Mataram (ANTARA) - Asosiasi Manajer Umum Hotel Indonesia (IHGMA) Nusa Tenggara Barat menyebutkan kebijakan pemangkasan anggaran kementerian dan lembaga mempengaruhi okupansi hotel di daerah itu.
Ketua IHGMA Nusa Tenggara Barat Lalu Kusnawan mengatakan kunjungan tamu yang sepi berpotensi mempengaruhi pendapatan asli daerah.
"Sektor pariwisata NTB bisa terkena dampak serius. Selain penurunan pendapatan asli daerah, kami khawatir perputaran ekonomi yang terhambat menyebabkan terjadinya utang yang tidak terbayar di bank," ujar Kusnawan di Mataram, Senin.
Ia mengungkapkan bila kebijakan efisiensi itu terus berlanjut maka perhotelan yang menggantungkan hidup dari agenda MICE yang berkaitan dengan pertemuan, konferensi, atau pameran dapat kesulitan dalam menjaga tingkat okupansi.
Hal itu mengurangi perputaran ekonomi daerah. Bahkan, dampak lebih buruk menyebabkan pemutusan hubungan kerja untuk menyesuaikan dengan penurunan pendapatan.
Kebijakan pemangkasan anggaran tidak hanya berdampak langsung pada hotel, tetapi juga pada pihak ketiga yang terlibat dalam mendukung kegiatan di hotel, seperti vendor dan penyedia layanan lainnya.
Ketua Bidang Hukum, HAM, Advokasi dan Perizinan IHGMA NTB Mukharom mengungkapkan bahwa pasar MICE sangat penting bagi hotel-hotel di Kota Mataram.
Pada 2023, pasar MICE memberikan kontribusi sekitar 37 persen terhadap pendapatan hotel dan meningkat hampir mencapai 50 persen pada 2024.
Baca juga: Camping vs hotel kawasan sirkuit Mandalika, sensasi & budget
Baca juga: Pemprov NTB luncurkan 58 kalender kegiatan pariwisata selama 2025 di kawasan wisata Senggigi
