Depok (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia UI) Prof. Agus Setiawan menyerukan adanya peran perawat komunitas untuk mewujudkan generasi Indonesia sehat 2045.
“Kesehatan anak dan remaja adalah investasi jangka panjang. Jika kita ingin Indonesia menjadi negara maju pada 2045, kita harus memastikan generasi muda tumbuh sehat, cerdas, dan siap bersaing,” ujar Prof. Agus Setiawan di Depok, Jumat.
Ia menjelaskan tantangan kesehatan anak dan remaja di Indonesia yang masih kompleks serta fenomena “beban ganda malnutrisi” atau double burden of malnutrition, yaitu kasus stunting (kekerdilan) dan obesitas (kegemukan) secara bersamaan.
Menurutnya, meski angka stunting menurun, penanganannya belum mencapai target nasional. Stunting bisa menghambat perkembangan kognitif dan meningkatkan risiko penyakit kronis.
Baca juga: Guru Besar UI tawarkan budaya informasi untuk pulihkan dan perkuat sistem organisasi
Baca juga: Guru Besar UI: Hutan sumber daya ekonomi yang melimpah
Di sisi lain, obesitas pada anak dan remaja terus meningkat, membuka pintu bagi berbagai penyakit serius sejak usia muda.
Selain itu, masalah kesehatan mental, anemia, dan kasus perilaku seksual berisiko dan infeksi menular seksual (IMS) juga banyak terjadi pada remaja.
Untuk menangani permasalahan tersebut, Prof. Iwan menilai perawat komunitas (Community Health Nursing/CHN) berperan strategis untuk menangani kasus tersebut.
CHN bisa menjadi “ujung tombak” kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, keluarga, dan anak-anak.
Mereka bukan sekadar penyedia layanan kesehatan, melainkan juga agen perubahan yang memberdayakan masyarakat.
Inovasi CHN berfokus pada tiga area utama, yakni peningkatan akses layanan kesehatan melalui Community Case Management (CCM), pencegahan stunting melalui pemberdayaan keluarga (termasuk digital), dan intervensi terhadap perilaku berisiko remaja.
CCM berhasil meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda bahaya penyakit anak dan kepuasan masyarakat terhadap layanan kesehatan.
Baca juga: Guru Besar UI sebut sumber daya perikanan penting untuk ketahanan pangan
Sementara, intervensi stunting dilakukan secara holistik dan sensitif terhadap konteks keluarga, sedangkan intervensi terhadap perilaku berisiko pada remaja melibatkan keluarga dan teman melalui edukasi yang relevan dan efektif.
“Perawat di komunitas itu ibarat sahabat terpercaya bagi keluarga. Mereka tidak hanya mengobati saat sakit, tetapi juga menjadi penggerak agar keluarga bisa menjaga kesehatan, memahami bahaya penyakit, dan tahu ke mana mencari bantuan kesehatan yang berkualitas,” ujarnya.
Meski demikian, ia mengakui ada tantangan besar dalam mengoptimalkan peran perawat komunitas. Beberapa di antaranya adalah kurangnya partisipasi masyarakat, terbatasnya sumber daya, minimnya koordinasi lintas sektor, serta kualitas pendidikan dan pelatihan perawat yang perlu ditingkatkan agar selaras dengan kebutuhan di lapangan.
Untuk itu, ia menyampaikan sejumlah rekomendasi penting. Beberapa di antaranya adalah peningkatan kualitas dan jumlah perawat komunitas melalui pendidikan yang lebih baik dan pelatihan berkelanjutan; penguatan regulasi dan tata kelola sistem kesehatan agar peran perawat komunitas semakin jelas dan terintegrasi.
Selain itu investasi infrastruktur layanan primer seperti puskesmas; penguatan literasi kesehatan masyarakat lewat kampanye masif; serta pemanfaatan teknologi dan inovasi digital dalam pelayanan kesehatan.
“Optimalisasi peran perawat komunitas adalah kunci utama. Mereka adalah agen perubahan yang memastikan setiap anak dan remaja tumbuh dalam lingkungan yang sehat, terlindungi, dan penuh potensi. Dari tangan-tangan merekalah, sumber daya manusia unggul akan terbentuk, dan dari situlah Indonesia Emas 2045 bisa kita wujudkan bersama,” katanya.
