Bogor, 16/2 (ANTARA) - Penelitian yang dijadikan disertasi mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Ir Ifan Haryanto, MSc menemukan kesimpulan bahwa teori "trickle down effect" (efek menetes ke bawah) di Jawa Barat tidak optimal.
"Teori 'trickle down effect' tidak bekerja dengan baik di Jawa Barat," kata promovendus pada sidang terbuka disertasi bertema "Dampak Investasi Infrastruktur Transportasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Distribusi Pendapatan Masyarakat di Provinsi Jawa Barat" di kampus IPB Darmaga, Kabupaten Bogor, Rabu (15/2).
Dalam ujian dengan komisi pembimbing Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec, Prof Dr Ir WH Limbong, MS, dan Muhammad Firdaus, MS.i, Ph.D, serta penguji luar komisi Dr Ir Arief Daryanto, M.Ec, Dr Ardi Adji serta dr Sri Hartoyo itu, promovendus mengurai tentang risetnya itu,
Menurut Ifan Haryanto, berdasarkan sisi ketenagakerjaan, investasi infratruktur transportasi sebesar Rp20,95 triliun di Jabar mampu menyerap tenaga kerja sebesar 17.942 orang, di mana tingkat penyerapannya terbesar berada pada sektor tanaman pangan dengan penambahan tenaga kerja sebanyak 4.549 orang (25,35 persen).
Sedangkan dari sisi implikasi kebijakan, kata dia, hasil studinya mendapatkan temuan yang disebutnya "menarik".
"Yakni, investasi infrastruktur transportasi, berdasarkan temuan studi mampu meningkatkan pendapatan seluruh golongan rumah tangga, namun di saat sama juga membuat kesenjangan antargolongan rumah
tangga semakin lebar," katanya dalam ujian yang juga dihadiri Rais Syuriah PBNU KH Masdar F. Mas'udi dan beberapa intelektual muda dari Keluarga Mahasiswa NU (KMNU) IPB.
Ifan Haryanto sendiri tercatat sebagai salah satu pelopor Pengurus Cabang Istimewa NU (PCI NU) di Eropa, di mana ia pernah mengemban amanah sebagai sekretaris tanfidziyah PCI-NU di Inggris.
Menurut dia, berdasarkan hasil analisa nilai manfaat atau pengganda terbesar akibat suntikan investasi infrastruktur transportasi di Jabar, diperoleh oleh kelompok masyarakat golongan atas, baik yang berada di kota maupun desa.
"Sebaliknya, rumah tangga golongan bawah memperoleh manfaat atau nilai pengganda yang terkecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa teori 'trickle down effect' di Jabar tidak bekerja baik," katanya
menegaskan.
Atasi kesenjangan
Sebagai implikasi dari kebijakan untuk mengatasi kemungkinan kesenjangan yang terjadi akibat adanya investasi infrastruktur transportasi ini, kata dia, pemerintah perlu "menginjeksi" sektor-sektor yang lebih menguntungkan rumah tangga golongan bawah.
"Agar kesenjangan antara rumah tangga golongan atas dan bawah berkurang," katanya.
Menurut dia, berdasarkan temuan studi, intervensi kebijakan melalui neraca eksogen tidak mampu mempersempit kesenjangan rumah tangga menurut pendapatannya.
Karena itu, kata dia, strategi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi kesenjangan ini, antara lain dapat dilakukan dengan merancang kebijakan yang mampu meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia dan mengubah struktur kepemilikan faktor produksi.
Salah satu kebijakan yang dapat ditempuh, katanya, antara lain dengan meningkatkan pelayanan atas biaya kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat golongan bawah.
Kebijakan lain yang mungkin dilakukan, kata dia, adalah mendorong tumbuhnya usaha kecil menengah (UKM), serta mendukung program pemberdayaan masyarakat golongan bawah.
Usai memaparkan penelitian untuk disertasinya itu, tim penguji menyatakan bahwa Ifan Haryanto dinyatakan lulus dan menjadi doktor baru di lingkungan IPB.