Bogor, 26/11 (ANTARA) - Macan tutul salju (panthera uncia) yang berasal dari Pegunungan Himalaya, menjadi penghuni baru di Lembaga Konservasi "Ex-Situ" atau di luar habitat, Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor.
"Sepasang satwa yang juga dikenal dengan nama `Snow Leopard` itu bernama Omar dan Sayan, dan menempati kandang pamer yang dilapisi kaca tebal di area `Baby Zoo`," kata Kepala Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor Yulius H Suprihardo kepada ANTARA di Bogor, Senin.
Ia menjelaskan Omar, macan tutul salju berkelamin jantan, itu lahir pada 1 Juni 1999 (13 tahun), dan Sayan, betinanya lahir pada 25 Mei 1996 (16 tahun).
Kedua satwa itu menambah koleksi dari berbagai jenis kucing yang sudah ada di TSI Cisarua, Bogor.
Sebelumnya, kata dia, TSI mempunyai berbagai koleksi jenis kucing antara lain, harimau putih India, kucing mas, jaguar, macan tutul jawa, macan tutul Afrika, dan berbagai jenis kucing lainnya.
Kedua ekor macan tutul salju tersebut,katanya, diterbangkan dari Tierpark Berlin, Jerman dan tiba di TSI pada tanggal 2 November 2012 dini hari.
Selanjutnya macan tutul salju ini menjalani masa karantina di bawah pengawasan kepala perawat dan dokter hewan Taman Safari Indonesia.
Seusai menjalani masa karantina, satwa carnivora ini mulai beradaptasi di kandang pamer, di tempatnya yang baru.
Yulius menjelaskan, ukuran tubuh macan tutul salju sedikit lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis kucing besar lainnya.
Macan tutul salju memiliki berat tubuh antara 27-55 kg, di mana pejantannya bisa mencapai bobot 75 kg.
"Mereka mampu beradaptasi di lingkungan yang berhawa dingin," katanya.
Ekor macan tutul salju juga sangat tebal, yang digunakan sebagai selimut untuk melindungi wajah mereka pada saat tidur.
Di musim panas, macan tutul salju biasanya hidup di atas pohon di padang rumput pegunungan, dan di daerah berbatu pada ketinggian antara 2.700 hingga 6.000 m.
Sedangkan pada musim dingin, macan tutul salju turun ke hutan dengan ketinggian sekitar 1.200 sampai 2.000 m.
Macan tutul salju lebih memilih medan yang rusak, sehingga dapat melakukan perjalanan tanpa kesulitan di salju, meskipun macan tutul salju lebih memilih untuk menggunakan jalur yang sudah ada yang
dibuat oleh hewan lain.
Seperti jenis kucing lainnya pada umumnya, macan tutul salju menggunakan tanda aroma untuk menunjukkan wilayah mereka dan rute daerah yang dilaluinya.
Kondisi itu paling sering diproduksi dengan menggores tanah dengan kaki belakang sebelum menyimpan urine atau kotoran, tetapi mereka juga menyemprotkan air seni ke bidang tanah yang terlindung dari batu.
Betinanya biasanya melahirkan sebanyak dua sampai tiga3 ekor pada bulan April-Juni, dengan masa kebuntingan 98-103 hari.
Pada saat lahir, anaknya belum bisa melihat, dan baru sepekan kemudian bisa melihat.
Macan tutul salju dapat memangsa atau membunuh buruannya yang beratnya tiga sampai empat kali dari berat badannya.
Penyebarannya, terpusat di Asia, dari barat laut China sampai ke Tibet dan pegunungan Himalaya.
Di Mongolia, ditemukan di Altai Mongolia dan Gobi dan Pegunungan Khangai. Di Tibet itu ditemukan sampai ke daerah Altyn-Tagh di utara.
Mengenai status konservasinya, pada tahun 1972, lembaga konservasi alam dunia (IUCN) menempatkan macan tutul salju ke dalam daftar merah, sebagai spesies terancam, di mana populasinya saat ini
diperkirakan tinggal 4.080 hingga 6.590 ekor.
Andy J
Ilustrasi : foto care2.com
Macan Tutul Salju Himalaya Satwa Terbaru TSI
Senin, 26 November 2012 10:06 WIB
Macan-Tutul-Salju-Himalaya-Satwa-Terbaru-TSI