakan Bandung Zoo Aviary atau kubah burung menjadi suaka burung yang berada di tengah Kota Kembang guna mendukung konservasi.
"Dari semua spesies di Bandung Zoo, Aves inilah yang terbanyak. Sampai dengan Juli 2025 populasinya mencapai 270 ekor dari 57 spesies. Sebagian besar dari koleksi ini adalah spesies burung yang dilindungi dan bernilai konservasi tinggi, termasuk elang Jawa, julang emas, burung-burung paruh bengkok, kasuari, dan merak hijau," kata Juru Bicara YMT Ully Rangkuti kepada ANTARA di Bandung, Rabu.
Pihaknya membangun kubah burung atau aviary yang dimulai sejak 2018 dan selesai pada tahun berikutnya.
"Kubah burung yang berdiri saat ini sebetulnya baru tahap pertama, yang diperuntukkan bagi burung-burung Paruh Bengkok dan Merak atau ordo Galliformes. Tahap berikutnya, yang dikhususkan bagi burung-burung pekicau dan burung rawa atau water birds, belum sempat terlaksana. Mudah-mudahan setelah Bandung Zoo kembali dibuka, pembangunan ini dapat dilanjutkan," jelas Ully.
Baca juga: Lahan Bandung Zoo telah bersertifikat hak milik
Baca juga: YMT komitmen benahi Bandung Zoo agar jadi lembaga konservasi internasional
Berbeda dengan kandang burung biasa, kata dia, kubah burung dirancang sebagai replika mini habitat asli. Kubah burung memberikan ruang terbang yang jauh lebih luas dan tinggi, lengkap dengan vegetasi dan sumber air, memungkinkan burung-burung di dalamnya menunjukkan perilaku alami mereka, seperti terbang bebas dan mencari makan.
"Ini tentu sulit dilakukan dalam kandang burung standar," jelas Ully.
Selain bermanfaat bagi satwa, kata dia, kubah burung juga menawarkan pengalaman edukasi yang unik. Pengunjung dapat masuk dan berjalan langsung di dalamnya, menciptakan kedekatan dan interaksi langsung dengan burung-burung koleksi Bandung Zoo.
"Mereka juga dapat memberi makan burung ini dengan makanan burung yang disediakan petugas," katanya.
Burung-burung yang ada dalam kubah saat ini kebanyakan berasal dari jenis Paruh Bengkok, seperti kakatua dan nuri, namun ada pula Merak Hijau, Gagang Bayam atau sejenis burung rawa, dan burung-burung pekicau.
Baca juga: YMT sebut penutupan Bandung Zoo hampir dua bulan berpotensi hilangkan pendapatan Rp3 miliar
"Kubah burung ini adalah wujud inovasi kami. Kami ingin pengunjung tidak hanya melihat, tetapi juga merasakan kedekatan dengan keanekaragaman hayati Indonesia. Ini adalah cara kami mengedukasi masyarakat, menciptakan pengalaman yang berbeda dan lebih menyenangkan. Harapan kami, dari situ tumbuh kepedulian masyarakat terhadap satwa, maupun upaya konservasinya," tambah Ully.
Dikatakan, sejak program revitalisasi Bandung Zoo dimulai pada 2017, YMT di bawah John Sumampauw secara konsisten melakukan perbaikan dan pembangunan sejumlah kandang baru yang lebih terbuka dan memenuhi standar kesejahteraan satwa modern.
Upaya ini, kata dia, merupakan bukti nyata dedikasi YMT untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi seluruh koleksi satwa.
"Revitalisasi ini bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga wujud tanggung jawab moral kami terhadap satwa. Kami ingin memastikan setiap satwa di Bandung Zoo hidup dalam kondisi terbaik, jauh dari praktik-praktik lama yang abai terhadap kesejahteraan mereka," ujar Ully Rangkuti.
