Bogor (Antara Megapolitan) - Kementerian Pertanian segera menggelar rapat bersama dengan para dirjen dan direktur membahas upaya untuk mengantisipasi merosotnya harga cabai yang terus menurun ke level terendah.
"Ini yang kami khawatirkan harga cabai meluncur terus, kami sudah minta kepada dirjen dan direktur, Senin besok rapat bersama untuk membahas antisipasi meluncurnya harga ini," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman, saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU) di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Menteri menyebutkan, harga cabai khususnya cabai rawit sempat naik mencapai level tertinggi Rp130 ribu per kilo gram di pasaran. Kondisi tersebut membuat masyarakat khususnya di perkotaan menjerit dengan mahalnya harga cabai.
Kini, lanjutnya harga cabai sudah turun ke level Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per Kg di tingkat petani. Hal tersebut diyakini dengan adanya Gerakan Tanam Cabai (Gertam) di selurun Indonesia yang dilakukan Kementerian Pertanian.
"Alhamdulillah setelah selama ini melakukan Gertam yang dipelopori perempuan Indonesia, sekarang harga cabai sudah turun," katanya.
Ia menyebutkan, ratusan ribu bibit cabai telah disebarkan ke sejumlah wilayah di Indonesia gratis kepada rumah tangga yang di pelopori organisai perempuan seperti PKK, Kowani, Bhayangkara, Kartika Chandrakirana, dan juga Muslimat NU.
"Target kita mendistribusikan 10 juta bibit cabai gratis yang akan terus disalurkan, saat ini sudah ada ratusan ribu yang tersalurkan," katanya.
Dengan masifnya gerakan tanam cabai ini, lanjut Amran, pihaknya mewaspadai meluncurnya harga cabai secara mendadak, karena umur cabai yang tidak terlalu lama hanya tiga bulan, jangan sampai terjadi gejolak kembali. Karena jika harga turun petani tidak mau menanam cabai. Dan harga kembali naik bila pasokan cabai berkurang.
"Tiga bulan lalu kita sudah bergerak antisipasi kenaikan harga, kini kita upayakan harga cabai jangan merosot terus," katanya.
Kementerian Pertanian menggandeng Muslimat NU untuk mendukung program swasembada pangan, serta meningkatkan produktivitas pertanian dengan memberikan pendampingan kepada petani agar dapat menaikkan kualitas hidupnya secara lebih sejahtera.
Kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Muslimat NU ditadai pula dengan penyerahan bantuan berupa 38 traktor tangan, Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB), dan bibit cabai kepada masing-masing Pimpinan Wilayah Muslimat NU.
Amran mengakui, jika 120 juta perempuan Indonesia menanam cabai dan memelihara ayam yang hasilnya Rp2 juta per hari, itu bisa menghasilkan Rp120 triliun setiap bulannya, sedangkan jika satu tahun bisa Rp1000 triliun.
"Luar biasa dahsyatnya dan saya yakin akan terjadi swasembada terbaik atas kontribusi besar ibu-ibu Muslimat NU," katanya.
Amran menambahkan, jika swasembada pangan muncul dari peran tangguh para ibu. Sebab itu, jika lahir pemimpin yang tangguh, hal itu pasti lahir dari peran ibu-ibu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Ini yang kami khawatirkan harga cabai meluncur terus, kami sudah minta kepada dirjen dan direktur, Senin besok rapat bersama untuk membahas antisipasi meluncurnya harga ini," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman, saat menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU) di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Menteri menyebutkan, harga cabai khususnya cabai rawit sempat naik mencapai level tertinggi Rp130 ribu per kilo gram di pasaran. Kondisi tersebut membuat masyarakat khususnya di perkotaan menjerit dengan mahalnya harga cabai.
Kini, lanjutnya harga cabai sudah turun ke level Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per Kg di tingkat petani. Hal tersebut diyakini dengan adanya Gerakan Tanam Cabai (Gertam) di selurun Indonesia yang dilakukan Kementerian Pertanian.
"Alhamdulillah setelah selama ini melakukan Gertam yang dipelopori perempuan Indonesia, sekarang harga cabai sudah turun," katanya.
Ia menyebutkan, ratusan ribu bibit cabai telah disebarkan ke sejumlah wilayah di Indonesia gratis kepada rumah tangga yang di pelopori organisai perempuan seperti PKK, Kowani, Bhayangkara, Kartika Chandrakirana, dan juga Muslimat NU.
"Target kita mendistribusikan 10 juta bibit cabai gratis yang akan terus disalurkan, saat ini sudah ada ratusan ribu yang tersalurkan," katanya.
Dengan masifnya gerakan tanam cabai ini, lanjut Amran, pihaknya mewaspadai meluncurnya harga cabai secara mendadak, karena umur cabai yang tidak terlalu lama hanya tiga bulan, jangan sampai terjadi gejolak kembali. Karena jika harga turun petani tidak mau menanam cabai. Dan harga kembali naik bila pasokan cabai berkurang.
"Tiga bulan lalu kita sudah bergerak antisipasi kenaikan harga, kini kita upayakan harga cabai jangan merosot terus," katanya.
Kementerian Pertanian menggandeng Muslimat NU untuk mendukung program swasembada pangan, serta meningkatkan produktivitas pertanian dengan memberikan pendampingan kepada petani agar dapat menaikkan kualitas hidupnya secara lebih sejahtera.
Kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Muslimat NU ditadai pula dengan penyerahan bantuan berupa 38 traktor tangan, Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB), dan bibit cabai kepada masing-masing Pimpinan Wilayah Muslimat NU.
Amran mengakui, jika 120 juta perempuan Indonesia menanam cabai dan memelihara ayam yang hasilnya Rp2 juta per hari, itu bisa menghasilkan Rp120 triliun setiap bulannya, sedangkan jika satu tahun bisa Rp1000 triliun.
"Luar biasa dahsyatnya dan saya yakin akan terjadi swasembada terbaik atas kontribusi besar ibu-ibu Muslimat NU," katanya.
Amran menambahkan, jika swasembada pangan muncul dari peran tangguh para ibu. Sebab itu, jika lahir pemimpin yang tangguh, hal itu pasti lahir dari peran ibu-ibu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017