Bekasi (Antaranews Megapolitan) - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menyambangi Rumah Panggung Aki Tjamin Kranggan Wetan RT003 RW010 Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, yang dihuni oleh masyarakat penganut aliran kepercayaan.
"Maksud kedatangan saya ini sebagai agenda silaturahmi mewakili unsur pemerintah daerah. Sekaligus menyarap aspirasi dan harapan mereka terhadap Kota Bekasi ke depan," katanya di Bekasi, Minggu.
Menurut dia, penganut aliran kepercayaan sudah diakui pemerintah karena merujuk pada aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 77 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Lembaga Adat.
Atas pengakuan itu pula, kata dia, seorang kepala daerah memiliki kewajiban untuk berdiri di atas semua golongan masyarakatnya, tidak terkecuali penganut aliran kepercayaan di kawasan itu.
Pihaknya mencatat, hingga 2016 jumlah warga Kota Bekasi yang menganut aliran kepercayaan tersebut berjumlah sekitar 1.500 warga yang mayoritasnya tersebar di Kecamatan Jatisampurna.
"Kalau memimpin hanya untuk golongannya saja, jangan jadi pemimpin. Karena masih ada umat lain, suku lain, keyakinan lain. Keyakinan itu disahkan menurut peraturan perundang-undangan, itu namanya negara dan penyelenggara negara harus taat terhadap aturan supaya rakyatnya juga harus taat pada aturan," ujarnya.
Dikatakan Rahmat, misi utama dari kehadirannya di tengah masyarakat Kranggan Wetan adalah untuk memperkuat semangat toleransi berkeyakinan di tengah masyarakat yang heterogen di Kota Bekasi.
"Menurut saya, pemerintah harus memperhatikan hal ini. Tidak pada posisi mendiskriminasi satu dengan yang lain," katanya.
Agenda silaturahmi yang diinisiasi oleh Badan Kekeluargaan Kademangan Jatisampurna dan Paguyuban Nempo Temen Kranggan Wetan diisi dengan tanya jawab seputar persoalan sosial di kawasan itu.
"Pengahayat juga membutuhkan tempat, kalau persoalan ibadahnya saya tidak masuk pada rahan itu, tetapi untuk diskusi sama seperti muslim yang datang ke masjid melakukan ibadah, berdiskusi tentang Islam yang rammatan lil alamin, Islam yang sejuk, Islam yang bertoleran," katanya.
Rahmat mengusulkan pendirian pasewakan sebagai sentral beribadah para penganut aliran kepercayaan agar kepentingan mereka dalam beirbadah tidak terpencar.
"Maka berikan tempat dan bangun sehingga tidak berpencar ke sana ke sini. Jadi betul-betul ada perhatian dari pemerintah," katanya.
Hadir pada acara silahturahmi yang digelar pada Jumat (2/2) malam Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi Edi, Anggota DPRD Kota Bekasi sekaligus Pinisepuh Masyarakat Kranggan Amin Imanudin, Asisten Pembangun Kariman, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ahmad Zarkasih, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Junarsih, Sekretaris Camat Jatisampurna Syahroni, Lurah Jatirangga Namar, unsur Muspika dan tokoh masyarakat Se-Kecamatan Jatisampurna.
Perwakilan Penghayat Terhadap Tuhan YME Aliran Kebatinan Perjalanan, Arsad Sutarya, mengatakan aliran kebatinan perjalanan mempunyai tiga tempat pasewakan yaitu di Gang Ilih Jatisampurna, Jalan Fathul Iman Jatiasih dan di Dekat Kelurahan Mustikasari Kecamatan Mustika Jaya.
"Secara nasional kita difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Budaya di Sasana Adhirasa Taman Mini Indonesia Indah. Setiap Selasa Kliwon Seluruh Penghayat yang ada di Indonesia mengadakan pertemuan," ujarnya.
"Kita setiap tahun di Tahun Baru Saka kita selalu mengadakan Suraan di setiap Pasewakan," katanya.
Sementara itu, Pinisepuh Masyarakat Kranggan Amin Imanudin mengungkapkan keinginannya agar Kranggan dijadikan sebagai Kampung Kebudayaan sebagai miniatur toleransi di Indonesia.
"Di sinilah letak budayaan, bagaimana yang namanya sedekah bumi berupa sesaji cau raja, cau emas, duwekannya mempunyai makna yang luar biasa terhadap alam dan pengakuan terhadap Tuhan YME," ujarnya.
(Advetorial Humas Pemkot Bekasi).