Depok (ANTARA) - Bushra Jamal Ath-Thawil adalah seorang wartawan perempuan Al Quds yang pernah empat kali ditawan oleh Israel menceritakan pengalamannya selama menjadi tahanan.
Bushra ialah seorang jurnalis asal Palestina yang termotivasi dari kisah kelam keluarganya sendiri yang berulang kali ditawan penjajah Israel.
Sejak lahir sampai usianya 6 bulan, ayah Bushra dideportasi. Kemudian dalam kurun waktu 14 tahun, ayahnya ditangkap sebanyak delapan kali sebagai tahanan administratif.
Penangkapan tahanan administratif adalah sebuah kondisi yang dianggap darurat, yang mana negara dapat memberlakukan undang-undang darurat sehingga militer Israel memiliki hak menangkap siapa saja tanpa alasan atau dakwaan apapun. Bahkan pengacara tidak bisa memberikan bantuan hukum karena tuduhannya tidak jelas.
Bushra juga pernah menjadi tawanan Israel bahkan di saat ia mengalami sakit keras. Ia sulit mendapatkan perawatan yang memadai karena rumitnya aturan militer Israel.
"Para tawanan lainnya lambat laun mengalami gangguan kejiwaan karena mendapatkan perilaku yang tidak pantas selama di penjara," kata Bushra dalam acara Online Press Gathering yang dilakukan oleh Adara Relief Internasional.
Penderitaannya itu menjadi motivasi untuk mempelajari ilmu jurnalistik guna mengubah kondisi para tawanan dan penderitaan yang mengungkung keluarga. Ia ingin menyuarakan penderitaan ini melalui media agar sampai ke seluruh penjuru dunia.
Setelah lulus dari Modern University College di Kota Ramallah pada 2013, Bushra kemudian meluncurkan organisasi Aneen al-Qaid Network, sebuah wadah media yang peduli dengan permasalahan tawanan Palestina.
Organisasi ini beranggotakan para mantan tawanan, jurnalis, ahli hukum, dan aktivis kemanusiaan laki-laki dan perempuan. Aneen al-Qaid Network menjalankan visi mereka dalam menyuarakan permasalahan Palestina sehingga membekas dalam benak dan hati umat.
Melalui media massa diantaranya AlJazeera, Al-Aqsa TV, dan media online lainnya, Bushra mengabarkan mengenai kondisi para tawanan dan penderitaan mereka di balik jeruji besi.
Aneen al-Qaid Network telah menyelenggarakan puluhan acara dialog dan kegiatan lapangan yang kemudian menginformasikan mengenai kondisi dan penderitaan para tawanan, bahkan mereka juga melakukan kunjungan ke rumah keluarga tawanan.
Bushra berharap insan media khususnya di Indonesia bisa bekerjasama menjadi penyambung informasi tentang realita persoalan di Palestina. Semoga semakin banyak media yang mengedukasi dan memberitakan kebenaran karena menulis untuk Palestina berarti menulis untuk keadilan.
Dalam Online Press Gathering yang diikuti oleh lebih dari 70 partisipan yang terdiri dari insan media nasional, organisasi masyarakat, dan komunitas Mitra Adara, Sri Vira Chandra selaku Ketua Adara berterimakasih atas keterlibatan rekan media nasional yangtelah membersamai Adara selama ini, dengan membuat konten edukasi mengenai Palestina.
Sri Vira juga menceritakan mengenai pernyataan seorang wartawan senior Inggris, Dr. Yvonne Ridley, mengenai revolutionary act of the journalist yang menginspirasi.
“Generasi-generasi yang akan datang selalu mencari info-info terbaru yang lebih valid. Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menulis ulang sejarah yang diputarbalikan. Tulisan kita saat ini menjadi referensi bagi generasi ke depan tentang fakta yang terjadi di Palestina.” tambah Sri Vira.
Kisah Jurnalis Palestina ketika ditawan oleh Israel
Minggu, 8 November 2020 19:04 WIB
Para tawanan lainnya lambat laun mengalami gangguan kejiwaan karena mendapatkan perilaku yang tidak pantas selama di penjara