Bogor (Antara Megapolitan) - Dervionaresti Zuhdi mahasiswa Departemen Teknologi dan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB) melakukan riset tentang pemanfaatan limbah perikanan.
Devionaresti melakukan penelitian yang berjudul ''Kombinasi Minyak Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) dan Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) untuk Pangan dan Kesehatan''.
Penelitian ini dilaksanakan pada Laboratorium Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium Terpadu, Fakultas Peternakan IPB.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya dalam meningkatkan produksi ikan patin.
Hal ini terlihat pada data statistik KKP yang menyebutkan bahwa produksi ikan patin pada awal tahun 2015 mengalami peningkatan 11,93% dari triwulan I sebesar 77.281 ton hingga triwulan III sebesar 95.991 ton (KKP 2015).
Kabupaten Kampar dipilih sebagai salah satu sentra pengolahan ikan patin yang mampu memproduksi ikan patin sebesar 120 ton per harinya (DKP Kampar 2014).
Ikan patin yang diproduksi merupakan ikan patin siam yang diharapkan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap ikan dari Vietnam.
Ikan patin siam yang diproduksi di Kabupaten Kampar memiliki ciri yang khas yakni adanya gumpalam lemak pada jeroan ikan tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai minyak ikan.
Minyak ikan patin mengandung omega-9 yang tinggi dan rendah kandungan omega-3. Asam lemak omega-9 dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner dan menurunkan kolesterol.
Berdasarkan hasil riset, ikan patin memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam pengolahan minyak ikan, hal ini terlihat dari kandungan lemak yang dimiliki yakni sebesar 5,75% yang lebih tinggi dibandingkan ikan tawar lain misalnya ikan gabus 4,0% dan ikan mas 2,9%.
Upaya peningkatan mutu minyak ikan patin pada penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan minyak ikan patin tersebut dengan minyak ikan sardin yang kaya akan kandungan omega-3.
Ikan sardin biasanya dimanfaatkan pada pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Asam lemak omega-3 merupakan salah satu asam lemak yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh.
Manfaat lain omega-3 selain meningkatkan kinerja otak juga sebagai anti inflamasi dan dapat menghindari penyakit autoimun serta mencegah terjadinya penyakit jantung.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemak jeroan hasil samping dari pengolahan ikan patin salai UKM Putra Niaga di Desa Pulau Gadang, Kabupaten Kampar, Riau.
Sedangkan minyak ikan sardin yang digunakan berasal dari hasil samping pengolahan tepung ikan PT. Hosana Buana Tunggal, Bali. Metode penelitian yang dilakukan yaitu karakterisasi dan sentifugasi, pemurnian dan kombinasi minyak ikan patin dan sardin.
Minyak ikan patin dan sardin murni yang diperoleh dari penelitian sebelumnya kemudian dicampurkan dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 4:1, 4:2, dan 4:3. Lemak tersebut diekstrak dengan metode dry rendering dan sentrifugasi pada setiap proses adalah kecepatan 10.000 rpm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan patin mengandung 28,05% lemak pada jeroannya atau 3,52% dari keseluruhan tubuhnya.
Minyak sardin dijadikan sebagai bahan kombinasi yang dimurnikan dengan netralisasi alkali 20° Be dan bleaching menggunakan kombinasi adsorben 1,5% magnesol dan 1,5% bentonit sebagai perlakuan terbaik pada penelitian ini.
Kombinasi minyak patin dan sardin terbaik adalah 4:1 yang mengandung omega-3 dan omega-6 dengan rasio 1:2 yang mendekati standar WHO serta mengandung omega-9 tertinggi.
Analisis terhadap parameter oksidasi minyak ikan kombinasi tersebut juga sesuai dengan standar IFOS (2014), sehingga dipilih sebagai minyak ikan kombinasi terbaik. (AT/Zul).
Mahasiswa IPB Teliti Minyak Jeroan Ikan Patin dan Minyak Sardin Untuk Pangan Dan Kesehatan
Selasa, 18 Juli 2017 13:15 WIB
Kombinasi minyak patin dan sardin terbaik adalah 4:1 yang mengandung omega-3 dan omega-6 dengan rasio 1:2 yang mendekati standar WHO serta mengandung omega-9 tertinggi.