Anggota Komisi IX DPR RI, Putih Sari, mengajak masyarakat Kabupaten Karawang, Jawa Barat, untuk ikut terlibat menurunkan kasus stunting dengan melakukan perencanaan kehidupan berkeluarga.

"Stunting itu ada. Jadi kita harus memahami apa itu stunting. Sebab jika kita memahami, maka akan mudah melakukan pencegahan," kata Putih Sari pada kegiatan program komunikasi, informasi, dan edukasi terkait percepatan penurunan stunting di Kelurahan Adiarsa Barat, Kecamatan Karawang Barat, Kamis.

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Selain itu stunting juga bisa menghambat perkembangan otak pada anak.

Baca juga: Wabup Karawang ajak pejabat pemkab beri donasi untuk penanganan stunting

Ia mengatakan saat ini pemerintah sedang menggencarkan upaya penurunan kasus stunting. Berbagai program telah digulirkan agar di Indonesia, termasuk Karawang, agar kasus stunting menurun dan pada akhirnya zero atau nol.

"Zero stunting itu bukan hal yang mustahil, asalkan masyarakat ikut berperan menekan kasus stunting," katanya.

Menurut dia, stunting bisa dicegah dengan perencanaan yang matang sejak persiapan pernikahan. Artinya, bagi masyarakat yang akan menikah hendaknya melakukan perencanaan.

Ia mengatakan setiap calon pengantin harus sehat, khususnya calon ibu yang akan mengandung harus dipastikan nutrisi dan gizinya sebelum proses kehamilan.

Pada kesempatan itu Putih Sari juga mengingatkan agar masyarakat menghindari kawin di bawah umur, karena sesuai anjuran BKKBN menikah itu harus di usia yang ideal, yakni 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.

Baca juga: Legislator: Stunting bisa menjadi ancaman bagi Indonesia

Dengan begitu, kata dia, secara mental, fisik, dan finansial, dipastikan sudah lebih baik. Kemudian saat punya anak nanti, tidak akan lahir anak stunting baru.

Sementara bagi yang sudah menikah, kata dia, diharapkan bisa melakukan perencanaan di keluarga, sehingga sang anak bisa mendapatkan gizi yang cukup.

Ketua Tim Kerja Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Program BKKBN Jawa Barat, Angela Sri Melani, menyampaikan bahwa di kota-kota besar seperti Karawang, stunting terjadi tidak hanya karena faktor kekurangan gizi, ada faktor lain yang menyebabkan stunting.

Faktor lain ini ialah kesalahan pola asuh, kurangnya perhatian, dan jarang mendapatkan stimulasi dari orang tuanya.

Baca juga: Pemkab Karawang gulirkan program Desa Bebas Stunting

Atas hal tersebut, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) perlu dilakukan, katanya.

Penyiapan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja menjadi hal penting, kata dia, selain memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik atau gizi dan mental ibu serta bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia dua tahun.

Jadi stunting dapat dicegah dari sejak remaja dengan mempersiapkan dan merencanakan masa depan dan kehidupan berkeluarga.

Melani selanjutnya mengajak agar masyarakat ikut memahami stunting, agar dapat mengetahui penyebabnya serta mengetahui upaya pencegahannya.

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023