Bogor, 25/4 (Antara) - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengingatkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan agar terus berinovasi menjadi garda terdepan perkembangan dan kemajuan teknologi kehutanan di Indonesia.
"Badan Litbang jangan sampai kalah dengan CIFOR atau ICRAF, memasuki usia 100 tahun harus jangan semakin tua, tapi semakin berkembang, berkarya di bidang kehutanan," kata Menteri saat menghadiri acara penandatanganan kerja sama antara Badan Litbang Kemenhut dengan CIFOR dan ICRAF di Balitbang Kemenhut, Bogor, Kamis.
Menteri menyebutkan, di usia 100 Balitbang Kemenhut sudah banyak menghasilkan karya di bidang kehutanan. Namun, Balitbang Kehutanan harus terus mengembangkan diri dan peka terhadap isu yang sedang berkembang.
"Karena Litbang Kehutanan akan menjadi input yang objektif dalam pengambilan kebijakan yang didukung teknologi tepat guna dalam inovasi meningkatkan kinerja pengelolaan hutan," ujar Menteri.
Menteri mengatakan, pembangunan sektor kehutanan sangat terkait dengan konsep ekonomi hijau atau "blue economy".
Konsep tersebut diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial serta kerusakan lingkungan.
Konsep ekonomi hijau sudah diaplikasikan melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan.
Hal itu di antaranya adalah upaya pemanfaatan optimalisasi lahan, moratorium konversi lahan alam, program pelibatan dan pemberdayaan masyarakat, inisiasi skema REDD+, pembalakan ramah lingkungan, penerapan sistem verifikasi legalitass kayu (SVLK) Indonesia pada produk hasil hutan, CSR dan kegiatan lainnya.
Sektor kehutanan dalam pembangunan nasional menjadi sangat penting karena bisa mendorong implementasi konsep ekonomi hijau.
"Sektor kehutanan harus dapat mengambil peran yang lebih besar dalam menjaga kelestarian alam dan mencegah kerusakan lingkungan akibat dari pembangunan," kata Menteri.
Ia menyatakan, banyak karya yang telah dihasilkan Badan Litbang Kehutanan, namun diharapkan agar hasil-hasil teknologi yang ada tidak hanya sebagai prestasi tapi dapat diadopsi oleh para pengguna dalam skala luas dan ekonomis.
Menurut Menteri, persoalan Indonesia saat ini dari segi IPTEK masih tertinggal dan kurang inovasi. Perkembangan IPTEK di kancah internasional sudah sedemikian maju karena selalu ada inovasi, lebih sempurna, lebih unggul, ekonomis dan ramah lingkungan.
"Indonesia negara dengan kawasan hutan tropis terbesar ke tiga di dunia. Harusnya kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Balitbang sebagai pemegang `scientific authority` di Kementerian Kehutanan harus memainkan peran ini," ujar Menteri.
Diakuinya, lambatnya kemajuan IPTEK di Indonesia, karena dukungan dana yang tidak memadai. Di lingkup Kementerian Kehutanan, anggaran untuk kegiatan Litbang tidak seperti yang diharapkan.
Kondisi demikian harus diantisipasi dan disiasati oleh Badan Litbang, sehingga anggaran yang terbatas namun dapat melakukan kegiatan penelitian yang optimal.
Penandatanganan kerja sama antara Balitbang Kemenhut ini dihadiri oleh Pimpinan CIFOR dan ICRAF. Dalam acara tersebut juga ditandai dengan penanaman pohon di areal kampus Balitbang Kemehut di Bogor.
Sementara itu, Kepala Badan Litbang Kemehut, Iman Santosa menyebutkan, Badan Litbang telah menghasilkan ratusan hasil penelitian dan inovasi teknologi kehutanan.
Persoalan yang dihadapi Litbang saat ini adalah bagaimana hasil penelitian dan teknologi dapat dioptimalisasikan ke masyarakat.
"Kita sedang mengarah pada upaya penyebarluasan hasil riset dan teknologi agar dapat dikembangkan di masyarakat luas," katanya.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Badan Litbang jangan sampai kalah dengan CIFOR atau ICRAF, memasuki usia 100 tahun harus jangan semakin tua, tapi semakin berkembang, berkarya di bidang kehutanan," kata Menteri saat menghadiri acara penandatanganan kerja sama antara Badan Litbang Kemenhut dengan CIFOR dan ICRAF di Balitbang Kemenhut, Bogor, Kamis.
Menteri menyebutkan, di usia 100 Balitbang Kemenhut sudah banyak menghasilkan karya di bidang kehutanan. Namun, Balitbang Kehutanan harus terus mengembangkan diri dan peka terhadap isu yang sedang berkembang.
"Karena Litbang Kehutanan akan menjadi input yang objektif dalam pengambilan kebijakan yang didukung teknologi tepat guna dalam inovasi meningkatkan kinerja pengelolaan hutan," ujar Menteri.
Menteri mengatakan, pembangunan sektor kehutanan sangat terkait dengan konsep ekonomi hijau atau "blue economy".
Konsep tersebut diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial serta kerusakan lingkungan.
Konsep ekonomi hijau sudah diaplikasikan melalui berbagai kebijakan dan program pembangunan yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan.
Hal itu di antaranya adalah upaya pemanfaatan optimalisasi lahan, moratorium konversi lahan alam, program pelibatan dan pemberdayaan masyarakat, inisiasi skema REDD+, pembalakan ramah lingkungan, penerapan sistem verifikasi legalitass kayu (SVLK) Indonesia pada produk hasil hutan, CSR dan kegiatan lainnya.
Sektor kehutanan dalam pembangunan nasional menjadi sangat penting karena bisa mendorong implementasi konsep ekonomi hijau.
"Sektor kehutanan harus dapat mengambil peran yang lebih besar dalam menjaga kelestarian alam dan mencegah kerusakan lingkungan akibat dari pembangunan," kata Menteri.
Ia menyatakan, banyak karya yang telah dihasilkan Badan Litbang Kehutanan, namun diharapkan agar hasil-hasil teknologi yang ada tidak hanya sebagai prestasi tapi dapat diadopsi oleh para pengguna dalam skala luas dan ekonomis.
Menurut Menteri, persoalan Indonesia saat ini dari segi IPTEK masih tertinggal dan kurang inovasi. Perkembangan IPTEK di kancah internasional sudah sedemikian maju karena selalu ada inovasi, lebih sempurna, lebih unggul, ekonomis dan ramah lingkungan.
"Indonesia negara dengan kawasan hutan tropis terbesar ke tiga di dunia. Harusnya kita tidak boleh kalah dengan negara lain. Balitbang sebagai pemegang `scientific authority` di Kementerian Kehutanan harus memainkan peran ini," ujar Menteri.
Diakuinya, lambatnya kemajuan IPTEK di Indonesia, karena dukungan dana yang tidak memadai. Di lingkup Kementerian Kehutanan, anggaran untuk kegiatan Litbang tidak seperti yang diharapkan.
Kondisi demikian harus diantisipasi dan disiasati oleh Badan Litbang, sehingga anggaran yang terbatas namun dapat melakukan kegiatan penelitian yang optimal.
Penandatanganan kerja sama antara Balitbang Kemenhut ini dihadiri oleh Pimpinan CIFOR dan ICRAF. Dalam acara tersebut juga ditandai dengan penanaman pohon di areal kampus Balitbang Kemehut di Bogor.
Sementara itu, Kepala Badan Litbang Kemehut, Iman Santosa menyebutkan, Badan Litbang telah menghasilkan ratusan hasil penelitian dan inovasi teknologi kehutanan.
Persoalan yang dihadapi Litbang saat ini adalah bagaimana hasil penelitian dan teknologi dapat dioptimalisasikan ke masyarakat.
"Kita sedang mengarah pada upaya penyebarluasan hasil riset dan teknologi agar dapat dikembangkan di masyarakat luas," katanya.
Laily R
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013