Kota Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor bersama Kementerian Luar Negeri mendorong pengembangan kelapa kopyor sebagai komoditas unggulan daerah melalui kegiatan "Sosialisasi Budidaya dan Pengembangan Usaha Kelapa Kopyor" yang berlangsung di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Kegiatan bertajuk Kopyor Nu Bogor! itu diinisiasi melalui kolaborasi antara Kementerian Luar Negeri, Pemkot Bogor, PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) melalui Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit Bogor dan organisasi internasional PUM Netherlands.
Direktur PT RPN, Dr Iman Yani Harahap saat membuka kegiatan menyebutkan bahwa Kota Bogor memiliki potensi besar dalam budidaya kelapa kopyor.
Ia menjelaskan bahwa PPKS Unit Bogor merupakan pusat pembibitan kelapa kopyor terbesar di Indonesia.
Baca juga: Eduwisata hingga mencicipi kelapa kopyor langsung di kebunnya
“Kegiatan ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat serta mendorong Bogor menjadi kota kopyor, baik di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Iman.
Senada dengan itu, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor drh Wina menegaskan kesiapan daerah dalam mengembangkan kopyor sebagai produk unggulan selain talas dan durian.
Ia menyebutkan bahwa besarnya jumlah wisatawan yang datang ke Bogor—yakni 6,3 juta pengunjung dari Januari hingga Mei 2025—menjadi pasar potensial bagi produk olahan kopyor.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 80 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari kelompok tani, pelaku UMKM, unsur pemerintah, hingga perwakilan International Coconut Community dan Dewan Kelapa Indonesia.
Dalam sesi pemaparan, Peneliti PPKS Unit Bogor Dr. Imron Riyadi menjelaskan bahwa budidaya kopyor melalui teknik kultur embrio mampu menghasilkan buah dengan tingkat kemurnian hingga 99,9 persen.
Baca juga: Kelapa Kopyor Indonesia Mampu Saingi Filipina
Harga kelapa kopyor di tingkat petani juga mencapai Rp20.000 hingga Rp56.000 per butir, atau 3-4 kali lipat dibandingkan harga kelapa muda biasa.
Peserta juga mendapatkan informasi mengenai peluang kerja sama dengan PUM Netherlands, yang memiliki 1.200 tenaga ahli dan aktif di lebih dari 30 negara.
Organisasi ini siap memberikan pendampingan di bidang pemasaran dan manajemen usaha.
Acara ditutup dengan kunjungan ke kebun kopyor di Bogor, di mana peserta menyaksikan proses pembibitan hingga pengolahan produk kopyor.
Sementara dari pihak Kementerian Luar Negeri, Nur Syahrir Rahardjo menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya penguatan ketahanan pangan nasional serta pemberdayaan masyarakat lokal melalui kerja sama internasional.
“Kami berharap ada tindak lanjut nyata dari kegiatan ini, agar kopyor dapat menjadi komoditas andalan yang memperkuat program ketahanan nasional dan menjadikan Bogor sebagai kota kopyor,” ujar Syahrir.