Jakarta (ANTARA) - Final Indonesia Masters 2025 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu 26 Januari 2025, didahului dengan acara perpisahan salah satu ganda putra terkuat legendaris pebulutangkis Indonesia, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan, yang dijuluki The Daddies.
Acara perpisahan mereka diselimuti suasana haru penggemar yang mengisi Istora Senayan Jakarta, Minggu.
“Rasanya senang karena bisa mengakhiri di Istora,” kata Hendra di atas panggung tribute bertajuk Moment of Honor itu.
Tak hanya diisi oleh para penggemar yang menonton langsung, acara perpisahan The Daddies turut dihadiri oleh mantan pelatih mereka seperti Herry Iman Pierngadi dan Hendrawan. Mantan pelatih ganda putra Indonesia Aryono Miranat juga terlihat hadir di antara para penonton. “Melatih Hendra dan Ahsan itu spesial, karena dedikasinya, disiplinnya, di dalam dan luar lapangan luar biasa,” kata Coach Herry, yang baru-baru ini juga mengundurkan diri dari Pelatnas PBSI.
Di tengah acara tersebut, ada juga ucapan-ucapan dari pemain-pemain elite dunia seperti Selena Piek (Belanda), Mathias Christiansen (Denmark), Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia), Liang Wei Keng/Wang Chang, dan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China), hingga Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark). “Kami sangat menghormati ‘The Daddies’ karena mereka mampu mempertahankan level permainan yang tinggi untuk waktu yang sangat lama,” kata Wang Chang.
Setelah menyapa para penggemar dari atas panggung, Hendra/Ahsan kemudian tampil di pertandingan eksibisi melawan mantan ganda putra nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo dan juara dunia 2023 asal Korea Selatan Seo Seung Jae.
Pertandingan terakhir Ahsan/Hendra di Indonesia Masters 2025, dan mereka hanya sampai pada babak penyisihan 16 besar. Mereka dikalahkan oleh pasangan Malaysia Junaidi Arif/Roy King Yap pada Kamis 23 Januari 2025 dua gim langsung, 13-21, 14-21. Kekalahan ini menutup perjalanan panjang The Dadddies yang menjadi ganda putra Indonesia sejak menjalani debut di Denmark Terbuka 2012.
Gantung raket
Ahsan, kelahiran Palembang 7 September 1987, pertama kali mengumumkan gantung raket dari dunia bulu tangkis profesional melalui akun media sosialnya pada Selasa 10 Desember 2024. Pengumuman tersebut hanya berjarak satu pekan dari partnernya, Hendra Setiawan yang lebih dulu mengumumkan gantung raket.
"Bismillah.. Alhamdulillah akhirnya telah sampai juga waktu untuk mengakhiri perjalanan saya di dunia bulu tangkis," ujar Ahsan. "Terimakasih kpd Allah Subhanahuwataala atas rahmatNya saya bisa melangkah sejauh ini. Terimakasih kepada orang tua, istri, dan keluarga saya yg terus mendukung di saat suka maupun duka." Begitu dia menulis di akun media sosialnya. "Terimakasih kepada semua pelatih saya yang sudah sangat berjasa terhadap karier saya, khususnya Koh Herry I.P, Koh Aryono, Koh Thomas, terimakasih banyak untuk para partner saya khususnya Koh Hendra Setiawan, Rian Agung dan Bona Septano yang sudah sama-sana berjuang."
Tak lupa Ahsan, suami dari Christine Novitania dan ayah dari Maritza Chayra Ahsan ini, juga berterima kasih kepada federasi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), juga klub yang menaungi PB Djarum, sponsor, juga seluruh atlet ganda putra. "Dan terimakasih banyak untuk semua fans yang selalu setia mendukung," ujar Ahsan.
Sementara Hendra Setiawan, kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 25 Agustus 1984, kepada wartawan di GOR UNJ Rawamangun Jakarta, Kamis 5 Desember 2024, mengaku sudah memikirkan untuk pensiun sejak Oktober 2024, sebelum dia benar-benar menyampaikan keputusan mengakhiri 20 tahun berkarir sebagai atlet tepok bulu itu beberapa hari lalu.
“Cuma setelah turnamen terakhir (China Masters) saya pikir-pikir tahun ini hasilnya kurang bagus, cuma satu kali final (di Australia Open), jadi itu salah satu yang membuat saya memutuskan untuk berhenti, selain umur juga sudah segini (40 tahun),” kata Hendra, suami dari Sandiani Arief serta ayah dari Richele dan Richard Setiawan ini.
Peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 berpasangan dengan Markis Kido itu, menyatakan sudah merasa cukup dengan perjalanannya sebagai spesialis ganda putra selama hampir tiga dekade.
Mengenai pengalaman yang berkesan selama berkarier bulu tangkis, juara dunia empat kali itu mengatakan Olimpiade Beijing 2008 bersama Markis Kido masih sangat membekas di hatinya.
“Tapi juga dukanya banyak. Saya pun pernah mengalami down, ketika 2012 tidak lolos Olympiade, terus juga 2016 tidak dapat medali di Rio dan waktu itu karena diunggulkan banget. Jadi itu masa-masa sulit saya,” kata Hendra.
“Kalau (gelar) yang belum kesampaian, pertama pasti Piala Sudirman, juga medali Olimpiade sama Ahsan, terakhir di Tokyo itu cuma nomor empat,” katanya lagi.
Prestasi
Hal unik terjadi pada Ahsan dan Hendra. Sebelum mereka dipasangkan, dan menjalani debut perdana pada turnamen Denmark Open tahun 2012, Ahsan berpasangan dengan Bona Septano, sedangkan Hendra berpasangan dengan Markis Kido. Bona merupakan adik Markis.
Duet Ahsan/Hendra meraih gelar juara pertama pada Malaysia Terbuka 2013, mengalahkan pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae dan Ko Sung-hyun 21-15, 21-13 di final.
Tahun 2013 merupakan tahun yang menyala bagi pasangan tersebut, dan untuk pertama kalinya mereka dinobatkan sebagai Juara Dunia (World Championship) di Guangzhou, China pada tahun itu. Kala itu, mereka mengalahkan pasangan Denmark, Mathias Boe
dan Carsten Mogensen, dua set langsung, 21-13 dan 23-21. Tahun 2014, mereka juga meraih medali emas pada Asian Games di Incheon, Korea Selatan, dengan mengalahkan ganda tuan rumah di final.
Tahun 2015, sebagai juara bertahan, Ahsan/Hendra mengulangi kesuksesannya di World Championship di Jakarta, Indonesia, dengan mengalahkan pasangan China di final, Liu Xiaolong danTiongkok Qiu Zihan, dua set langsung, 21-17 dan 21-14.
Pada Kejuaraan Dunia dua tahun kemudian, atau 2017, di Skotlandia, Ahsan tampil di final berpasangan dengan Rian Agus Saputro. Pasangan itu dikalahkan oleh Liu Cheng/Zhang Nan, dengan skor 10-21, 17-21. Ahsan/Rian meraih medali perak.
Setelah Ahsan/Hendra kembali dipasangkan, mereka berhasil merebut juara pada Kejuaraan Dunia tahun 2019 di Swiss dengan mengalahkan pasangan Jepang, Takuro Hoki/Jepang Yugo Kobayashi, melalui pertandingan alot sepanjang tiga set, dengan angka 25-23, 9-21, dan 21-15.
Sementara pada Kejuaraan Dunia di Jepang, dua tahun berikutnya, Ahsan/Hendra meraih medali perak, setelah dalam final dikalahkan oleh pasangan Malaysia, Aaron Chia/Malaysia Soh Wooi Yik, dengan angka 19-21, 14-21.
Selepas gantung raket, Hendra mengatakan ingin berlibur dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain itu, Hendra juga mempertimbangkan membuat bisnis dan membuka lapangan bulu tangkis bersama sponsor di kemudian hari.
"Kalau memungkinkan ke depannya (bisa buat akademi juga). Nanti juga mungkin kalau jadi ada lagi bangun lapangan sama (Mohammad) Ahsan, sama Waroeng Steak. Mudah-mudahan lancar," kata Hendra.
Menjalani masa pensiun, Ahsan mengaku akan menjalani kehidupan normal sebagai kepala keluarga dan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.
"Kami akan kembali ke masyarakat, kembali ke rumah dengan tugas kepala keluarga. Ko Hendra antar anak, saya juga, lebih banyak waktu untuk di rumah," ujar Ahsan.
Terima kasih Ahsan/Hendra, semoga prestasi terbaik kalian bisa dilanjutkan oleh para penerusmu. Indonesia tak kan pernah kehilangan atlet-atlet bulu tangkis terbaik dunia.
Baca juga: Fajar/Rian berharap bisa tertular prestasi dari "The Daddies"
Baca juga: Ganda putra top dunia bagi kesan dan penghormatan untuk Hendra/Ahsan