Kediri (ANTARA) - Budi daya pohon kurma di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, diminati warga karena prospek penjualan yang cukup bagus dan perawatannya sama dengan buah salak maupun kelapa sawit.
Koordinator Kurma Kediri Achmad Sabiqi mengemukakan pihaknya bersama komunitas di Kurma Kediri berusaha mencoba membudidayakan tanaman kurma ini. Proses budi daya di Kediri sudah dilakukan lima tahun lalu.
"Di Kediri, kami mulai lima tahun lalu bertani kurma. Dikembangkan dari bibit kurma yang induknya sudah berbuah di Indonesia," katanya di Kediri, Senin.
Ia mengungkapkan tanaman itu punya adaptasi yang cukup bagus. Kendati di Indonesia iklimnya tropis, tidak seperti di Arab Saudi maupun Uni Emirat Arab tanaman bisa tumbuh dengan sempurna.
Awalnya budi daya mengambil bibit pohon kurma dari Thailand, kata dia, namun untuk proses tumbuhnya kurang bagus dan masih memerlukan adaptasi yang cukup panjang, sehingga mengambil bibit tanaman ini dari Pasuruan, Gresik, hingga Lamongan.
Baca juga: Satu pohon kurma di Masjid Al-Barkah Bekasi mulai berbuah
"Kami kembangkan karena adaptasinya bagus. 4 tahun enam bulan sudah bisa berbuah dua kali," kata dia.
Dirinya menambahkan ada beragam varietas yang ditanam pada beberapa anggota komunitas, salah satunya Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.
Di lokasi kebun ini ada sekitar 66 pohon kurma yang sudah ditanam. Umurnya juga variatif antara dua tahun enam bulan hingga lebih dari itu. Beberapa pohon juga sudah produktif, bahkan ada yang hingga berbuah dua kali. Satu pohon bisa menghasilkan lebih dari 2 kilogram buah kurma.
Ia mengungkapkan ada beragam jenis pohon kurma yang ditanam di tempat ini, termasuk Lala, Sukari dan beberapa lainnya.
Terkait dengan proses perawatan, Achmad mengatakan memang harus telaten. Tanaman ini modelnya sama dengan merawat tanaman salak maupun sawit, sehingga harus sering dipantau.
Terlebih lagi ketika sudah mulai ada bunga, kata dia, harus bisa membedakan antara bunga jantan dan betina, sehingga harus dikawinkan agar buah bisa jadi dengan sempurna.
Untuk hama yang banyak menyerang adalah kumbang, penyuka pucuk tanaman sehingga jika dibiarkan tanaman bisa mati.
Baca juga: Warga Ponorogo bagikan ribuan kurma gratis hasil panenan sendiri selama Ramadhan
"Hamanya Wawung (Kumbang Badak). Kami cegah dengan pestisida organik dengan daun beracun di sekitar seperti tembakau, gadung. Dengan itu hama bisa teratasi dan produktif," kata dia.
Ia mengatakan saat ini peminat dari tanaman kurma juga cukup banyak. Secara anggota di komunitas hingga 3.500 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah pohon hingga ribuan batang.
Di Indonesia, kata dia, buah kurma dijual hampir matang atau yang berwarna kuning. Hal ini berbeda dengan di Arab Saudi atau Uni Emirat Arab yang banyak dijual matang.
Penyebab utamanya, menurut dia, cuaca yang tidak sama. Di Indonesia iklim cenderung tropis dan cuaca bisa panas sekitar 38 derajat Celsius, beda dengan Arab yang panas hingga 40 derajat Celsius, sehingga cocok dipanen saat mengkal.
Untuk harga buah ini, kata dia, Rp300 ribu per kilogram. Dengan perawatan yang bagus, tentunya bisa mendapatkan panen yang juga cukup bagus.
Baca juga: DKM Masjid Agung Bekasi panen buah kurma
"Penjualan lebih banyak daring. Banyak yang pesan, misalnya mereka yang setelah operasi, trombosit turun, atau yang punya kendala momongan. Bagus untuk tubuh," katanya..
Pihaknya juga intensif memberikan pendampingan bagi yang ingin belajar budi daya kurma yakni di pusat edukasi kurma Desa Gondang, Kecamatan Plosoklaten, yang dikelolanya langsung.
Ia berharap peminat budi daya tanaman ini makin banyak sebab prospek usaha cukup jelas. Penjualan juga cukup bagus, sebab buah ini banyak dicari terutama yang kurma muda, sehingga banyak yang sudah pesan jauh-jauh hari sebelum panen.