Nasionalisme konsumen terkait erat dengan sikap dan perilaku konsumen yang memilih produk dalam negeri ketimbang impor, untuk meningkatkan perekonomian nasional, mendukung industri dalam negeri, mempertahankan identitas, dan mengurangi ketergantungan dari luar. 

Sikap nasionalisme ini, benar-benar sangat dibutuhkan, terlebih di kalangan tertentu yang lebih memilih beras luar negeri untuk konsumsi harian. 

Ketika daya beli masyarakat  menengah semakin tinggi, mereka tergoda memilih produk impor, dengan berbagai alasan, seperti ukuran beras impor seragam, warnanya cerah, rasa lebih enak, atau karena pertimbangan lain. 

Memang produksi beras para petani dalam negeri umumnya memiliki tingkat kerusakan atau broken di atas 5 persen, sehingga kurang prima dipandang mata.

Penampakan beras dalam negeri, kerap kali memang betul kurang menarik minat konsumen tertentu, tapi cita rasa dan kandungan gizi, sepertinya belum tentu kalah bersaing.

Baca juga: Presiden Prabowo perintahkan setop impor beras, garam, gula dan jagung pada 2025

Jika kebiasaan ini ditradisikan maka beras petani dalam negeri bisa merana sehingga nasionalisme beras perlu untuk terus digaungkan.

Di beberapa daerah pada Februari 2025 akan ada panen raya. 

Yang dikhawatirkan adalah panen di musim hujan. Bisa dibayangkan betapa risaunya petani dalam semangat untuk menghasilkan gabah berkualitas. Dengan teknologi yang terbatas, mereka harus melakukan pengeringan gabah dengan optimal.

Masalah kian rumit jika fenomena La Nina menyergap ke tengah-tengah kehidupan petani. Praktis panen raya bisa berubah menjadi tragedi kehidupan.

Kalau ini yang terjadi, penampakan beras yang dihasilkan petani dalam negeri, tidak akan seindah penampakan beras impor.

Baca juga: Zulkifli sebut beras khusus yang diproduksi di dalam negeri tidak kena PPN 12 persen

Literasi masyarakat perlu dikuatkan tentang tiga nilai filosofi nasionalisme Indonesia. Pertama, nilai dasar berupa kesatuan dan persatuan dengan mengutamakan kebersamaan; kemandirian dengan menghargai kemerdekaan dan otonomi; keadilan sosial dengan mempromosikan kesetaraan dan keadilan; demokrasi dengan menghormati hak dan suara rakyat, serta nasionalisme inklusif dengan mengakui dan menghargai keberagaman.

Kedua, nilai moral seperti patriotisme dengan mengutamakan kepentingan bangsa. Ketiga, nilai spiritual. 

Nilai-nilai nasionalisme ini perlu dikuatkan ke kalangan masyarakat sebagai konsumen beras sehingga masyarakat akan membeli beras atas dasar cita rasa dan gizi yang dikandungnya, tidak cuma berdasarkan penampakannya secara kasat mata.

Pemerintah termasuk Bulog di dalamnya sebagai operator pangan diharapkan dapat lebih gencar melakukan sosialisasi dan memperluas literasi beras petani lokal agar konsumen beras semakin cerdas, bernas, dan nasionalis untuk tetap membeli beras petani dalam negeri.


*) Penulis adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat.


Baca juga: Bulog dalam simpul koordinasi pangan

Baca juga: Pemerintah beli gabah petani
 

Pewarta: Entang Sastraatmadja*)

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025