Pendidikan tinggi merupakan fondasi yang penting dalam mempersiapkan generasi mendatang untuk tantangan dan peluang global, maka perlu langkah-langkah ambisius untuk mengubah tata kelola universitas dan memicu inovasi sistem pendidikan tinggi di seluruh dunia khususnya Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Professor Mark Considine, Professor Public Policy University of Melbourne, yang juga Rektor University of Melbourne (2018—2020) pada Symposium on University Governance: How to Make Entrepreneur University di Auditorium Gedung M Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia (UI) Depok.
Ia menambahkan bahwa diperlukan langkah untuk mempersiapkan "Paket Lulusan Siap Kerja" di universitas karena paket ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan menuju transformasi tata kelola universitas.
Berfokus pada tema "Transformasi Tata Kelola Universitas & Inovasi", paket ini mencakup serangkaian langkah yang merangkul kebutuhan akan inovasi di era digital.
"Melalui restrukturisasi pendanaan, dana dialokasikan secara strategis untuk mendukung disiplin-disiplin dengan pertumbuhan pekerjaan yang tinggi, seperti ilmu teknik, ilmu pengetahuan, dan teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang relevan dan dibutuhkan oleh industri," kata Prof. Mark.
Otonomi dan fleksibilitas bagi Universitas berarti setiap universitas diberikan lebih banyak kewenangan untuk mengelola dana mereka sendiri, termasuk menentukan program-program pendidikan dan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan global.
Fleksibilitas ini memungkinkan universitas untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan pasar dan tuntutan masyarakat.
“Melalui pembentukan kemitraan strategis dengan lembaga-lembaga internasional, universitas mendorong kolaborasi lintas batas dalam penelitian, pengajaran, dan pertukaran akademik. Ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar mahasiswa, tetapi juga mempromosikan pertukaran pengetahuan global yang penting untuk inovasi,” ujarnya.
Prof. Mark juga membahas mengenai pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
“Integrasi AI dalam pengajaran dan penelitian membuka peluang baru untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan. Dari evaluasi otomatis hingga analisis data, teknologi AI membantu universitas dalam menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih adaptif dan personal bagi mahasiswa,” katanya.
Dengan demikian "Paket Lulusan Siap Kerja" bukan hanya sebuah langkah menuju meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, tetapi juga sebuah visi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang dinamis dan inovatif.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan pemangku kepentingan lainnya, ia berharap dapat menciptakan lulusan universitas yang bertekad untuk menjadi pemimpin dalam transformasi pendidikan tinggi di era digital.
Pada kegiatan yang dihadiri sekitar 100 peserta ini, Guru Besar FIA UI, Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.publ. menyampaikan dalam sambutannya bahwa FIA UI dengan University of Melbourne telah menjalin berbagai kerja sama sebelumnya.
Diantaranya penyelenggaraan program Double Degree Public Policy and Management yang telah berjalan selama 4 tahun.
"Hari ini kita membahas pentingnya tata kelola universitas dan bagaimana membangun universitas yang berfokus pada kewirausahaan. Kita perlu mengelola perencanaan, transformasi digital, dan sumber daya manusia dengan baik untuk bersaing dengan universitas lain.
"Mari kita juga perhatikan sumber daya keuangan seperti dana endowment dan biaya kuliah. Dengan kerja sama dan standar internasional, kita bisa menjadikan universitas sebagai pusat inovasi global," kata Prof. Eko.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Hal tersebut disampaikan Professor Mark Considine, Professor Public Policy University of Melbourne, yang juga Rektor University of Melbourne (2018—2020) pada Symposium on University Governance: How to Make Entrepreneur University di Auditorium Gedung M Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia (UI) Depok.
Ia menambahkan bahwa diperlukan langkah untuk mempersiapkan "Paket Lulusan Siap Kerja" di universitas karena paket ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan menuju transformasi tata kelola universitas.
Berfokus pada tema "Transformasi Tata Kelola Universitas & Inovasi", paket ini mencakup serangkaian langkah yang merangkul kebutuhan akan inovasi di era digital.
"Melalui restrukturisasi pendanaan, dana dialokasikan secara strategis untuk mendukung disiplin-disiplin dengan pertumbuhan pekerjaan yang tinggi, seperti ilmu teknik, ilmu pengetahuan, dan teknologi informasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang relevan dan dibutuhkan oleh industri," kata Prof. Mark.
Otonomi dan fleksibilitas bagi Universitas berarti setiap universitas diberikan lebih banyak kewenangan untuk mengelola dana mereka sendiri, termasuk menentukan program-program pendidikan dan penelitian yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan global.
Fleksibilitas ini memungkinkan universitas untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan pasar dan tuntutan masyarakat.
“Melalui pembentukan kemitraan strategis dengan lembaga-lembaga internasional, universitas mendorong kolaborasi lintas batas dalam penelitian, pengajaran, dan pertukaran akademik. Ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar mahasiswa, tetapi juga mempromosikan pertukaran pengetahuan global yang penting untuk inovasi,” ujarnya.
Prof. Mark juga membahas mengenai pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
“Integrasi AI dalam pengajaran dan penelitian membuka peluang baru untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan. Dari evaluasi otomatis hingga analisis data, teknologi AI membantu universitas dalam menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih adaptif dan personal bagi mahasiswa,” katanya.
Dengan demikian "Paket Lulusan Siap Kerja" bukan hanya sebuah langkah menuju meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, tetapi juga sebuah visi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang dinamis dan inovatif.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan pemangku kepentingan lainnya, ia berharap dapat menciptakan lulusan universitas yang bertekad untuk menjadi pemimpin dalam transformasi pendidikan tinggi di era digital.
Pada kegiatan yang dihadiri sekitar 100 peserta ini, Guru Besar FIA UI, Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.publ. menyampaikan dalam sambutannya bahwa FIA UI dengan University of Melbourne telah menjalin berbagai kerja sama sebelumnya.
Diantaranya penyelenggaraan program Double Degree Public Policy and Management yang telah berjalan selama 4 tahun.
"Hari ini kita membahas pentingnya tata kelola universitas dan bagaimana membangun universitas yang berfokus pada kewirausahaan. Kita perlu mengelola perencanaan, transformasi digital, dan sumber daya manusia dengan baik untuk bersaing dengan universitas lain.
"Mari kita juga perhatikan sumber daya keuangan seperti dana endowment dan biaya kuliah. Dengan kerja sama dan standar internasional, kita bisa menjadikan universitas sebagai pusat inovasi global," kata Prof. Eko.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024