Siapa sangka, sepatu kulit dengan desain kekinian, lahir dari gang perumahan kecil di Jalan Marzuki 4 Nomor 46  RT 6 RW 2, Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Pabrik sepatu kulit merek Flavio & Boston itu sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Di tengah gempuran sepatu impor dan pabrikan, pabrik rumahan itu tetap bertahan.

Bermula dari Medan, Sumut, mereka pindah ke Bandung, Jabar, sebelum bertambat di Jakarta.

Hingga kini, Flavio & Boston sudah memiliki sekitar 80 desain sepatu kulit.

Pemiliknya, Rully, menjadi pewaris Flavio & Boston dari ayahnya, yang dulu merupakan pengrajin kulit.

Rully mempertahankan pembuatan secara manual. Ia meyakini sepatu kulit akan nyaman dikenakan, jika dibuat langsung oleh tangan dengan melibatkan sentuhan hati.

Mengikuti perkembangan zaman, pabrik itu juga turut  memfokuskan penjualan secara online dan melayani tanya jawab secara online kepada calon pemesan sepatu buatannya.

Di lantai dua pabriknya, toko kecil dibuka untuk siapa saja yang ingin datang langsung mencoba sepatunya.

Di sana, sepatu kulit dengan beragam model, ukuran, dan warna, dipajang berjajar. Rully akan melayani calon pembelinya secata langsung, hingga mereka menemukan model dan ukuran yang diinginkan.

Sepatu juga bisa dibuatkan sesuai pesanan. Pengerjaannya selesai dalam beberapa hari.

Beragam desain sepatu dibuat Rully untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar.

Ini juga menjadi salah satu keunggulan jenama Flavio & Boston dibandingkan jenama sepatu kulit impor dan lokal lain.

Salah satu sepatu terlaris Flavio & Boston ialah sepatu yang mengadopsi desain sepatu kets, dengan garis di sisi luar sepatu.

Pelanggan muda menyukai desain ini, karena dapat digunakan tak hanya formal, tetapi juga untuk berkumpul dan bermain bersama teman-teman.

Salah satu sepatu produk Flavio & Boston yang memadukan desain sepatu kets yang casual dengan sepatu kulit yang formal. (ANTARA FOTO/ Azhfar Muhammad)

Rully pun kerap memberikan bonus semir khusus sepatu kulit, bagi para pelanggannya.

Dalam sebulan, pabrik rumahannya bisa memproduksi hingga seribu sepatu, dengan omzet mencapai Rp100 juta.

Untuk mengembangkan usahanya, Rully kerap mengikuti berbagai kegiatan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diselenggarakan pemerintah.

Di sana ia mendapatkan wadah untuk mempromosikan dan menjual sepatunya, sekaligus berjejaring dengan pengusaha lokal lain maupun calon investor.


Baca juga: Apa itu KIM?

Baca juga: Ini alasan penutupan pabrik Bata di Purwakarta
 

Pewarta: Sanya Dinda Susanti

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024