Mamuju (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) segera melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mencegah terulangnya paus terdampar di wilayah perairan di daerah ini.
"Penemuan ikan paus yang terdampar di wilayah perairan Mamuju kemarin (Jumat, 31/1)), harus menjadi perhatian agar ke depan tidak terjadi lagi," kata Kepala DKP Sulbar Suyuti, di Mamuju, Sabtu.
Kasus paus terdampar di perairan Pulau Karampuang tersebut, kata Suyuti, menjadi pengingat bahwa ekosistem laut semakin rentan terhadap berbagai gangguan, baik dari faktor alam maupun aktivitas manusia.
Menurut Suyuti, diperlukan langkah-langkah mitigasi, seperti peningkatan pemantauan jalur migrasi paus melalui teknologi satelit dan patroli laut.
Baca juga: BKKPN cek kebenaran terkait 50 ekor paus terdampar dan mati di Alor NTT
Kemudian, pengurangan kebisingan laut dengan mengatur aktivitas sonar dan eksplorasi bawah laut dan kampanye pengurangan sampah plastik di laut untuk mencegah pencemaran yang membahayakan mamalia laut, serta pendidikan masyarakat pesisir agar lebih siap menghadapi kejadian paus terdampar dan memahami cara penanganan yang sesuai.
Ia berharap, dengan adanya kesadaran dan upaya konservasi yang lebih serius, kejadian serupa dapat diminimalkan di masa depan.
"Paus, sebagai salah satu indikator kesehatan ekosistem laut harus dilindungi agar keseimbangan alam tetap terjaga," kata Suyuti.
Nuralim, petugas dari BPSPL Makassar menyampaikan, paus terdampar yang ditemukan di perairan Mamuju itu belum bisa diidentifikasi secara pasti.
"Jenis paus ini belum dapat diidentifikasi secara pasti," kata Nuralim.
Baca juga: Warga dan nelayan selamatkan paus hidung botol terdampar di Pantai Citepus Sukabumi
Namun, berdasarkan ukuran dan ciri fisiknya, kata Nuralim, dugaan sementara menunjukkan bahwa paus tersebut kemungkinan besar adalah paus sperma (Physeter macrocephalus).
"Paus sperma merupakan spesies yang umum bermigrasi di perairan Indonesia, terutama di perairan dalam sekitar Sulawesi dan perairan Samudra Hindia," ujar Nuralim.
Kepala Satuan Polair Polresta Mamuju Iptu Zulkifli mengatakan, ikan paus terdampar dan akhirnya ditemukan dalam keadaan mati itu mengalami luka robek di sekujur tubuh, mulai dari kepala hingga ekor.
"Penyebab pasti luka tersebut masih belum diketahui," kata Zulkifli.
Bangkai paus itu, kata Zulkifli, akhirnya dievakuasi ke sekitar 15 mil dari bibir pantai ke laut lepas untuk menghindari dampak lingkungan yang tidak diinginkan.
"Sebenarnya tim berencana mengubur paus tersebut di pantai Pulau Karampuang, namun di sepanjang pantai dipenuhi batu karang sehingga sulit untuk digali," katanya pula.
Baca juga: Tiga ekor paus mati di wilayah Bali diduga karena sakit
Sebelumnya, pada Jumat (31/1), seekor paus berukuran sekitar enam meter, ditemukan terdampar di pantai bagian barat Pulau Karampuang, Kabupaten Mamuju.
Saat pertama kali ditemukan, mamalia laut itu masih dalam kondisi hidup, tetapi mengalami luka-luka akibat terdampar di perairan yang dangkal dan berbatu.
Upaya penyelamatan pun dilakukan, namun paus akhirnya tidak dapat bertahan dan akhirnya mati.
Setelah paus dipastikan tidak dapat diselamatkan, warga bersama pihak berwenang, termasuk Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar berinisiatif menangani bangkai tersebut.