Denpasar (ANTARA) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat punya target-target prioritas untuk mewudukan ketahanan pangan di Indonesia.
Selain membuka lahan-lahan kosong dan terlantar menjadi lahan pertanian pangan, matra ini juga sibuk menemukan sumber mata air buat kebutuhan dalam sistem pertanian tersebut. Sejauh ini sudah ada sekitar 51 ribu hektare lahan di berbagai wilayah yang dirawat TNI AD menjadi lahan bagi ketahanan pangan, dan akan bertambah terus. TNI AD juga menargetkan membangun 1.600 titik air tahun ini, sehingga bisa mencapai 5.000 titik air, dari yang sudah didapat hingga kini sebanyak 3.400 titik air di berbagai daerah.
Baca juga: KSAD sebut TNI AD kini telah bangun 3.300 titik air bersih di seluruh Indonesia
Sementara banyak personelnya banyak yang lebih piawai dari petani kebanyakan, karena mereka mendapatkan pengajaran yang sistematis untuk mengolah pertanian, dari perencanaan hingga evaluasi hasil.
Begitulah wajah TNI AD saat ini yang selalu manunggal bersama rakyat dan senantiasa menjadi penggerak di tengah masyarakat untuk memberikan solusi terbaik bagi tantangan bangsa ke depan.
Di bawah kepemimpinan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, tampaknya dengan pembinaan teritorial yang ada saat ini, memprioritaskan penyiapan dalam membangun ketahanan pangan yang baik bagi masyarakat untuk tantangan pada masa mendatang.
Soal pembinaan teritorial, Maruli Simanjuntak, saat membreikan pengarahan kepada lebih dari 600 prajurit di Lapangan Makorem Wira Satya Denpasar, Bali, Sabtu 8 Februari 2025, misalnya, menekankan pentingnya pembinaan teritorial TNI AD untuk menyukseskan beberapa program strategis seperti ketahanan pangan nasional.
"Kita sudah banyak kerja sama tentang pengairan persawahan. Kita sendiri sudah membuat sekitar 51.000 hektar," kata Maruli saat memberikan pengarahan
Kepada prajurit, Maruli membeberkan beberapa program besar yang dilakukan TNI AD seperti TNI Manunggal Air untuk akses air bersih, ketahanan pangan untuk kemandirian pangan, serta bersatu dengan alam dalam upaya pelestarian lingkungan.
Selain mengawal program tersebut, Jenderal Maruli dalam arahannya menekankan pentingnya konsistensi dalam pengabdian kepada bangsa serta mengapresiasi dedikasi prajurit Kodam IX/Udayana.
Dia mengingatkan agar para prajurit selalu berbuat yang terbaik serta menghindari sikap sawang sinawang yang hanya membandingkan kehidupan dengan orang lain.
Fokus utama seorang prajurit adalah menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan membina keluarga dengan baik.
KSAD berharap seluruh prajurit tetap menjunjung tinggi kehormatan TNI dan mendidik anak-anak mereka dengan baik sebagai bekal masa depan.
Baca juga: TNI AD dan ketahanan pangan
Peningkatan Korem dan Batalyon
TNI Angkatan Darat juga melakukan reorganisasi dengan menaikkan status lima Komando Resor Militer (Korem) yang ada di sejumlah wilayah menjadi Komando Daerah Militer (Kodam), untuk kepentingan program ketahanan pangan.
Lima korem yang ditingkatkan statusnya menjadi Kodam pada tahun ini akan berlokasi di Papua Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Riau dengan Kepri, serta Lampung dengan Bengkulu yang akan menjadi satu Kodam.
Korem yang ditingkatkan menjadi Kodam akan mendapatkan penambahan kekuatan militer seperti jumlah pasukan, fasilitas militer hingga peralatan tempur layaknya Kodam lain.
Personel tambahan yang ditempatkan di Kodam tidak hanya fokus menjaga teritorial wilayah melainkan menjalankan program ketahanan pangan seperti pemanfaatan lahan tidur jadi perkebunan, cetak sawah hingga penambahan titik air.
Setiap Kodam juga dipastikan akan dilengkapi dengan fasilitas tambahan yang menunjang aktivitas pertanian. "Kodam-kodam itu juga untuk mendukung program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana.
Di saat yang sama, TNI AD juga tengah membentuk 100 Batalyon Teritorial Pembangunan yang tugas utamanya juga selaras dengan lima Kodam baru tersebut yakni penguatan ketahanan pangan di daerah. Nantinya dalam satu Batalyon Teritorial Pembangunan itu terdapat beberapa kompi yang khusus untuk mengurusi ketahanan pangan. Contohnya ada kompi produksi, kompi pertanian, kompi peternakan, sehingga nanti batalyon baru ini selain memiliki fungsi tetap fungsi dasarnya sebagai satuan infanteri, tetapi juga punya fungsi khusus dalam mendukung pencapaian program pemerintah mengatasi masyarakat.
Instruksi Panglima Tertinggi
Presiden Prabowo Subianto selaku Panglima Tertinggi juga telah menginstruksikan dan memberikan pengarahan kepada jajaran TNI Angkatan Darat untuk fokus mengenai masalah pangan ini.
Baca juga: Presiden Prabowo minta TNI AD fokus urus ketahanan pangan perkuat lumbung pangan daerah
Sebagaimana pengarahan melalui konferensi video saat Rapat Pimpinan TNI Angkatan Darat di Balai Kartini, Jakarta, pada Senin (3/2), Presiden Prabowo menekankan kembali soal pangan ini. "Tadi di sela-sela rapim, sempat ada pengarahan dari Presiden juga, bahwa Presiden sangat fokus tentang masalah pangan ini," kata Maruli Simanjuntak kepada wartawan usai menggelar rapim.
Perintah dari presiden tersebut langsung dilaksanakan oleh Maruli dengan melanjutkan berbagai program ketahanan pangan, seperti mengubah lahan tidur di seluruh Indonesia menjadi area perkebunan dan lumbung pangan.
Rapim TNI AD tahun ini membahas berbagai kebijakan strategis yang selaras dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, serta Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto. Salah satu isu utama yang menjadi sorotan dalam rapat tersebut adalah ketahanan pangan nasional, di mana TNI AD berperan aktif dalam mengelola lahan tidur guna meningkatkan produksi pangan.
Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menegaskan bahwa TNI AD, khususnya di tingkat Komando Daerah Militer (Kodam), akan memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif yang tersebar di berbagai wilayah untuk mendukung ketahanan pangan nasional. TNI AD akan memaksimalkan lahan-lahan tidur yang ada, baik milik PTPN, kehutanan, maupun yang lainnya. Namun, di beberapa daerah masih diperlukan proses lebih lanjut, terutama terkait pengairan.
Jenderal Maruli menjelaskan bahwa TNI AD telah menginisiasi berbagai program, termasuk pemasangan pipanisasi dan penggunaan pompa hidram untuk mendukung sistem irigasi. “Saat ini, kami telah berhasil mengairi sekitar 50 ribu hektare lahan melalui teknologi pompa hidram dan pipanisasi,” katanya. Selain itu, program pengelolaan lahan tidur ini juga akan melibatkan kerja sama dengan PTPN dan masyarakat setempat. Beberapa daerah yang telah menjadi pilot project antara lain Cibenda, Ciemas, Purwakarta, Cianjur, dan Baturaja. Di beberapa lokasi lain, TNI AD juga menggandeng Pupuk Indonesia untuk membuka kebun produktif.
Dalam Rapim ini, Presiden Prabowo Subianto turut memberikan arahan khusus mengenai pengelolaan hasil pertanian. Presiden menekankan pentingnya sistem distribusi yang memastikan hasil panen dapat diserap oleh Bulog dengan harga yang menguntungkan bagi petani maupun pengusaha. Dengan adanya kebijakan strategis ini, TNI AD diharapkan dapat berkontribusi lebih besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah.
TNI AD memiliki banyak kelebihan seperti personel yang banyak, armada yang layak untuk menempuh jarak jauh, hingga pengetahuan personel yang cukup baik dalam bercocok tanam.
Kebun sayur
Antara berkesempatan menengok salah satu lokasi yang dijadikan TNI AD sebagai kebun penghasil sayur dan buah buahan, awal Februari. Lahan tersebut berada di Desa Gununghejo, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, atau sekitar dua kilometer dari kantor Koramil 1903 Darangdan.
Saat perjalanan tiba di tepi jalan pintu masuk ke lahan yang digarap tentara itu, terlihat kondisi jalan yang penuh dengan tanah liat akibat hujan. Jalan di sana masih berupa tanah merah yang lunak ketika diinjak. Jalur berlumpur itu menghiasi perjalanan yang berjarak sekitar 100 meter menuju lahan ketahanan pangan. Setelah melewati kebun jagung dan jalur yang menanjak, barulah terlihat lahan yang dimaksud.
Lahan tersebut berada tepat di bukit yang menghadap ke lembah pegunungan dengan pemandangan kota di tengahnya. Terlihat ada lahan-lahan yang sudah disekat rapi dan ditutupi oleh plastik berwarna putih. Plastik tersebut memiliki lubang berdiameter sekitar 2 cm untuk ditanami bibit.
Beberapa petani lokal terlihat hilir mudik di tengah lahan dengan kaki telanjang yang berotot dan berlumuran tanah liat. Tidak hanya warga, terdapat pula anggota TNI sibuk memasukkan bibit cabai ke lahan yang sudah tertutup plastik itu.
Baca juga: TNI AD tanam puluhan ribu pohon di lahan kritis milik PTPN wilayah Purwakarta
Kondisi lahan tani pun terbagi dalam beberapa bagian. Layaknya tangga, lahan ada yang di bagian atas, tengah, dan bawah bukit. Total lahan yang akan digunakan TNI AD dan masyarakat itu seluas 200 hektare.
Danramil 1903 Darangdan Lettu Unang Sunaria mengatakan lahan tersebut awalnya milik PTPN. Setelah tidak diolah kembali sejak 2018, lahan yang semula kebun karet tersebut akhirnya diolah oleh TNI AD untuk kebutuhan pangan. Sejak Desember 2024, lahan tidur tersebut mulai digarap untuk dijadikan kawasan lahan pertanian dan kehutanan.
Sejak saat itu pula TNI menggandeng 302 petani setempat untuk mengelola lahan tersebut. Para petani juga mendapatkan pelatihan dari anggota TNI tentang tata cara bertani yang baik dan efektif. Alhasil, lahan gersang perkebunan karet tersebut akhirnya berubah menjadi kebun sayur dan buah-buahan seperti saat ini.
Tidak hanya lahan pertanian, perkebunan ini juga dilengkapi dengan delapan embung yang berfungsi untuk menampung air.
Setiap embung berukuran 12 m kali 15 m dan mempunyai kedalaman 4 m. Embung tersebut berfungsi untuk menampung air dan mengalirkannya ke seluruh lahan pertanian.
Di kebun tersebut, TNI menanam beberapa buah-buahan seperti alpukat, lengkeng, mangga, durian, manggis, petai, dan sawo. Sedangkan untuk sayuran ada cabai, tomat, ceri, bawang merah.
Menurut Unang, untuk sayuran diperkirakan akan panen satu tahun sekali sedangkan buah-buahan akan panen dua atau tiga tahun sekali.
Maruli menyadari program ini harus berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Karenanya, pelibatan rakyat setempat dalam mengelola hasil tani menjadi syarat utama baginya.
TNI AD pun dalam proses pengembangan lahan selalu mendampingi para petani untuk mengelola perkebunan tersebut.
Baca juga: Cara TNI AD perkuat ketahanan pangan selama 2024
Untuk memaksimalkan potensi para petani dalam mengelola lahan, Maruli akhirnya menggandeng pihak jala pendamping pertanian yakni Elevarm
Direktur Utama Elevarm Bayu Syerli mengatakan pihaknya hadir bukan hanya sebagai pendamping tapi juga memberikan fasilitas yang terbaik bagi para petani seperti pupuk, bibit dan pelatihan tata cara bertani yang baik.
Selama mendampingi pengelolaan lahan ini, Bayu melihat sudah banyak manfaat yang dirasakan warga sekitar. Salah satunya yakni terbukanya lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
Setidaknya ada 302 petani yang terlibat dalam pengelolaan lahan itu. Belum lagi jika hasil panen mulai terlihat. Sudah pasti warga setempat butuh tambahan orang untuk mengelola gudang, stok pangan, pengemasan, hingga pendistribusian.
Elevarm juga berperan untuk memastikan hasil tani berkualitas. Dengan pemilihan pestisida, lahan, bibit, dan metode penanaman yang tepat, diharapkan dapat menghasilkan hasil yang dapat bersaing di pasar nasional dan internasional.
Yang paling terpenting, kata Bayu, bahan pangan tersebut dapat mendukung program makan bergizi gratis yang sedang digulirkan pemerintah.
Baca juga: KSAD nilai tugas bantu program swasembada pangan tidak pengaruhi kesiapan tempur TNI AD
Tidak hanya saat proses pengolahan hasil tani, Bayu menjelaskan pihaknya juga berperan dalam mendampingi petani dalam mencari permodalan usaha dan penyaluran ke tengkulak dengan harga yang layak.
Hal tersebut dilakukan agar para petani tidak merasa tertipu dengan oknum tengkulak yang sengaja mengatur harga sehingga tidak menguntungkan petani.
Petani bersyukur
Ketua Pokja Tani Asep D'ai mengaku bersyukur akan kehadiran program yang diprakarsasi TNI AD di daerahnya. Menurut Asep warga setempat jadi paham metode pertanian yang baik dan benar.
"Alhamdulillah yg diarahkan oleh pak Jenderal Maruli sangat dimengerti oleh masyarakat dan itu yang didambakan selama bertahun-tahun. Kami butuh pembimbing dalam hal bagaimana tanaman ini tertata rapi," kata Asep.
Asep mengaku sebelumnya dia dan seluruh warga hanya menggunakan metode bertani yang sudah usang dan tidak efektif. Selama itu pula, dia dan seluruh warga akhirnya mendapatkan hasil tani yang tidak maksimal.
Kini, pihaknya mendapatkan banyak pelajaran dari mulai tata cara bercocok tanam, pemilihan bibit, pemasaran hingga pencarian modal usaha.
Bagi dirinya, mendapatkan ilmu bertani dan memperoleh hasil tani dari lahan sendiri sudahlah cukup. Dia berharap pemerintah tidak akan berhenti memberikan bantuan kepada petani dalam mengelola lahan-lahan tidur yang ada di wilayah.
Baca juga: KSAD siap terjunkan prajurit TNI AD untuk bantu Kementan capai swasembada pangan
Baca juga: KSAD nilai Kota Banjarbaru dan Sukabumi jadi percontohan lahan ketahanan pangan
Baca juga: Program Ketahanan Pangan TNI AD di Sukabumi jadi proyek percontohan nasional