Jakarta (ANTARA) - Pementasan Musikal Keluarga Cemara kembali memukau penikmat cerita drama di Indonesia, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu mahakarya teater musikal yang tak lekang oleh waktu.
Setelah sukses besar meraih penghargaan AMI Awards sebagai Album Musikal Terbaik 2024, pertunjukan itu kembali hadir dengan semangat yang lebih membara dan produksi yang jauh lebih ambisius.
Keberhasilan tahun lalu dilihat bukan hanya sebuah pencapaian, melainkan penegasan komitmen tim produksi untuk menyajikan hiburan yang senantiasa relevan dan bermakna bagi keluarga Indonesia di tengah derasnya arus kehidupan modern.
Di balik gemerlap panggung dan harmonisasi melodi, harapan besar tersemat, agar kisah tentang cinta, kebersamaan, dan kehangatan keluarga ini tak hanya menjadi fenomena di tanah air, tetapi juga mampu menggema di panggung internasional.
Jalan cerita
Kisah Musikal Keluarga Cemara dimulai dari sebuah pertemuan tak terduga antara Emak dan Abah di suatu situasi unjuk rasa mahasiswa yang ricuh.
Abah yang terluka akibat kericuhan tersebut, harus dirawat oleh Emak yang bertanggung jawab mengurus logistik kesehatan. Dari interaksi sederhana itulah, benih-benih cinta mulai tumbuh, perlahan namun pasti, mengikat hati keduanya.
Puncak dari romansa awal ini adalah momen lamaran Abah kepada Emak. Dengan penuh kesungguhan, Abah berjanji akan senantiasa membawa kebahagiaan bagi Emak.
Sebuah janji yang tulus, yang kemudian membuka gerbang kehidupan baru bagi mereka berdua.
Emak menerima lamaran Abah, dan dimulai lah babak baru dalam hidup mereka.
Pada awalnya, kehidupan Keluarga Cemara bergelimang kemewahan.
Abah, dengan kegigihan dan kerja kerasnya, berhasil membangun usaha yang sukses, memungkinkan Emak dan kedua putri mereka, Euis dan Cemara, menikmati hidup serba berkecukupan.
Namun, roda nasib berputar. Kelalaian Abah dalam mengawasi orang kepercayaannya berujung pada penipuan besar.
Seluruh aset dan rumah mewah mereka di kota disita pihak berwenang akibat skandal yang tidak terduga.
Terpaksa, Keluarga Cemara harus mengungsi, meninggalkan kemewahan kota, menuju kampung halaman Abah untuk tinggal di sebuah rumah peninggalan keluarga yang sederhana.
Rencana Abah untuk membahagiakan Emak seolah pupus di tengah jalan.
Kehidupan di kampung terasa begitu berat. Meskipun Abah berusaha sekuat tenaga dengan bekerja sebagai kuli bangunan di perusahaan pemborong, roda ekonomi keluarga tetap sulit berputar.
Di sisi lain, Euis, yang terbiasa dengan gemerlap kemewahan kota, merasakan guncangan hebat akibat perubahan drastis di keluarga dan kehidupan sekolahnya.
Ia kesulitan beradaptasi dengan kondisi baru yang serba terbatas, menghadapi kenyataan pahit yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Namun, di tengah badai kesulitan, hadirlah sosok Cemara.
Dengan kepolosan dan keceriaannya, ia menjadi pelipur lara bagi kakak, Emak, dan Abah.
Cemara mampu melihat keindahan di balik kesederhanaan, seolah berkata bahwa rumah mereka saat ini, terutama dengan kehadiran pohon cemara yang rindang di belakangnya, adalah tempat yang sangat indah dan penuh kehangatan.
Melalui mata Cemara, penonton diingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta benda, melainkan pada kebersamaan dan cinta yang tak tergoyahkan dalam keluarga.
Inilah esensi utama yang ingin disampaikan oleh musikal ini: mengajarkan penonton untuk kembali merenungkan hal-hal esensial dalam hidup, terutama pentingnya keluarga sebagai harta yang paling berharga.
Dukungan pihak yang terlibat
Dukungan kuat dari berbagai pihak menjadi tulang punggung kesuksesan Musikal Keluarga Cemara. Indonesia Kaya, Visinema Studios, dan Ciputra Artpreneur bersinergi untuk memuluskan jalan bagi pertunjukan ini.
Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk menyajikan hiburan berkualitas, tetapi juga untuk mengingatkan kembali nilai-nilai sederhana namun mendalam: cinta, kebersamaan, dan keluarga.
Visinema Studios, sebagai entitas yang telah lama berkecimpung dalam dunia film dan sukses lewat film animasi Jumbo, membawa pengalaman mendalam dalam mengadaptasi kisah ini ke berbagai format, memastikan orisinalitas dan inti pesan tetap terjaga.
Salah satu daya tarik utama dalam pementasan tahun 2025 adalah kembalinya Quinn Salman, aktris muda berbakat berusia 15 tahun, yang akan memerankan karakter Cemara (Ara).
Quinn menyambut perannya ini dengan bangga dan antusiasme tinggi, menyadari bahwa musikal kali ini memiliki skala yang jauh lebih besar dan ambisius.
Tim produksi juga menghadirkan inovasi dengan peningkatan jumlah pertunjukan, pembaruan produksi, perubahan cerita, dan tampilan visual yang lebih segar, menjadikannya daya tarik utama yang tak boleh dilewatkan.
Tak hanya itu, musikal Keluarga Cemara 2025 akan menampilkan dua format keluarga yang berbeda: Keluarga Berseri dan Keluarga Mentari.
Dalam format Keluarga Berseri, Quinn Salman akan beradu akting dengan Simhala Avadana sebagai Abah, Andrea Miranda sebagai Emak, dan Amira Karin sebagai Euis.
Sementara itu, format Keluarga Mentari akan menampilkan Fazka Bahanan sebagai Ara, Taufan Purbo sebagai Abah, Galabby sebagai Emak, dan Aisyah Fadhila sebagai Euis.
Kehadiran aktor-aktor senior seperti Mang Saswi (sebagai Romli), Sitha Nursanti (sebagai Ceu Salmah), Ben Prihadi (sebagai Andi), Kalya Islamadina (sebagai Ima), dan banyak lagi, turut memperkaya kualitas akting dan dinamika panggung.
Variasi pemeran ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi penonton, serta menunjukkan kekayaan interpretasi terhadap kisah Keluarga Cemara, memastikan setiap pertunjukan memiliki sentuhan uniknya sendiri.
Pemilihan Ciputra Artpreneur sebagai arena pentas juga merupakan keputusan strategis. Ciputra Artpreneur bukan sekadar gedung pertunjukan, melainkan sebuah pusat seni dan budaya yang terintegrasi.
Dengan galeri lukisan, terutama koleksi 32 lukisan dan 18 sketsa karya Hendra Gunawan, hotel bintang lima, dan teater berkapasitas besar, arena ini menawarkan fasilitas lengkap untuk mendukung berbagai kegiatan seni dan budaya berskala besar.
Keberadaan Ciputra Artpreneur memungkinkan pementasan Keluarga Cemara dapat berskala nasional, bahkan berpotensi menembus panggung internasional.
Pertunjukan akan digelar sebanyak 30 kali di Teater Ciputra Artpreneur di kawasan Karet Kuningan, Jakarta Selatan mulai 20 Juni hingga 13 Juli 2025.
Pementasan Musikal Keluarga Cemara adalah langkah awal yang signifikan untuk menjadikan teater sebagai bagian integral dari budaya masyarakat.
Ini bukan hanya tentang menyediakan hiburan semata, tetapi juga tentang meningkatkan apresiasi seni di kalangan publik.
Dengan semakin tingginya minat dan dukungan terhadap pertunjukan panggung, diharapkan kesejahteraan para pekerja seni di Indonesia juga akan meningkat.