Bogor (ANTARA News Megapolitan) - Institut Pertanian Bogor (IPB) menyiapkan lulusan dengan kemampuan `sociopreneur` yang akan mengisi kebutuhan sarjana pertanian di desa-desa khususnya untuk wilayah Jawa Barat.
"Gubernur Jawa Barat sudah minta IPB untuk menghasilkan lulusan 500 orang per tahun yang siap ditempatkan di desa untuk bisa memfasiltasi sebagai sociopreneur," kata Rektor IPB, Dr Arif Satria dalam Seminar Nasional Inovasi Agromaritim 4.0 di IPB Internasional Convention Center, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Menurut Arif, rencana untuk menyiapkan lulusan ini telah dibahas dalam beberapa kali pertemuan antara dirinya dengan Gubernur Ridwan Kamil beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan, pertemuan pertama saat Gubernur Ridwan Kamil berkunjung ke Bogor bulan Februari dan Oktober lalu. Dilanjut dengan pertemuan balasan yang dilakukan Arif saat berkunjung ke Badung bulan November lalu.
"Kami sudah berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Barat dan menyatukan visi," katanya.
Kebutuhan sarjana pertanian di desa sangat diperlukan agar sejalan dengan program pembangunan pedesaan yang dilakukan oleh pemerintah melalui dana desa.
Selain itu, pengembangan teknologi dan inovasi bidang pertanian seiring tuntutan era revolusi industri 4.0, memerlukan sarjana-sarjana yang dapat mendampingi petani mengakses hal tersebut.
"Gubernur sangat berharap IPB punya peran besar dalam mentransformasi pertanian di Jabar," katanya.
Hal pertama yang akan dilakukan oleh IPB dalam menjawab permintaan tersebut, lanjutnya, berangkat dari pemetaan komoditas di setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat.
"Kita sudah mempunyi peralatannya yang berbasis kepada 4.0," katanya.
Langkah berikutnya, implementatif dari apa yang sudah dimiliki oleh IPB dalam pengembangan sektor pertanian. Sepetri IPB sudah memiliki beberapa model-model pertanian cerdas "smart farming" yang akan diterapkan di Jabar.
Dengan semua langkah tersebut, lanjut Arif, yang jadi persoalan adalah siapa yang akan mengisinya. Karena Gubernur Jawa Barat memiliki program satu desa satu perusahaan.
"Siapa manajernya, siapa dirutnya, maka itu berharap IPB yang akan berperan di sana, ini yang disebut sociopreneur," katanya.
Sociopreneur jelasnya, adalah orang yang mempunyai kewirausahaan sosial yang mampu untuk mengkonsolidasikan petani di beberapa alokasi serta mampu menerapkan teknologi.
Ia mengatakan, jika teknologi 4.0 yang dimiliki IPB bisa diterapkan di Jawa Barat, maka ada para lulusan barunya sudah siap menjalankannya.
Dan untuk meningkatkan praktek pertanian presisi lanjut Arif, maka pemerintah melalui dana desa atau BUMDes bisa memfasilitasi petani memiliki drone atau fasilitas teknologi 4.0 lainnya.
Dengan teknologi ini, petani dapat mengetahui waktu panen yang tepat, menghasilkan buah yang okey.
"Semua ini tidak bisa dilakukan oleh petani sendiri, itulah perlunya petani sociopreneur yang berasal dari sarjana IPB baik itu vokasi maupun strata satu," kata Arif.
Arif menambahkan, dalam waktu dekat dirinya bersama Gubernur Jawa Barat akan segera menseminarkan untuk memfokuskan diri agar program transformasi pertanian di Jawa Barat dapat berjalan dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Gubernur Jawa Barat sudah minta IPB untuk menghasilkan lulusan 500 orang per tahun yang siap ditempatkan di desa untuk bisa memfasiltasi sebagai sociopreneur," kata Rektor IPB, Dr Arif Satria dalam Seminar Nasional Inovasi Agromaritim 4.0 di IPB Internasional Convention Center, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Menurut Arif, rencana untuk menyiapkan lulusan ini telah dibahas dalam beberapa kali pertemuan antara dirinya dengan Gubernur Ridwan Kamil beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan, pertemuan pertama saat Gubernur Ridwan Kamil berkunjung ke Bogor bulan Februari dan Oktober lalu. Dilanjut dengan pertemuan balasan yang dilakukan Arif saat berkunjung ke Badung bulan November lalu.
"Kami sudah berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Barat dan menyatukan visi," katanya.
Kebutuhan sarjana pertanian di desa sangat diperlukan agar sejalan dengan program pembangunan pedesaan yang dilakukan oleh pemerintah melalui dana desa.
Selain itu, pengembangan teknologi dan inovasi bidang pertanian seiring tuntutan era revolusi industri 4.0, memerlukan sarjana-sarjana yang dapat mendampingi petani mengakses hal tersebut.
"Gubernur sangat berharap IPB punya peran besar dalam mentransformasi pertanian di Jabar," katanya.
Hal pertama yang akan dilakukan oleh IPB dalam menjawab permintaan tersebut, lanjutnya, berangkat dari pemetaan komoditas di setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat.
"Kita sudah mempunyi peralatannya yang berbasis kepada 4.0," katanya.
Langkah berikutnya, implementatif dari apa yang sudah dimiliki oleh IPB dalam pengembangan sektor pertanian. Sepetri IPB sudah memiliki beberapa model-model pertanian cerdas "smart farming" yang akan diterapkan di Jabar.
Dengan semua langkah tersebut, lanjut Arif, yang jadi persoalan adalah siapa yang akan mengisinya. Karena Gubernur Jawa Barat memiliki program satu desa satu perusahaan.
"Siapa manajernya, siapa dirutnya, maka itu berharap IPB yang akan berperan di sana, ini yang disebut sociopreneur," katanya.
Sociopreneur jelasnya, adalah orang yang mempunyai kewirausahaan sosial yang mampu untuk mengkonsolidasikan petani di beberapa alokasi serta mampu menerapkan teknologi.
Ia mengatakan, jika teknologi 4.0 yang dimiliki IPB bisa diterapkan di Jawa Barat, maka ada para lulusan barunya sudah siap menjalankannya.
Dan untuk meningkatkan praktek pertanian presisi lanjut Arif, maka pemerintah melalui dana desa atau BUMDes bisa memfasilitasi petani memiliki drone atau fasilitas teknologi 4.0 lainnya.
Dengan teknologi ini, petani dapat mengetahui waktu panen yang tepat, menghasilkan buah yang okey.
"Semua ini tidak bisa dilakukan oleh petani sendiri, itulah perlunya petani sociopreneur yang berasal dari sarjana IPB baik itu vokasi maupun strata satu," kata Arif.
Arif menambahkan, dalam waktu dekat dirinya bersama Gubernur Jawa Barat akan segera menseminarkan untuk memfokuskan diri agar program transformasi pertanian di Jawa Barat dapat berjalan dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018