Sukabumi, (Antara Megapolitan) - Hasil pemetaan Dinas Pengelolaan Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menunjukkan sebanyak 35 dari 47 kecamatan di daerah ini rawan pergerakan tanah.
"Sebanyak 35 kecamatan atau 75 persen dari seluruh kecamatan di Kabupaten Sukabumi masih dalam kategori rawan pergerakan tanah baik skala tinggi, menengah maupun rendah. Apalagi saat musim penghujan ini bisa saja terjadi peningkatan skala kerawanan," kata Kepala Bidang Air Tanah dan Geologi Lingkungan Dinas Pengelolaan ESDM Kabupaten Sukabumi, Agus Permana, di Sukabumi, Sabtu.
Menurutnya, dari hasil pemetaan yang dilakukan melalui satelit Google, ternyata cukup banyak permukiman yang berada di lokasi rawan pergerakan tanah, bahkan permukimannya tersebut cukup padat dihuni warga.
Hasil pemetaan itu sudah disampaikan ke seluruh kecamatan melalui surat edaran, agar kecamatan bersangkutan dapat bersiaga dalam melakukan antisipasi maupun penanggulangan bencana.
Pihaknya juga akan langsung ke lokasi-lokasi rawan pergerakan tanah agar data bisa lebih akurat.
Hasil pemetaan tersebut juga akan disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun Badan Geologi Jabar untuk melakukan langkah berikutnya, dengan tujuan meminimalkan terjadi bencana dan dampak buruknya.
"Kami juga akan bersama-sama melakukan sosialisasi khususnya kepada masyarakat yang tinggal di kawasan berbahaya, seperti di lokasi bertebing dengan kemiringan yang sangat curam," ujar dia pula.
Agus menjelaskan, dalam sosialisasi tersebut pihaknya lebih menekankan agar masyarakat bisa mendeteksi dini gejala bencana dan tidak panik jika terjadi bencana.
"Harus diakui, selama musim penghujan wilayah Kabupaten Sukabumi kerap terjadi bencana longsor yang tidak sedikit menyebabkan jatuh korban jiwa," kata dia lagi.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kabupaten Sukabumi, Irwan Fajar mengatakan potensi terjadi bencana pergerakan tanah relatif tinggi saat musim penghujan ini, bahkan sudah terjadi beberapa kasus longsor tetapi masih dalam intensitas atau berskala sedang dan kecil.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Sebanyak 35 kecamatan atau 75 persen dari seluruh kecamatan di Kabupaten Sukabumi masih dalam kategori rawan pergerakan tanah baik skala tinggi, menengah maupun rendah. Apalagi saat musim penghujan ini bisa saja terjadi peningkatan skala kerawanan," kata Kepala Bidang Air Tanah dan Geologi Lingkungan Dinas Pengelolaan ESDM Kabupaten Sukabumi, Agus Permana, di Sukabumi, Sabtu.
Menurutnya, dari hasil pemetaan yang dilakukan melalui satelit Google, ternyata cukup banyak permukiman yang berada di lokasi rawan pergerakan tanah, bahkan permukimannya tersebut cukup padat dihuni warga.
Hasil pemetaan itu sudah disampaikan ke seluruh kecamatan melalui surat edaran, agar kecamatan bersangkutan dapat bersiaga dalam melakukan antisipasi maupun penanggulangan bencana.
Pihaknya juga akan langsung ke lokasi-lokasi rawan pergerakan tanah agar data bisa lebih akurat.
Hasil pemetaan tersebut juga akan disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun Badan Geologi Jabar untuk melakukan langkah berikutnya, dengan tujuan meminimalkan terjadi bencana dan dampak buruknya.
"Kami juga akan bersama-sama melakukan sosialisasi khususnya kepada masyarakat yang tinggal di kawasan berbahaya, seperti di lokasi bertebing dengan kemiringan yang sangat curam," ujar dia pula.
Agus menjelaskan, dalam sosialisasi tersebut pihaknya lebih menekankan agar masyarakat bisa mendeteksi dini gejala bencana dan tidak panik jika terjadi bencana.
"Harus diakui, selama musim penghujan wilayah Kabupaten Sukabumi kerap terjadi bencana longsor yang tidak sedikit menyebabkan jatuh korban jiwa," kata dia lagi.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kabupaten Sukabumi, Irwan Fajar mengatakan potensi terjadi bencana pergerakan tanah relatif tinggi saat musim penghujan ini, bahkan sudah terjadi beberapa kasus longsor tetapi masih dalam intensitas atau berskala sedang dan kecil.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015