Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) Dono Boestami, akan segera mengembangkan greenfuel sebagai bagian program strategis dan energi alternatif terbarukan serta ramah lingkungan yang ber bahan baku kelapa sawit.
Hal tersebut di ungkap Dono Boestami kepada ANTARA pada acara silaturrahmi Purna karya PT Bukit Asam, di Kota Bogor Jawa Barat, Sabtu (20/4/19).
Dono Boestami berpendapat, program jangka panjang ini berkaitan dengan biofuel B30 kemudian akan menjadi greenfuel yang terdiri dari green diesel, green gasolin dan green aftur.
Ia mengatakan, pengembangan ini sudah berhasil dijalankan, dengan teknologi dan katalis yang sudah ada dan bisa di produksi oleh Indonesia sehingga kepentingan kedepannya adalah bagaimana bisa menyerap produksi CPO.
"Percepatan B30 ditargetkan pada tahun 2019 sudah mulai berjalan, dalam waktu dekat ITB akan membangun pabrik katalis diperkirakan di sekitar Karawang," kata Dono Boestami.
Selanjutnya berdasarkan analisa, diperkirakan pada tahun 2025 produksi CPO akan mencapai 55 juta ton per tahun, dengan basis yang di pakai 45 juta ton, kemungkinan ada penambahan 10 juta ton per tahun.
"Jadi, jika Indonesia masih ketergantungan kepada pasar luar negeri yang di dalamnya terdapat hambatan - hambatan, kenapa tidak fokus saja yang sudah ada, padahal sudah bisa," paparnya.
Greenfuel saat ini menjadi pilot project, secara laboratorium sudah selesai di teknik kimia ITB. Maka selanjutnya dibutuhkan terminologi dengan fokus bicara B30, sesuai dengan peraturan menteri ESDM sampai dengan tahun 2020.
"Dibandingkan dengan negara lain Indonesia paling progreshif, sementara negara lain hanya sampai B5, B7,5 bahkan paling tinggi B15," paparnya lagi.
Jika dilihat secara global tentang sawit terdapat pada UU nomor 39 tahun 2014, tentang tujuh komoditas, salah satunya tentang sawit, maka dalam hal ini BPDP mendukung Kementrian Pertanian.
"Untuk hilirisasi, tentu kita mendukung perindustrian, untuk ekspansi pasar kita mendukung perdagangan dan program bio diesel atau kemudian greenfuel regulatornya Kementrian Perundistrian dengan ESDM," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Hal tersebut di ungkap Dono Boestami kepada ANTARA pada acara silaturrahmi Purna karya PT Bukit Asam, di Kota Bogor Jawa Barat, Sabtu (20/4/19).
Dono Boestami berpendapat, program jangka panjang ini berkaitan dengan biofuel B30 kemudian akan menjadi greenfuel yang terdiri dari green diesel, green gasolin dan green aftur.
Ia mengatakan, pengembangan ini sudah berhasil dijalankan, dengan teknologi dan katalis yang sudah ada dan bisa di produksi oleh Indonesia sehingga kepentingan kedepannya adalah bagaimana bisa menyerap produksi CPO.
"Percepatan B30 ditargetkan pada tahun 2019 sudah mulai berjalan, dalam waktu dekat ITB akan membangun pabrik katalis diperkirakan di sekitar Karawang," kata Dono Boestami.
Selanjutnya berdasarkan analisa, diperkirakan pada tahun 2025 produksi CPO akan mencapai 55 juta ton per tahun, dengan basis yang di pakai 45 juta ton, kemungkinan ada penambahan 10 juta ton per tahun.
"Jadi, jika Indonesia masih ketergantungan kepada pasar luar negeri yang di dalamnya terdapat hambatan - hambatan, kenapa tidak fokus saja yang sudah ada, padahal sudah bisa," paparnya.
Greenfuel saat ini menjadi pilot project, secara laboratorium sudah selesai di teknik kimia ITB. Maka selanjutnya dibutuhkan terminologi dengan fokus bicara B30, sesuai dengan peraturan menteri ESDM sampai dengan tahun 2020.
"Dibandingkan dengan negara lain Indonesia paling progreshif, sementara negara lain hanya sampai B5, B7,5 bahkan paling tinggi B15," paparnya lagi.
Jika dilihat secara global tentang sawit terdapat pada UU nomor 39 tahun 2014, tentang tujuh komoditas, salah satunya tentang sawit, maka dalam hal ini BPDP mendukung Kementrian Pertanian.
"Untuk hilirisasi, tentu kita mendukung perindustrian, untuk ekspansi pasar kita mendukung perdagangan dan program bio diesel atau kemudian greenfuel regulatornya Kementrian Perundistrian dengan ESDM," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019